Arosuka, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok, Sumatera Barat, mengadakan pemeriksaan atau deteksi dini gangguan pendengaran, penciuman, dan kebutaan terhadap puluhan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan pemerintah setempat.


"Gangguan penciuman, pendengaran dan kebutaan merupakan masalah yang dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya serta orang-orang di sekelilingnya, karena hidung, telinga dan mata adalah indra yang paling penting bagi manusia," kata Bupati Solok, Gusmal usai diperiksa petugas medis di Arosuka, Kamis.


Karena begitu pentingnya ketiga indra ini ia mengimbau ASN dan masyarakat setempat agar selalu memeriksakan diri secara berkala agar lebih awal mengetahui adanya gangguan penyakit ini, salah satunya dengan melakukan deteksi dini.


Ia menjelaskan katarak masih menjadi penyebab kebutaan tertinggi di Indonesia. Namun untuk dampak glaukoma lebih berat lagi, karena dapat menyebabkan buta permanen. Gangguan ini sangat mengganggu produktifitas dan membuat penderitanya terisolasi dari lingkungan.


Selain itu prevalensi (jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah) gangguan pendengaran dan ketulian cukup tinggi, dapat menimbulkan atau mengganggu perkembangan kognitif, psikologi dan sosial. 


"Akibatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) juga rendah. Penyebabnya oleh kotoran telinga, kista, tuli akibat obat," ujarnya.


Karena kasus gangguan pendengaran dan ketulian banyak terjadi di Asia Tenggara, maka WHO mencanangkan program south hearing 2030, tujuannya agar setiap penduduk di Asia Tenggara mempunyai hak untuk memiliki derajat kesehatan telinga dan pendengaran yang optimal pada 2030.


Sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Kabupaten Solok terhadap masalah gangguan penciuman, pendengaran dan kebutaan ini, maka Dinas Kesehatan bekerjasama dengan RSUD Arosuka serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menggelar deteksi dini penyakit tersebut. (*)


Pewarta : Tri Asmaini
Editor :
Copyright © ANTARA 2025