Padang, (Antara Sumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat nilai tukar petani di daerah itu  pada Februari  2017 naik 0,74 persen dibandingkan Januari.

         "Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan pada 11 kabupaten di Sumbar nilai tukar petani pada Januari sebesar  97,97,  pada Februari naik  menjadi 98,64 ," kata Kepala BPS Sumbar, Sukardi di Padang, Kamis.

         Ia menjelaskan nilai tukar petani  diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga dibayar petani, yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

         Menurut dia, nilai tukar petani juga menunjukkan daya tukar  dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

         "Semakin tinggi nilai tukar petani maka semakin kuat pula   kemampuan atau daya beli petani," kata dia.

         Ia menyebutkan nilai tukar petani Februari  untuk  subsektor tanaman pangan 98,12, subsektor hortikultura 90,18,  subsektor  tanaman perkebunan rakyat  103,9, subsektor peternakan 104,67 dan subsektor perikanan  107,37.

         Menurutnya secara regional di Sumbar  pada Februari  terjadi deflasi di  perdesaan sebesar 0,19 persen  disebabkan  deflasi  pada kelompok bahan makanan 0,82 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,01 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi 0,18 persen.

          Sementara, indeks harga yang diterima  petani   pada Februari naik   0,16  persen dan indeks harga yang dibayar petani mengalami penuruna 0,12 persen.

         Sementara Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumbar mencatat pertumbuhan lapangan usaha pertanian di provinsi itu pada triwulan II 2016 hanya 2,06 persen atau melambat dibandingkan triwulan I 2016 yang mencapai 5,21 persen.

        "Masih terbatasnya insentif petani untuk meningkatkan produksi sawit dan akibat imbas harga komoditas yang masih di bawah rata-rata harga pada 2014 dan 2015 berdampak pada menurunnya kinerja lapangan usaha pertanian," kata Kepala BI perwakilan Sumbar, Puji Atmoko.

        Menurutnya meskipun harga Tandan Buah Segar (TBS) dan Bahan Olah Karet terus membaik, pencapaian harga yang masih berada di bawah rata-rata pada 2014 dan 2015 belum dapat mendorong petani meningkatkan produksi pada triwulan II 2016.

        "Selama triwulan II 2016, harga rata-rata TBS mencapai Rp1.521 per kilogram dan dan bahan olah karet Rp13.067 per kilogram atau lebih rendah dibandingkan harga rata-rata 2014 yaitu Rp1.793 per kilogram untuk TBS dan Rp15.090 per kilogram untuk bahan olah karet," ujar dia. (*)

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024