Ponorogo, (Antara Sumbar) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong para pemangku dan pengasuh Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengembangkan sistem pendidikan yang visioner.
"Gontor ini pondok pesantren modern. Modern berarti visioner. Oleh sebab itu, harus bisa membedakan antara lembaga pendidikan dan museum," ujarnya saat memberikan sambutan peringatan 90 tahun PP Modern Darussalam di depan ribuan santri dan alumni pondok pesantren yang berlokasi di Desa Gontor itu, Sabtu.
Lebih lanjut, Wapres menjelaskan, lembaga pendidikan harus melihat ke depan. Hal inilah yang membedakannya dengan museum.
"Anak-anak kita yang dulu belajar di sini akan memanfaatkan (ilmunya) 10 tahun yang akan datang. Jadi, perlu juga diajarkan ilmu yang bermanfaat untuk 10 tahun yg akan datang. Modern tahun 1926 (berdirinya) Gontor, berbeda dengan saat ini," ujarnya.
Sebagai pondok pesantren, menurut Wapres, PP Gontor tidak saja harus mengandalkan pendidikan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, melainkan juga pendidikan ekonomi.
Dalam kesempatan itu, Wapres juga memberikan contoh beberapa negara, seperti Eropa dan China yang maju karena memiliki skil, sedangkan Amerika Serikat karena inovatif dan kreatif.
Wapres mengakui bahwa PP Gontor tidak saja dikenal luas secara nasional, melainkan juga internasional karena beragamnya latar belakang santri dan alumni.
Pada peringatan tersebut, hadir juga Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang keduanya alumni PP Gontor, dan Gubernur Jatim Soekarwo.
Kedatangan Wapres disambut dua pengasuh PP Gontor KH Hasan Abdullah Sahal dan KH Abdullah Syukri Zarkasyi. (*)
"Gontor ini pondok pesantren modern. Modern berarti visioner. Oleh sebab itu, harus bisa membedakan antara lembaga pendidikan dan museum," ujarnya saat memberikan sambutan peringatan 90 tahun PP Modern Darussalam di depan ribuan santri dan alumni pondok pesantren yang berlokasi di Desa Gontor itu, Sabtu.
Lebih lanjut, Wapres menjelaskan, lembaga pendidikan harus melihat ke depan. Hal inilah yang membedakannya dengan museum.
"Anak-anak kita yang dulu belajar di sini akan memanfaatkan (ilmunya) 10 tahun yang akan datang. Jadi, perlu juga diajarkan ilmu yang bermanfaat untuk 10 tahun yg akan datang. Modern tahun 1926 (berdirinya) Gontor, berbeda dengan saat ini," ujarnya.
Sebagai pondok pesantren, menurut Wapres, PP Gontor tidak saja harus mengandalkan pendidikan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, melainkan juga pendidikan ekonomi.
Dalam kesempatan itu, Wapres juga memberikan contoh beberapa negara, seperti Eropa dan China yang maju karena memiliki skil, sedangkan Amerika Serikat karena inovatif dan kreatif.
Wapres mengakui bahwa PP Gontor tidak saja dikenal luas secara nasional, melainkan juga internasional karena beragamnya latar belakang santri dan alumni.
Pada peringatan tersebut, hadir juga Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang keduanya alumni PP Gontor, dan Gubernur Jatim Soekarwo.
Kedatangan Wapres disambut dua pengasuh PP Gontor KH Hasan Abdullah Sahal dan KH Abdullah Syukri Zarkasyi. (*)