Ternyata 95 persen total uang yang beredar di dunia saat ini hanya dikendalikan oleh lima persen penduduk bumi saja yaitu mereka yang berprofesi sebagai pengusaha dan investor. Sebaliknya lima persen total uang yang beredar malah ada di tangan 95 persen penghuni jagat ini yang notabene adalah para pegawai dan pekerja. .

Ironi ini menunjukan apa yang dikemukakan oleh motivator Robert T Kiyosaki yang membagi pekerjaan manusia menjadi empat kuadran yaitu pekerja, profesional, pengusaha dan investor menjadikan kita perlu meninjau ulang di mana posisi saat ini.

Dalam teorinya pada buku Cashflow Quadrant, Robert mengemukakan para pekerja adalah mereka yang dibayar oleh orang lain namun tidak memiliki kebebasan waktu dan tak bisa mengatur berapa penghasilannya. Sedangkan kelompok profesional sedikit lebih punya kebebasan waktu dan menentukan besaran uang uang diinginkan.

Sedangkan pengusaha adalah mereka yang bisa menggaji orang lain dan menjalankan usaha sendiri, dan investor adalah orang yang sudah punya cukup uang yang diinvestasikan kepada orang lain tanpa perlu bekerja.

Tentu saja yang paling menyenangkan adalah mereka yang berada pada kategori investor punya uang banyak, waktu melimpah dan tak perlu bekerja uang akan datang sendiri.

Adakah di dunia ini orang yang hanya ongkang-ongkang kaki saja  lalu uang mengalir dan pundi kekayaan terus bertambah ? jawabannya ada. Tapi yakinlah untuk sampai ke tahap itu harus menjalani  perjuangan dan pengorbanan yang tidak mudah serta berliku. Tak ada sesuatu yang bisa diperoleh dengan instan di dunia ini, kecuali mendapatkan harta karun yang tertimbun dalam tanah.

Tentu semua  ingat dalam beberapa pekan terakhir Indonesia sempat geger oleh Kanjeng Dimas Taat Pribadi sosok yang dikenal bisa menggandakan uang dan disebut memiliki 3.000 pengikut di padepokannya.

Lalu apa hubungannya  dengan Kanjeng Dimas?, suka atau tidak mungkin sebagian  kita pernah bermimpi menjadi sosok fenomenal itu. Kerja sedikit, ongkang-ongkang kaki tapi uang  segudang.

Mereka yang malas bekerja keras, tidak menghargai kerja keras orang, tapi mau menikmati hasilnya secara maksimal, bisa disebut sebagai  Dimas Kanjeng juga dalam wujud lain.

Kemudian muncul pertanyaan apa yang harus dilakukan agar seseorang bisa menjadi bagian dari lima persen penduduk bumi yang masuk pada barisan investor dan pengusaha dengan jalan yang logis dan tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

Ada banyak pilihan untuk itu mulai dari menabung, membuka usaha, membuka deposito, membeli emas hingga membeli saham di pasar modal. Jelas semua pilihan tersebut ada keuntungan dan risiko masing-masing karena hakikatnya tak ada investasi yang benar-benar aman.

Salah satu alternatif yang bisa diambil untuk menjadi seorang pengusaha adalah menjadi investor saham di pasar modal. Memang dulu untuk menjadi seorang investor dan membeli saham di bursa butuh modal cukup besar.

Namun sekarang akses untuk menjadi seorang pemodal kian mudah sejak ditetapkannya satu  lot saham menjadi 100 lembar. Dengan memiliki saham seseorang telah menjadi bagian dari pemilik suatu perusahaan.

Keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham yaitu ketika perusahaan tersebut memiliki keuntungan akan mendapatkan pembagian dividen dan untuk jangka panjang jika harganya naik saat dijual kembali akan mendapatkan untung dari selisih harga beli.

Berdasarkan data yang dihimpun dalam 10 tahun terakhir perkembangan indeks harga saham gabungan mengalami kenaikan hingga  sekitar 300 persen. Artinya jika 10 tahun lalu seseorang membeli saham maka saat ini nilainya mengalami kenaikan hingga 300 persen. Jika dulu membeli selembar saham nilainya hanya Rp1.000  maka saat ini nilainya sudah menjadi Rp3 ribu.

Angka ini lebih kurang hampir sama dengan kenaikan harga emas  nilainya mencapai 300 persen dalam 10 tahun terakhir. Namun ada kelebihan jika seseorang memiliki saham selain ia menjadi bagian dari pemilik perusahaan, menerima dividen juga uang yang dimiliki berputar lebih luas ketimbang membeli emas.

Apalagi jika dibandingkan dengan bunga bank dan deposito dengan bunga rata-rata hanya sekitar enam persen setahun dan dibandingkan dengan angka inflasi membuat nilai uang berkurang pada akhirnya. 

 Investor VS Pengusaha

Ternyata untuk menjadi seorang investor  hari ini tidak butuh modal besar dan setiap orang dapat melakoninya apa pun profesi yang dijalani.

