Surabaya, (AntaraSumbar) - Sebanyak 466 penderita penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Surabaya masih anak-anak, bahkan 330 diantaranya masih berusia 0-4 tahun atau balita.
"Pada tahun 2014 saja jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 26.235 penderita, dengan rincian HIV sebanyak 16.051 penderita dan AIDS sebanyak 10.184 penderita," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim dr Harsono, Kamis.
Sedangkan pada 2015 tercatat sebanyak 24.935 penderita dikategorikan HIV dan 12.347 masuk kategori AIDS. Namun, yang lebih menyedihkan adalah 466 penderita HIV/AIDS di Kota Pahlawan itu masih berusia anak-anak.
Ia mengatakan, untuk kasus HIV/AIDS terbanyak diduduki Kota Surabaya, yakni sebanyak 2.030 kasus, disusul Kabupaten Malang dengan 1.058 kasus dan Kabupaten Jember sebanyak 750 kasus. Sedangkan daerah yang paling sedikit melaporkan kasus AIDS-nya adalah Kabupaten Sampang, yakni hanya 4 kasus.
Menurut Harsono, penyakit HIV/AIDS timbul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh karena kurangnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup yang baik dan sehat.
Harsono mengemukakan kelompok umur pasien AIDS yang paling dominan adalah kelompok umur 25-29 tahun, yaitu sebanyak 2.803 kasus atau sekitar 22,70 persen, sedangkan faktor risiko penularan tertinggi adalah melalui hubungan seksual beda jenis kelamin (heteroseks), yaitu sebanyak 9.627 atau sekitar 77,97 persen.
Untuk jenis pekerjaann, pasien AIDS terbanyak adalah wiraswasta, yakni sebanyak 2.192 kasus atau sekitar 17,75 persen, disusul dengan ibu rumah tangga sebanyak 2.129 (17,24 persen).
Sementara itu, untuk laporan kematian tertinggi pada tahun 2011 sebanyak 457 orang dan 2014 sebanyak 109 orang.
Melihat kondisi ini, katanya, harus ada upaya intensif dari semua pihak guna mengurangi penularan dan penambahan jumlah kasus HIV/AIDS. Sedangkan pemerintah sebagai pengambil kebijakan akan merevisi Perda Nomor 5/2004 untuk menyiapkan Obat Anti Retrovirus (ARV) dan obat pendukung lainnya yang akan diberikan secara gratis.
"Upaya lain yang akan dilakukan adalah memperkuat 134 sarana diagnosis HIV, berupa layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) di kabupaten/kota dan 45 sarana CST (Care Support Treatment) serta mengampanyekan Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)," tuturnya.
Harsono mengatakan, dari total penderita HIV/AIDS di Jatim yang telah meninggal sebanyak 2.292 orang, sebagian besar adalah dari golongan heteroseksual (75 persen), suntik (15 persen) dan sisanya adalah homo, perinatal dan biseks.
"Kondisi ini menjadi perhatian serius Pemprov Jatim, selain beberapa kasus kesehatan lainnya, seperti Tuberkulosis (TB) dan Kusta. Kami mengimbau akan lebih baik memeriksakan diri sedini mungkin agar penanganannya bisa cepat dilakukan," ujarnya. (*)