Akhir-akhir ini Rosidah terlihat begitu sedih. Tidak seperti biasanya dengan pembawaan yang sedikit riang. Apalagi ketika bersama teman-teman satu sekolahnya di kelas XI SMKN 1 Rao Selatan.

         Kesedihan yang melilit perasaan gadis manis yang akrab dipanggil Ida ini nampak semakin jelas terukir diwajahnya, Rabu (20/2) di saat dia memperhatikan beberapa foto bencana yang melanda kampung halamannya yang tersimpan di dalam satu unit komputer di bagian Humas Setda Pasaman.

         Apalah hendak dikata. Mujur sepanjang hari, malang tak dapat ditolak. Segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak yang kuasa.

         Hujan lebat yang terus mengguyur Kabupaten Pasaman menyebabkan aliran sungai meluap, sehingga membawa musibah banjir yang menghantam tiga Kecamatan pada Kamis malam (14/2), termasuk di tanah kelahiran gadis ini.

         Bagi Ida, banjir yang terjadi di malam itu berdampak sangat berat pada rindu yang ditanggung Ida terhadap orang tua, dunsanak dan famili yang tinggal di Jorong (Dusun) Kayu Ara, Nagari (desa adat) Koto Nopan, Kecamatan Rao Utara.

         Saat ini, dirinya mengaku sedang melakukan praktik lapangan (PL) di Sekretariat Daerah Pasaman yang berada di Lubuk Sikaping bersama beberapa orang temannya seperti yang telah ditugaskan dari sekolahnya.

         "Ida tidak bisa pulang. Sejak 6 hari terakhir tidak ada jalan menuju ke kampung Ida karena terputus akibat banjir," ujarnya.

         Terputusnya jalan satu-satunya menuju perkampungan Ida juga membuat orang tua siswa lainnya belum bisa dihubungi hingga saat ini.

         Disamping itu, kondisi tersebut juga menyebabkan para orang tua di sana belum bisa mengirimkan uang belanja dan makan untuk hidup di kos buat anaknya yang tinggal jauh dari kampung.

         Untuk sementara, Ida bersama puluhan siswa lainnya yang berasal dari Koto Nopan terpaksa harus meminjam uang kepada teman sekedar penyambung hidup menjelang keadaan akses ke kampung halaman pulih.

         Anak bungsu dari empat bersaudara ini sudah mencoba untuk menghubungi orang tuanya lewat telepon genggam dan menyuruh dirinya untuk tetap tabah dan jangan pulang dulu karena kondisi yang ada sekarang cukup parah.

         Larangan tersebut juga disampaikan kepada dua orang kakak kandungnya yang saat ini tengah mengikuti perkuliahan di STAI Lubuk Sikaping dan STKIP Padang.

         "Syukurlah, segala kebutuhan kakak sudah dikirim ayah sebelum terjadi banjir. Apalagi untuk kakak yang di Padang, karena tengah bersiap untuk wisuda pada April ini," tuturnya.

         Bagi Ida, belum datangnya kiriman dari kampung tidak masalah. Namun hal terberat yang ada dalam pikirannya yaitu bagaimana nasip keluarga dan warga di kampungnya saat ini.

         Kenapa tidak, banjir yang sempat memutus beberapa jembatan dan jalan di beberapa titik dari nagari Koto Rajo tersebut hingga kini membuat sekitar 5.000 KK terisolasi di Nagari Koto Nopan karena memang tidak ada akses lain menuju kesana.

         Saat ini, siswi ini bersama teman-temannya hanya bisa berharap agar akses sementara menuju perkampungan mereka dapat segera pulih sehingga mereka secepatnya bisa pulang dan bertemu dengan famili yang ada di sana.

Tiga Kecamatan Dihantam Banjir

    Musibah banjir yang terjadi di Kabupaten Pasaman pada saat itu sempat menerjang tiga Kecamatan yang diantaranya Padang Gelugur, Rao Selatan dan Rao utara. Namun banjir yang berdampak paling berat dirasakan masyarakat terjadi di Kecamatan Rao Utara.

         Akibat terjadinya banjir ini Wakil Bupati Pasaman, Daniel Lubis, memperkirakan sempat menelan kerugian mencapai Rp29,5 miliar.

         Menurut Wabup, kerugian terbesar akibat banjir tersebut terjadi pada sektor pertanian masyarakat seperti sawah dan kolam ikan yang hanyut.

         Disamping itu, kerugian juga terjadi pada sektor jalan dan jembatan yang rusak dihantam banjir.

         "Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, namun kerugian yang ditimbulkan cukup besar," ungkap Wabup.

         Bencana yang terjadi pada saat itu dipicu akibat meluapnya beberapa sungai setelah intensitas hujan cukup tinggi mengguyur Kabupaten Pasaman.

         Saat ini belum didapati data pasti dari kerugian akibat banjir karena masih ada beberapa kawasan yang masih belum bisa dijangkau oleh tim verifikasi BPBD Pasaman.

         Berdasarkan data sementara banjir di Kecamatan Rao Selatan dipicu akibat meluapnya pertemuan Sungai Batang Sibinail, Sungai Batang Asik dan Sungai Batang Sumpur.

         Mencapai 200 kepala keluarga terendam banjir, empat rumah rusak berat, tiga rusak sedang serta menghanyutkan sebanyak 322 hektare kolam ikan dan 270 hektare sawah yang ada di sana.

