Kuala Lumpur, (Antara Sumbar) - Pemerintah Malaysia menyatakan kekecewaannya terhadap Amerika Serikat yang memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) yang menolak keputusan Presiden Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

        Juru bicara Kementrian Luar Negeri Malaysia, Datin Nirvana Jalil Gani mengemukakan hal itu di Kuala Lumpur, Rabu.

        "Dukungan dari 14 anggota Dewan Keamanan PBB adalah adalah indikasi yang jelas bahwa masyarakat internasional sangat menentang pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel," ujar Datin Nirvana Jalil.

        Rancangan resolusi itu didukung 10 anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan seluruh anggota tetap DK PBB yakni Rusia, China, Inggris, Prancis, kecuali Amerika Serikat.

        Nirvana mengatakan Malaysia menegaskan bahwa isu Yerusalem adalah inti dari penyebab masalah Palestina dan meminta semua negara anggota PBB untuk tidak mengakui upaya untuk mengubah karakter dan status dari Yerusalem tersebut.

        "Malaysia menyambut baik inisiatif oleh Turki untuk meminta Sidang Khusus Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) untuk membahas masalah ini dengan maksud untuk mengajukan resolusi serupa," tuturnya.

        Malaysia, ujar dia, menegaskan kembali dukungannya yang tidak tergoyahkan terhadap perjuangan Palestina dan usaha terus menuju pembentukan sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat berdasarkan perbatasan sebelum 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

        Pada kesempatan terpisah Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi menyerukan kepada warga Malaysia, partai politik dan LSM supaya mengabaikan perbedaan dengan melakukan aksi solidaritas mempertahankan Baitulmuqaddis di Masjid Putra, Putrajaya, Jumat (22/12) ini.

        Zahid mengatakan aksi solidaritas tersebut sebagai perwujudan dukungan rakyat Malaysia untuk menyosialisasikan keamanan dan memperjuangkan Baitulmuqaddis.

        "Kita tidak hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi kita menghormati hubungan dengan Amerika Serikat. Namun, apabila hak kota suci umat Islam diceroboh dengan hasrat untuk melenyapkan kota suci Islam, Kristen dan agama Yahudi Orthodox artinya Israel mencoba memadamkan sejarah," tuturnya. (*)

Pewarta : Agus Setiawan
Editor :
Copyright © ANTARA 2024