Dharmasraya, (Antara Sumbar) - Sebuah Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (Panthaera tigris sumatrae) yang pertama di Indonesia, yang digagas pihak swasta diresmikan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) Siti Nurbaya di Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.

         "Ini pertama kali perusahaan swasta menggagas pusat rehabilitasi harimau sumatera, tentu pemerintah mengapresiasi atas kinerja-kinerja konservasi satwa seperti ini," katanya di Desa Mangunjaya, Nagari Lubuk Besar, Kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya, yang berjarak 300 km dari Padang, Sabtu.

         Menteri KLHK berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) di Kabupaten Dharmasraya itu, setelah sebelumnya secara formal meresmikan di Desa Sei Talang, Nagari Talalo, Kabupaten Solok Selatan, Sumbar, yang berjarak 100 km dari Kabupaten Muaro Bungo, Provinsi Jambi.

         PR-HSD yang merupakan Lembaga Konservasi Khusus (LKK) satwa harimau sumatera itu digagas oleh Dirut PT Tidar Kerinci Agung (TKA) Hashim Djojohadikusumo, yang memiliki hak guna usaha (HGU) di area hutan di Dharmasraya.

         Peresmian PR-HSD itu juga diwarnai dengan pelepasan seekor harimau sumatera bernama "Leony" dari kandang perawatan (54 meter persegi) ke "enklosure" (kandang rehabilitasi (2.500 meter persegi), yang selanjutnya --setelah menumbuhkan naluri liarnya-- akan dilepasliarkan ke alam bebas sesuai habitatnya di hutan.

         Para pemangku kepentingan yang hadir di tengah hutan itu --selain Menteri KLHK dan Hashim Djojohadikusumo-- di antaranya adalah Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Ketua Komisi IV DPR (bidang pertanian, pangan, maritim, kehutanan) Edhy Prabowo, bupati Dharmasraya dan bupati Solok Selatan, LSM "Forum Harimau Kita", karyawan perusahaan, masyarakat dan pelajar.

         Menurut Siti Nurbaya, harimau sumatera adalah satu dari empat satwa endemik Indonesia --tiga lainnya orangutan, gajah dan badak-- di mana dunia selalu memberi perhatian kepada Indonesia.

         "Karenanya, kita disarankan dunia untuk menjadi bagian penting dari upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup, termasuk penyelamatan satwa dari ancaman menuju kepunahan," tuturnya.

         Dari catatan KLHK, kata dia, hingga Juli 2017 sudah ada empat ekor harimau mati, sedangkan gajah lima ekor, sehingga kondisi memrihatinkan itu harus menjadi tanggung jawab semua pihak.

         Khusus untuk Sumbar, ia menyebut bahwa daerah itu punya pengelolaan lingkungan hidup yang baik karena ada spirit "menyatunya manusia dan alam" sehingga bisa dicontoh.

    
              Terpanggil
    Sementara itu, Hashim Djojohadikusumo mengemukakan bahwa ia terpanggil dalam agenda peduli lingkungan karena sejak 1983, ketika mulai berusaha di bidang perkebunan di Dharmasraya, melihat banyak satwa liar di area perkebunan dan hutan sekitar.

         "Saya melihat aneka satwa-satwa itu seperti beruang madu, burung, dan lainnya saat saya mandi di sungai. Namun, saat ini jumlahnya menurun drastis sehingga ingin berkontribusi untuk menambah kembali populasi satwa-satwa itu," ungkapnya.

         Harimau sumatera, katanya, adalah salah satu kekayaan fauna Indonesia, di mana saat ini berada di ujung kepunahan.

         Tentu saja keadaan kritis ini disebabkan oleh banyak hal, dan penyebab yang menonjol, selain karena hilangnya habitat alamnya, juga karena maraknya perburuan ilegal.

         Bersamaan dengan itu salah faktor lain adalah, harimau terpaksa dibunuh atau ditangkap karena tersesat memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia.

         Guna mengatasi hal tersebut, pemerintah Indonesia, dalam upaya menjaga kelestarian keanekaragaman hayati melakukan upaya penegakan hukum dengan melakukan penyitaan dan penyerahan satwa dilindungi yang dipelihara secara ilegal.

         Ia mengatakan tingginya jumlah harimau sumatera yang dipelihara secara ilegal oleh masyarakat dan tingginya tingkat konflik harimau dengan manusia menyebabkan banyak sekali harimau sumatera yang dengan terpaksa harus ditempatkan di lembaga konservasi umum, bahkan kebun binatang yang jauh dari hutan tempat tinggal mereka.

         Leony (7 tahun) disita dari kepemilikan ilegal dan dititiprawatkan di pusat transit Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Animal Sanctuary Trust Indonesia (ASTI) Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jabar dengan dua saudara sekelahiran dan satu induk.

         Induk Leony yang bernama Ziva telah mati dua tahun yang lalu karena kerusakan hati. Dua saudara Leony di pindahkan ke kebun binatang pribadi di Kalimantan.

         "Selain upaya penegakan hukum situasi ini tentu memerlukan adanya serangkaian upaya yang dilakukan untuk membantu harimau Sumatera ini tetap dapat kembali hidup di habitatnya," ujar Hashim Djojohadikusumo.  
    PR-HSD, katanya, dihadirkan sebagai penyambung rantai upaya konservasi harimau sumatera, memberikan tempat dan upaya pemulihan (rehabilitasi) bagi harimau-harimau tersebut untuk mendapatkan kesempatan lepas liar kembali ke alam.

         Sedangkan Vice President Corporate Communications Arsari Group Ariseno Ridhwan menambahkan sebelum Leony, group usaha di mana PT TKA bernaung, telah melaksanakan pelepasliaran harimau sumatera lain bernama "Gadih Liku" dengan pimpinan BKSDA Sumatera Barat dan didukung oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD), Institution Concervation Society (ICS), Zoological Society of London (ZSL), Universitas Andalas (Unand), dan komunitas peduli harimau sumatera lainnya.

Pewarta : Andi Jauhari
Editor :
Copyright © ANTARA 2024