Anggap saja Udin berencana membuka usaha jualan sate dan membutuhkan modal sebesar Rp8 juta. Namun  ia hanya punya uang Rp1 juta. Akhirnya ia meyakinkan teman-temannya sehingga tujuh orang rekannya sepakat untuk bersama-sama memodali.

Jika satu orang menanamkan uang Rp1 juta maka sudah terkumpul uang sebanyak Rp8 juta untuk membuka usaha kedai sate. Dalam perjalanan setelah satu tahun berjalan karena sate buatan Udin enak usaha tersebut mendapatkan keuntungan yang cukup memadai.

Hasil rapat pemilik modal ternyata terdapat laba bersih usaha Rp24 juta dan diputuskan dibagi rata sehingga masing-masing pemodal memperoleh bagi hasil sebesar Rp3 juta. 

Kalau  Udin sehari-sehari mendapatkan gaji yang dikeluarkan tiap bulan sebagai pengelola kedai, maka tujuh orang rekannya pada akhir tahun mendapatkan bagi hasil dari keuntungan penjualan. Pada sisi lain rekan Udin juga memperoleh gaji dari profesi utama mereka sebagai pegawai swasta, PNS dan lainnya.

Dalam  ilustrasi tersebut Udin adalah seorang pengusaha yang mengelola usaha dan terlibat langsung, sementara rekan lainnya disebut investor yaitu mereka yang menanamkan modal dan uang tersebut dikelola oleh Udin sehingga pada akhir tahun mendapatkan keuntungan.

Demikian juga halnya dengan pasar modal apapun profesi seseorang ia tetap dapat melakoni pekerjaannya sekaligus menjadi pemodal sehingga mendapatkan penghasilan ganda dari gaji dan keuntungan saham. Apalagi tidak semua orang punya bakat, talenta dan waktu untuk menjadi pengusaha sehingga pilihan yang dapat diambil adalah menjadi investor.

Tuan Rumah

Fakta kurang menggembirakan yang dijumpai hari ini adalah ternyata 60 persen saham yang ada di pasar bursa dimiliki oleh asing. Ini disebabkan beragam faktor salah satunya belum semua masyarakat memahami tentang transaksi saham sehingga ini menjadi salah satu pekerjaan Otoritas Jasa Keuangan.

Sosialisasi dan edukasi sejak dini perlu dilakukan agar kesadaran akan investasi menjadi perilaku dan bagian hidup keseharian warga. Jika seorang mahasiswa saat ini setiap bulan pengeluaran untuk membeli pulsa Rp100 ribu maka dengan mengurangi separuh saja ia mempunyai Rp50 ribu yang dapat digunakan membeli saham.

Uang Rp50 ribu tersebut sudah dapat digunakan untuk membeli satu lot saham Garuda Indonesia yang harga per lembarnya saat ini sekitar Rp500. Kalau kebiasaan ini dirutinkan setiap bulan maka dalam satu tahun ia telah memiliki 12 lot saham Garuda Indonesia dan jika dilakukan terus menerus dalam 10 tahun maka akan memiliki 120 lot saham atau 12 ribu lembar saham.

Jika perilaku tersebut dilakukan oleh 500 ribu mahasiswa di Padang maka 6 miliar lembar  saham Garuda menjadi milik warga Padang yang artinya keuntungan perusahaan tersebut akan mengalir ke pintu-pintu rumah masing-masing. 

Demikian juga dengan halnya di Sumatera Barat yang dikenal memiliki industri semen pertama di luar pulau Jawa yaitu PT Semen Padang. Ternyata kepemilikan PT Semen Padang berada di bawah naungan PT Semen Indonesia dan hanya 0,01 persen sahamnya dimiliki koperasi karyawan.

Artinya jika semua masyarakat Sumbar membeli saham PT Semen Indonesia secara rutin pada akhirnya keuntungan PT Semen Padang akan mengalir langsung  ke masyarakat dan memiliki akses untuk menetapkan struktur komisaris hingga direksi pada Rapat Umum Pemegang Saham.

Kini yang perlu menjadi prioritas adalah bagaimana OJK lebih mengintensifkan sosialisasi ke masyarakat bersama pemangku kepentingan berwenang. Ide untuk menjadikan saham masuk menjadi bagian kurikulum di bangku sekolah layak dipertimbangkan agar para pelajar melek investasi sejak awal.

Fakta didominasinya kepemilikan saham perusahaan-perusahaan di pasar bursa saat ini  adalah akibat ketidaktahuan masyarakat serta adanya pandangan memiliki saham itu mahal dan rumit.  

Karena itu jika generasi muda saat ini sudah melek investasi maka kepemilikan saham akan dikuasai oleh warga negara sendiri yang juga menikmati langsung keuntungannya.

Selain itu membuat regulasi yang semakin memudahkan seseorang untuk memiliki saham perlu menjadi pertimbangan sehingga setiap orang dapat dengan mudah menjadi investor yang pada akhirnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri, semoga.

  
     


Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024