Sepanjang 2016 terjadi 13 Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di Sumatera Barat, delapan di antaranya di sekolah akibat siswa mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pangan berbahaya.

         Sementara pada triwulan pertama tahun  2017, terjadi KLB lebih dari tiga kejadian keracunan pangan, termasuk keracunan pangan yang  juga terjadi di sekolah.

         Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian dan sinergi dari berbagai pihak untuk mencegah terulangnya kasus serupa.

         Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Padang Zulkifli mengatakan untuk mengurangi KLB keracunan pangan di sekolah perlu peningkatan pengawasan jajanan anak sekolah.

         Pengawasan terhadap jajanan anak sekolah dilakukan dengan mengunjungi sekolah setiap pekan, kunjungan dilakukan guna menghindarkan anak usia sekolah dari produk dan bahan pangan berbahaya yang dapat berdampak pada kesehatan mereka.

         Zulkifli mengungkapkan, pengawasan dilakukan di setiap kabupaten dan kota. Pada 2016 ditargetkan 120 sekolah dan terealisasi sebanyak 134 sekolah, sedangkan target sampel jajanan yang diuji pada tahun tersebut sebanyak 800 sampel dengan realisasi 882 sampel.

         Dari 882 sampel yang diuji itu, ditemukan 18 sampel mengandung bahan berbahaya seperti Boraks dan Rhodamin B, ujarnya.

         Boraks merupakan zat pewarna yang digunakan untuk  tekstil  dan biasanya makanan yang mengandung zat tersebut  warnanya lebih mencolok dari makanan sejenis lainnya.

        Jenis penganan yang perlu diwaspadai dan patut diduga mengandung pewarna tekstil berupa kerupuk merah, cendol delima, kolang kaling dan kolak.

         Selain pengawasan, katanya diperlukan adanya kantin sehat pada masing-masing sekolah di setiap daerah, agar makanan yang dibeli oleh anak, memang benar-benar makanan sehat, yang tidak mengandung bahan pangan berbahaya.

         "Saat ini belum semua sekolah di Sumbar memiliki kantin sehat," katanya.

         Ia mengakui jumlah target sekolah yang diawasi, tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang cukup banyak di Sumbar, sehingga butuh peran dan sinergi berbagai pihak dalam melakukan pengawasan secara bersama-sama.

         Oleh sebab itu perlu pertemuan lintas sektor untuk menguatkan peran masing-masing sekolah agar mampu menyediakan kantin sehat dengan makanan yang aman dikonsumsi oleh siswa.

         Dengan adanya inisiatif untuk mendirikan kantin sehat pada masing-masing sekolah BBPOM mengadakan pertemuan lintas sektor dalam rangka  menggulirkan program "Gerakan Masyarakat Konsumsi Pangan Aman Melalui Kantin Sehat".

        Ia menjelaskan makanan yang aman adalah tidak mengandung bahan pengan berbahaya yang berasal dari zat seperti pewarna makanan, pengawet dan penyedap rasa seperti, formalin, rodhamin B, methanyl yellow, dan pestisida.

         Makanan harus bebas dari bahaya fisik contohnya staples, potongan tali, rambut, kerikil dan lain-lain, kemudian bahaya biologi seperti bakteri penyebab penyakit, virus dan parasit.

         Kemudian, makanan harus terbungkus dengan rapi, jika jajanan tidak terbungkus, maka ada kemungkinan dihinggapi oleh lalat, debu dan hal lainnya yang dapat menjadi sumber penyakit.

         Zulkifli mengatakan sinergi dengan dinas terkait seperti dinas kesehatan dan dinas pangan dalam melakukan pengawasan terhadap jajanan anak sekolah dapat menjamin keamanan pangan yang dikonsumsi anak di sekolah.

         Diharapkan adanya kerjasama yang berkesinambungan antara dinas terkait dapat mengurangi kasus keracunan makanan terulang kembali, katanya.

         Sementara Wali Kota Padang Mahyeldi mengatakan kehadiran kantin sehat di seluruh sekolah merupakan upaya strategis untuk  menghindarkan siswa dari bahan pangan yang berbahaya bagi kesehatan.

         Sekolah harus berusaha menghadirkan kantin sehat dengan pangan aman yang akan dikonsumsi oleh anak-anak sekolah, ujarnya.

         Siswa sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan gizi yang sehat karena dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya.

         Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, jika makanan yang dikonsumsi sedari kecil tidak sehat, maka akan berdampak di kemudian hari, katanya.

         Masih adanya pedagang yang nakal dengan menjual makanan yang tidak terjamin kemanannya, perlu mendapatkan perhatian. 
    Dengan sinergi berbagai pihak diharapkan dapat mengadvokasi, membina dan memberikan arahan bagi para pedagang yang berjualan di sekitar sekolah.

         Untuk menguatkan sinergi dengan BBPOM, Dinas Kesehatan Kota Padang juga  mengimbau siswa mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga SMA/sederajat, agar lebih selektif untuk memilih jajanan.

         Makanan yang dijual di luar sekolah belum tentu terjamin keamanannya, kata Kepala Seksi Kefarmasian Bidang Sumber dan Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang, Indrawati.

         Aman yang dimaksud yakni, makanan tidak mengandung bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan, untuk sehat terkait dengan cara penyajiannya, sedangkan bergizi haruslah makanan olahan yang bukan berasal dari pabrik.

        Indrawati mengatakan penyuluhan kepada siswa mengenai jajanan sehat akan dilakukan setiap tiga bulan sekali selama satu tahun.

         Dari beberapa kali pengecekan di lapangan, katanya memang sebagian besar penjual tidak memasukan zat yang dilarang ke bahan makanan, tetapi masih terdapat penjual nakal yang tetap memasukkan bahan pengawet dan pewarna pada olahan yang sering menjadi santapan siswa di sekolah.

        Penyuluhan kepada para pedagang telah dilakukan, namun selama ini, katanya belum mendapatkan tanggapan yang positif, sehingga harus ada usaha yang lebih kreatif agar para pedagang dapat menjadikan makanan yang dijualnya menjadi lebih sehat.

        Dengan hal yang dilakukan tersebut, diharapkan dapat mengurangi kasus keracunan pangan yang terjadi di sekolah, sehingga akan melahirkan generasi bangsa yang cerdas dan berkualitas.  (*)
 


Pewarta : Ikhwan Wahyudi dan Pratiwi Tamela
Editor :
Copyright © ANTARA 2024