Suasana hening malam hari yang biasa melingkupi Jorong Sungai Kapur, Nagari Paka Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, pada Sabtu itu tiba-tiba riuh.

         Para lelaki, perempuan, anak kecil hingga dewasa, menuju rumah orang tua Hendri Yadi, yang merupakan Pembina Tauhid di Pahimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabau Solok Selatan.

         Kedatangan mereka ingin menyaksikan pagelaran silek (silat) tradisi yang selama ini jarang ditampilkan di muka umum, selain pada acara-acara resmi dan adat.

         Mereka memenuhi halaman rumah yang tidak terlalu luas di bawah naungan tenda pernikahan, bahkan mereka harus berdesak-desakan di halaman Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berada di depan rumah.

         Di teras rumah, duduk berjajar para tuo silat (tetua) dan pengurus Pahimpunan Tuo Silek Minangkabau Solok Selatan. Terlihat hadir Wakil Bupati Solok Selatan Abdul Rahman yang didaulat sebagai pembina utama Pahimpunan Tuo Silek Minangkabau Solok Selatan.

         Di hadapan para pengurus dan tuo silat, para murid dari berbagai usia dari setiap sasaran duduk bersila membentuk huruf U.  Ruang yang kosong bagian tengah digunakan sebagai gelanggang.

         Mempelajari silat tradisi tidak membatasi gender. Para murid perempuan juga tampak hadir. Mereka duduk bersimpuh secara terpisah di hadapan murid lelaki.

         Kehadiran para pesilat tradisi yang terhimpun para Pahimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabau Solok Selatan tersebut atas undangan Hendri Yadi. Pada acara tersebut, sekaligus diagendakan pertemuan rutin Pahimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabau Solok Selatan yang dilaksanakan sebulan sekali.

         Tampuak/Ketua Pahimpunan Tuo Silek Minangkabau Solok Selatan A Rahman Rajo Bungsu menyebutkan "baralek" (pesta) dimanfaatkan sebagai media dalam upaya menghidupkan dan memperkenalkan kembali silat-silat tradisi di Solok Selatan.

         Pada perhelatan itu, setiap sasaran (perguruan) silat diberi kesempatan untuk menampilkan seni "ilmu kanuragan" dalam iringan "gandang tasa" dan "saluang".

         Sebelum setiap sasaran memperlihatkan jurus-jurusnya, dilakukan ritual silat yang didahului dengan pemotongan ayam dengan "urai nan ampek" atau setelah disembelih darah ayam ditetes sebanyak empat kali di gelanggang.

         Kemudian "memancang gelanggang" oleh seluruh tuo silek. "Saat itu terhimpun seluruh tuo-tuo silek dan saling kenal. Memancang gelanggang dilakukan saat pembukaan dan penutupan penampilan," ujarnya.

         "Juga ada 'siriah carano', yaitu menyuguhkan pinang dan memakan sirih sebelum acara," ujarnya.

         Penampilan perguruan silat tradisi di acara pernikahan, katanya, masih terbatas pada kalangan anggota pahimpunan.

         Secara perlahan pihaknya akan membuka pintu bagi masyarakat umum. "Semua masyarakat Solok Selatan nanti bisa menikmatinya," ujarnya.

         Sambutan masyarakat dengan kehadiran para pesilat tersebut cukup baik. "Kemana silat tradisi selama ini? Daripada mengundang orgen tunggal, lebih baik menampilkan acara budaya, seperti silat tradisi ini," katanya.

         Perguruan silat tradisi di kabupaten pemekaran itu telah berkembang sejak lama. Namun keberadaan mereka tidak begitu dikenal masyarakat karena melakukan aktivitas secara tertutup.

         Di kabupaten yang berjarak sekitar 135 kilometer dari Kota Padang itu berkembang banyak aliran silat tradisi, seperti pangean, sralak, calau, kumango, langkah empat, dan silat harimau.

         Dibentuknya pahimpunan, katanya, untuk menggali potensi budaya di Solok Selatan yang selama ini terpendam, khususnya silat tradisi.

         Pahimpunan, sebutnya, juga menjadi sarana untuk menjalin silaturahim para tuo-tuo silat di daerah itu.

         "Sebelum adanya pahimpunan, tuo silek di Sangir Batang Hari tidak kenal tuo silek di Bidar Alam atau Muaralabuh," ujarnya.

         Ia menambahkan apa pun jenis aliran silat tradisi di Solok Selatan tidak saling bermusuhan. Karena sesuai dengan konsep silat, yakni shalat, salawat dan silat.

         "Silek tradisi punya filosofi 'di lahia mancari kawan, di batin mancari Tuhan'. Artinya secara lahiriah mencari teman dan secara batin mencari Tuhan. Filosofi ini yang menjaga kerukunan silek di Solok Selatan," katanya.

         Hingga kini, sebutnya setidaknya telah terdaftar 15 sasaran silek tradisional di Pahimpunan Tuo Silek Minangkabau Solok Selatan.

         Di hampir seluruh nagari di Solok Selatan, sebutnya, memiliki sasaran silek, namun masih banyak yang belum bergabung dengan Pahimpunan Tuso Silek Tradisi Minangkabau Solok Selatan.

    
              Dukung Pariwisata

Kehadiran Pahimpunan Tuo Silek Tradisi Minangkabau Solok Selatan diharapkan mendukung pemerintah daerah dalam mengembangkan kepariwisataan.

         Wakil Bupati Solok Selatan Abdul Rahman menyebutkan pemerintah setempat pada tahun ini akan membangun pentas pertunjukan kesenian tradisional di Kawasan Seribu Rumah Gadang, Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu.

         Salah satu fungsi dari pentas pertunjukan tersebut untuk menjamu para wisatawan yang berkunjung ke Solok Selatan.

         Kesenian tradisional setempat yang telah dikemas dengan bagus, memiliki peluang ditampilkan di pentas tersebut.

        "Wisatawan mancanegara lebih tertarik menyaksikan kesenian tradisional, seperti tarian, silat tradisi dan lainnya," ujarnya.

         Secara rutin, katanya menambahkan, Pemerintah Kabupaten Solok Selatan akan menggelar festival silat tradisional Minangkabau, yang pertama kali dilaksanakan pada 2016.

         "Rencananya juga akan digelar tahun ini," ujarnya.

         Ia menyebutkan, setelah fasilitas pariwisata dilengkapi daerah itu juga akan siap menjadi tuan rumah festival silat internasional.

         "Saya telah berbincang dengan tuo-tuo silek,  Solok Selatan akan menjadi tuan rumah festival silat internasional. Kemungkinan 2018, setelah fasilitas dilengkapi," ujarnya.

         Tampuak/Ketua Pahimpunan Tuo Silek Minangkabau Solok Selatan A Rahman Rajo Bungsu menyatakan kehadiran pahimpunan silat tradisi Minangkabau tersebut salah satunya untuk mendukung pariwisata di daerahnya.

         "Bupati yang bergelar pandeka maharajo sakti telah berkomitmen memajukan pariwisata melalui silat tradisi," ujarnya.

         Ia berharap setiap tahun pemerintah setempat, melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, menggelar festival silat tradisi Minangkabau internasional.

         "Tidak ada prestasi yang luar biasa dari usaha yang biasa-biasanya saja. Kami akan bekerja keras untuk bisa sukses," kata dia. (*)

Pewarta : Ikhwan Wahyudi dan Joko Nugroho
Editor :
Copyright © ANTARA 2024