Padang, (Antara) - Profesional rider yang satu ini sudah tidak diragukan lagi jam terbangnya. Loic Desriac, asal Perancis, yang bergabung dalam tim Singha Infinite Cycling Team (Thailand), telah amat banyak mengikuti turnamen internasional.
Meski demikian, Loic tetap mengganggap harus sangat serius menghadapi medan biking TdS 2016.
“Kami ke sini untuk bertanding. Maka kami akan seriusi. Kami fokus pada pertandingan,†kata Loic saat dijumpai beberapa waktu lalu di hotel tempat ia menginap.
Loic mengatakan, dirinya dan anggota tim benar-benar menganggap TdS adalah medan yang tidak boleh dianggap sepele. Jika tahun lalu dirinya menikmati asap saat TdS 2015, maka tahun ini dia berharap bisa menikmati pemandangan dengan jelas tanpa ada gangguan asap.
Turnamen kali ini memang merupakan turnamen TdS kedua kali yang ia ikuti. “Tahun kemarin, asap memberi kami masalah. Penglihatan tidak jelas, sehingga tidak terlihat keindahan alam dengan sempurna. Kini tidak ada asap. Kami berharap semua berjalan lancar. Medan tanjakan memang susah, tapi keindahan alam dan semangat mampu menguatkan,†tuturnya.
Medan TdS memang dipenuhi tanjakan-tanjakan unik. Loic menganggap kondisi geografis ini wajar dan tidak masalah. Loic juga menyatakan senang, para biker dibantu di lapangan untuk keamanan.
Jam terbang tinggi pria kelahiran 21 Juli 1989 ini tidak membuat dirinya merasa puas.
Sempat bergabung dalam beberapa tim seperti Kinan Cycling Team, Roubaix Lille Metropole, dan Roubaix-Dalkia. Loic tetap semangat untuk terus mengikuti perlombaan.
Turnamen yang baru-baru ini ia ikuti seperti Tour de Flores, Tour de Korea, dan Tour de Jakarta, menjadi bekal pelatihan dirinya mengikuti TdS 2016.
“Kami begitu menikmati banyaknya orang menonton menikmati biking kami. Kami seperti pasukan yang ditunggu-tunggu lewat,†kata Loic sumringah.
Loic memulai karir bersepedanya di usianya yang ke-18. Di usia 23 dia mulai ikuti lomba-lomba bersepeda junior, dan kelas-kelas profesional kemudian diambilnya di usia 27 tahun.
“Kami ke sini untuk bertanding. Maka kami akan seriusi. Kami fokus pada pertandingan,†kata Loic saat dijumpai beberapa waktu lalu di hotel tempat ia menginap.
Loic mengatakan, dirinya dan anggota tim benar-benar menganggap TdS adalah medan yang tidak boleh dianggap sepele. Jika tahun lalu dirinya menikmati asap saat TdS 2015, maka tahun ini dia berharap bisa menikmati pemandangan dengan jelas tanpa ada gangguan asap.
Turnamen kali ini memang merupakan turnamen TdS kedua kali yang ia ikuti. “Tahun kemarin, asap memberi kami masalah. Penglihatan tidak jelas, sehingga tidak terlihat keindahan alam dengan sempurna. Kini tidak ada asap. Kami berharap semua berjalan lancar. Medan tanjakan memang susah, tapi keindahan alam dan semangat mampu menguatkan,†tuturnya.
Medan TdS memang dipenuhi tanjakan-tanjakan unik. Loic menganggap kondisi geografis ini wajar dan tidak masalah. Loic juga menyatakan senang, para biker dibantu di lapangan untuk keamanan.
Jam terbang tinggi pria kelahiran 21 Juli 1989 ini tidak membuat dirinya merasa puas.
Sempat bergabung dalam beberapa tim seperti Kinan Cycling Team, Roubaix Lille Metropole, dan Roubaix-Dalkia. Loic tetap semangat untuk terus mengikuti perlombaan.
Turnamen yang baru-baru ini ia ikuti seperti Tour de Flores, Tour de Korea, dan Tour de Jakarta, menjadi bekal pelatihan dirinya mengikuti TdS 2016.
“Kami begitu menikmati banyaknya orang menonton menikmati biking kami. Kami seperti pasukan yang ditunggu-tunggu lewat,†kata Loic sumringah.
Loic memulai karir bersepedanya di usianya yang ke-18. Di usia 23 dia mulai ikuti lomba-lomba bersepeda junior, dan kelas-kelas profesional kemudian diambilnya di usia 27 tahun.
Amat banyak iven yang sudah diikutinya, seperti Tour du Loir et CherE Provost, Tous de Hokkaido, Tour du Maroc, Grand Prix de la Somme, Tour du Finistere, Chrono des Nations, GP de Pont a Marcq, Tour du Limousin, Ronde Van Vlaanderen Espoirs, Paris-Tours U23, dan masih banyak lagi.
Top Result yang pernah dia raih adalah saat dia mengikuti Paris-Tours U23, Grand Prix de la Somme, Tour de Maroc, Paris-Tours, dan Tour de Hokkaido. Kini kelas profesional sudah hal yang biasa dia ambil.
Meski demikian, Loic menekankan bahwa dirinya tidak pernah menganggap satu turnamen di satu tempat sebagai perlombaan yang mudah.
“Saya selalu bersungguh-sungguh. Seperti TdS ini, Saya tidak menganggap bahwa Saya akan dengan mudah bisa melewatinya. Saya selalu menganggap setiap medan adalah medan serius. Kami, tim, datang ke sini untuk berlomba. Dan Kami akan melakukannya,†kata Loic.
Iklim sport tourism yang dirasakan Loic begitu mendaratkan kaki di Sumatera Barat dikatakan cukup kondusif bagi dirinya.
Top Result yang pernah dia raih adalah saat dia mengikuti Paris-Tours U23, Grand Prix de la Somme, Tour de Maroc, Paris-Tours, dan Tour de Hokkaido. Kini kelas profesional sudah hal yang biasa dia ambil.
Meski demikian, Loic menekankan bahwa dirinya tidak pernah menganggap satu turnamen di satu tempat sebagai perlombaan yang mudah.
“Saya selalu bersungguh-sungguh. Seperti TdS ini, Saya tidak menganggap bahwa Saya akan dengan mudah bisa melewatinya. Saya selalu menganggap setiap medan adalah medan serius. Kami, tim, datang ke sini untuk berlomba. Dan Kami akan melakukannya,†kata Loic.
Iklim sport tourism yang dirasakan Loic begitu mendaratkan kaki di Sumatera Barat dikatakan cukup kondusif bagi dirinya.
“Namun saya berharap semuanya terus dikembangkan. Sekarang, yang Kami rasakan, biasa-biasa saja. Cukup. Tapi belum fine. Namun untuk masalah turnamen, no problem. Pemerintah sudah bagus. Kami tidak berpikir apapun selain berlomba,†tandasnya. (*)