         Di Kecamatan Padang Gelugur, terjadi akibat meluapan Sungai Batang Sontang dan sempat membuat 100 KK lebih dan 65 hektare kolam terendam banjir.

         Sedangkan di Kecamatan Rao Utara menjadi kawasan yang berdampak paling parah. Selain merusak lahan pertanian masyarakat banjir juga sempat memutus akses jalan dan jembatan pada beberapa titik.

         Staf Kecamatan Rao Utara Irman, menambahkan, badan jalan yang roboh akibat banjir di Rao Utara terjadi di jorong Rumbio yang rusak sepanjang 75 meter lebih.

         Kerusakan jalan juga terjadi di jorong Batu Tinggi dengan total kerusakan terjadi pada 3 titik. Selanjutnya disusul jorong I Koto Nopan dengan kondisi ruas jalan ambruk mencapai 1 kilometer.

         Disamping kerusakan jalan juga terjadi dua jembatan utama putus (dengan panjang 30 hingga 40 meter) di Jorong Rumbio dan jembatan Tanjung Batuang

    Selain itu, banjir juga merobohkan tiga jembatan kecil (panjang maksimal 6 meter) yakni, jembatan Tabatu di Gunung Manahan, jembatan Sulung Aling di Batang Samo dan jembatan di Janji Saroha.

         Banjir juga menyebabkan sejumlah tiang listrik tumbang dan terjadi pemadaman aliran listrik yang membuat mayarakat yang terisolasi di Nagari Koto Nopan susah mendapat penerangan pada malam hari.

Tanggap Darurat

    Pasca terjadinya bencana banjir pada saat itu Pemerintah Kabupaten Pasaman menetapkan untuk tanggap darurat dilakukan selama dua minggu. Jangka waktu tersebut bisa saja diperpanjang jika situasi tidak memungkinkan.

         Sebanyak dua unit alat berat jenis eskavator dan berbagai peralatan lainnya langsung disiagakan dan hingga saat ini masih terus beroperasi dalam mengatasi dampak terhadap banjir agar akses mesyarakat secepatnya terbuka kembali.

         Sekretaris Daerah Pasaman Syamsurizal menyebutkan, bahwa Pekab Pasaman sudah menyediakan anggaran sebesar Rp800 juta dalam pemulihan jalan dan jembatan yang sempat terputus akibat banjir.

         Pemerintah Kabupaten Pasaman juga merangkul tokoh masyarakat di Kecamatan Rao Utara untuk duduk bersama dalam pembebasan lahan yang akan dilalui jalan alternatif menuju daerah terisolasi akibat banjir.

         Disamping itu, sebanyak 4,2 ton beras juga sudah tersedia dan 100 paket bantuan sembako juga telah diserahkan ke pihak Kecamatan untuk dibagikan bagi warga yang membutuhkan.

         Saat ini yang menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat yang terisolasi yakni minyak tanah untuk penerangan sebagai alterbatif dikala listrik padam akibat tiangnya roboh diterjang banjir.

         Untuk itu, Pemkab juga menyediakan sebanyak 5.000 liter minyak tanah yang siap dibagikan bagi warga yang terisolasi secara gratis.

         Dalam hal pembagian sejumlah bantuan yang akan dibagikan tersebut Pemkab sangat menekankan kepada pihak distributor agar bisa tersalurkan sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.

         "Jangan sampai terjadi ketimpangan dan kejanggalan sehingga bantuan tersalurkan secara tepat sasaran," ujar Wabup Pasaman.

 Masyarakat Butuh Bantuan

    Meskipun sudah tersedia berbagai bantuan yang dapat diberikan bagi warga, namun tidak adanya akses menuju ke perkampungan warga membuat para petugas belum bisa membagikannya.

         Saat ini sejumlah bantuan masih tersimpan di Posko banjir yang dipusatkan di Jorong Rumbio, Nagari Koto rajo.

         Kondisi cuaca yang sering hujan membuat para petugas di lapangan cukup kelabakan dalam mengupayakan pengalokasian bantuan menuju perkampungan warga yang sempat terisolasi.

         Selain itu, kondisi sungai juga sering pasang surut akibat hujan yang terus turun sepanjang masa tanggap darurat pasca banjir terjadi.

         Sulitnya jaringan dan signal telepon genggam juga menambah kekhawatiran masyarakat terhadap warga yang terisolasi karena tidak dapat berhubungan.

         Jika pun diantar dengan menggunakan jasa angkutan, kondisi jalan yang cukup parah dengan kondisi perbukitan dan lurah yang cukup dalam juga sangat sulit untuk di daki.

         Sementara, warga terus berharap agar bantuan ini secepatnya bisa untuk dibagikan. Bagi warga bisa saja berhubung kembali dengan masyarakat tetangga menjadi sebuah keinginan yang paling dalam.

         Hingga saat ini, berbagai kondisi yang dihadapi tersebut membuat berbagai kalangan semakin penasaran. Entah kapan masyarakat yang terisolasi ini dapat terhubung kembali. Belum bisa dipastikan. Namun pemkab bersama masyarakat dan berbagai tim relawan lainnya terus melakukan berbagai upaya sehingga keadaan segera pulih.  (*/jno)


Pewarta : Muhammad zikri
Editor :
Copyright © ANTARA 2024