Sejak pekan lalu Taman Marga Satwa Budaya (TMSB) Kinantan Kota Bukittinggi, Sumatera Barat mendapat tambahan koleksi baru berupa tiga ekor singa Afrika (Panthera leo) yang akan menambah daya tarik kebun binatang di kota wisata ini.
Selain itu, juga mendapat tambahan sepasang burung Bayan (Eclectus roratus polychorus) dan sepasang Kanguru Tanah (Thylogale brunnii). Jadi total TMSB Kinantan mendapat tambahan koleksi sembilan ekor penghuni baru dan menjadi koleksi di tempat itu.
Menurut Kepala Bidang TMSB Kinantan (TMSBK) Bukittinggi, Ikbal, ke sembilan ekor satwa koleksi baru TMSBK itu adalah hasil hibah dari pihak kebun binatang "Bali Zoo" di Gianyar, Bali.
Untuk singa Afrika terdiri dari seekor jantan dan dua ekor betina, tambahnya.
Ia menjelaskan tiga ekor singa asal Afrika itu tiba di TMSB Kinantan pada Sabtu (15/4) pukul 4.00 WIB melalui jalur darat menggunakan angkutan truk.
Sedangkan sebelumnya Burung Bayan tiba pada Selasa (11/4) dan Kanguru Tanah pada Senin (10/4) menggunakan jalur udara, ujarnya.
Ia mengemukakan pihak TMSB Kinantan masih menempatkan singa Afrika dan Kanguru Tanah di kandang isolasi agar satwa tersebut dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungannya sebelum dilepaskan ke kandangnya.
"Dalam waktu dua sampai tiga hari akan diobservasi dulu, bila terlihat sudah cukup mengenal bagaimana lingkungannya, baru dilepas ke kandang yang lebih luas yang telah disiapkan," katanya.
Ikbal mengungkapkan Singa Afrika terakhir kali menjadi koleksi TMSB Kinantan pada 2007 dan Kanguru Tanah pada 2014.
Sementara Burung Bayan telah dilepaskan ke kandang dan disiapkan untuk dapat melakukan atraksi dan berinteraksi dengan pengunjung.
"Burung Bayan kondisinya sudah dalam setengah terlatih, kami berencana satwa burung ini dapat melakukan atraksi bagi pengunjung kebun binatang," ujarnya.
Dengan kedatangan satwa baru tersebut, koleksi satwa di TMSBK saat ini berjumlah 570 ekor.
Hibah satwa dari Bali Zoo tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan bersama pemerintah setempat dengan pihak Bali Zoo pada Oktober 2016.
"Dengan bertambahnya satwa ini kami berharap dapat meningkatkan fungsi konservasi dan fungsi edukasi TMSB Kinantan serta dari sisi rekreasi tentu meningkatkan kunjungan wisatawan," katanya.
Sebelumnya berbagai upaya telah dilakukan pihak pengelala TMSB Kinantan untuk meningkatkan arus kunjungan masyarakat ke kebun binang terbesar di Sumatera Barat itu.
Pada tahun 2016 juga dilakukan renovasi besar-besaran di TMSBK dengan harapan ke depan arus kunjungan masyarakat bisa terus meningkatkan dan naik pula Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bukittinggi dari kebun binatang ini.
Saat itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bukittinggi, Melfi Abra menyebutkan renovasi yang dilakukan karena TMSB Kinantan sudah ditunjuk sebagai "Proyek Percontohan" Revitalisasi Kebun Binatang di Indonesia.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk renovasi tersebut berasal dari pemerintah pusat dengan jumlah mencapai Rp105 miliar.
Dengan renovasi tersebut, diprediksi kunjungan wisatawan yang datang ke TMSB Kinantan akan meningkat sampai tiga kali lipat dari sebelumnya.
Dengan begitu maka secara otomatis berdampak terhadap peningkatan PAD dalam APBD Kota Bukitinggi dari sektor wisata.
"Sekarang, rata-rata tingkat kunjungan pertahun wisatawan mencapai 400 ribu orang lebih. Maka dengan renovasi ini dapat bertambah dua kali lipat atau menjadi 800 ribu pengunjung pertahun.
Apalagi setelah direnovasi TMSB Kinantan sudah bertaraf internasional.
Kegiatan revovasi TMSB Kinantan juga melibatkan tim konsultan dari luar negeri sehingga hasilnya akan lebih baik.
TMSB Kinantan
Situs Wikipedia menyebutkan TMSB Kinantan atau lebih dikenal dengan nama Kebun Binatang Bukittinggi adalah salah satu kebun binatang di pulau Sumatera.
Kebun binatang ini terletak di atas Bukit Cubadak Bungkuak Bukittinggi, provinsi Sumatera Barat.
TMSB Kinantan adalah salah satu kebun binatang tertua di Indonesia, dan satu-satunya di provinsi Sumatera Barat, dengan koleksi hewan yang cukup lengkap di pulau Sumatera.
Kebun binatang ini dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1900-an, dengan nama Stormpark (Kebun Bunga).
Pembangunan kebun binatang ini dirancang oleh Gravenzande, Controleur belanda yang bertugas di kota Bukittinggi pada waktu itu.
Pada awal pembangunannya, TMSB Kinantan hanya berupa taman yang belum mempunyai koleksi binatang, kemudian beberapa koleksi hewan mulai dimasukkan kedalam taman tersebut, dan barulah pada tahun 1929 tepatnya pada tanggal 3 Juli taman ini dijadikan kebun binatang dengan nama Fort De Kocksche Dieren Park atau Kebun Binatang Bukittinggi oleh Dr. J. Hock.
Pada tahun 1935, di area TMSB Kinantan dibangun Rumah Adat Baanjuang (Rumah gadang/Rumah Adat Minangkabau) bergonjong gajah maharam, yang mempunyai sembilan ruang dengan anjungannya di bagian kanan dan kiri.
Selanjutnya terjadi perubahan nama dari Fort De Kocksche Dieren Park menjadi Taman Puti Bungsu. Dan tahun 1995 melalui peraturan daerah No.2 Tahun 1995 juga terjadi perubahan nama dari Taman Puti Bungsu menjadi Taman Marga Satwa dan Budaya (TMSB) Kinantan.
Kebun binatang ini juga menjadi objek wisata andalan di kota Bukittinggi ini dihubungkan oleh Jembatan Wisata "Limpapeh" dengan objek wisata benteng Fort de Kock.
Letaknya yang tidak jauh dari pusat kota, menjadikan kebun binatang ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mengunjungi kota wisata Bukittinggi. (*)