"Kami ingin lihat lebih dekat Kota Bukittinggi," kata salah seorang rombongan wanita The United Malays National Organisation (UMNO) Pekan, Negara Bahagian Pahang, Malaysia, Norhayati binti Khalid.
Keingintahuan terhadap Ranah Minang, menjadi satu semangat mengundang 163 orang wanita dari negara Jiran itu.
Tak hanya sekedar melihat keindahan alam Sumatra Barat yang dikaruniai Sang Pencipta.
Namun lebih dari itu, kedekatan emosional sebagai negara serumpun, menjadi 'magnet' bagi kaum hawa asal Malaysia berziarah ke tanah para leluhur yang tak dapat dipisahkan dari Tanah Minang, terutama dari Negari Sembilan.
Bahkan di Negeri Sembilan, ada perkampungan yang berbagai atribut digunakan masih bernuansa Minangkabau.
Mungkin banyak lagi, baik dalam bentuk budaya dan lainnya yang masih melekat khas Minangkabau.
"Kami juga ingin melihat dekat Istano Basa Pagaruyung," ujar perempuan berjilbab yang juga salah seorang Timbalan Pengerusi Tetap Wanita UMNO Bahagian Pahang itu.
Peninggalan Kerajaan Pagaruyung, simbol yang mengingatkan warga negara tentangga Indonesia itu, adanya hubungan emosional dengan Ranah Minang.
Paramuwisata daerah ini pun memanfaatkan peluang dekatan emosional itu, mendatangkan banyak wisatawan dari Malaysia.
Bahkan, ketika berkunjung ke Sumbar, selalu membawa rombongan ke Batusangkar melihat Istano Basa Pagaruyung.
Norhayati mengatakan, sebagian besar dari anggota rombongan belum pernah ke Bukittinggi, sehingga tujuan utama mengunjungi kota berhawa sejuk ini.
"Selama ini kami hanya mendapatkan informasi tentang keindahan alam Bukittinggi. Makanya akhir tahun ini rombongan mengunjunginya selama sepekan penuh 6-10 Desember 2011," katanya.
Rombongan yang didominas wanita usia 40-an ke atas itu, tak melupakan melihat lebih dekat home industri tenunan Pandai Sikek.
"Kami senang sekali, kami ingin senang, makanya canda tawa yang kami perbanyak," kata ibu yang ramah saat hendak menuju Danau Maninjau dari Hotel Pusako Bukittinggi pada Rabu (7/12) pagi.
Hal yang sama juga dikemukakan Arpiah binti Sabran. Wanita berusia 54 tahun itu juga mengaku pertama kali mengunjungi Kota Bukittinggi, meski leluhurnya berasal dari Tembilahan, Kepulauan Riau.
Yulfiedi seorang pemadu para wanita UMNO itu, mengatakan rombongan selama sepekan sudah melihat sejumlah obyek wisata alam di Bukittinggi.
Kemudian melihat keindahan Danau Maninjau dan Istano Basa Pagaruyung, dan selama dua hari di Kota Padang, menjelang rombongan bertolak ke Malaysia akhir pekan.
"Bagi wisatawan mancanegara asal Malaysia, berkunjung ke Istano Basa Pagaruyung tak bisa ditinggalkan, karena mereka punya ikatan emosional dengan Ranah Minang," kata pria paroh baya yang telah sejal 1995 berprofesi sebagai pemandu wisawatan itu.
Masih belum luput dari ingatan sekitar 50 jurnalias dan budayawan yang dipimpin Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, Dato Rais Yatim, berkunjung ke Minangkabau.
Kunjungan yang berlansung sejak Jumat-Senin (23-26/9) dengan beragam kegiatan yang dibuka Menteri Komunikasi dan Informasi RI, Tiffatul Sembiring di Bukittinggi.
Salah satu kegiatannya, rombongan wartawan dari berbagai media Malaysia dibawa melihat lebih dekat sejumlah obyek wisata andalan Sumbar, di antara Kawasan Mande dan Puncak Langkisau di Pesisir Selatan.
Pembenahan
Pengembangan obyek wisata dan mendatangkan banyak wisatawan domestik maupun mancanegara tidak cukup mengandalkan keindahan alam yang dimiliki daerah ini.
Aspek kebersihan lingkungan dan keramahan masyarakat dalam memberi pelayanan, baik di kawasan obyek atau di tempat penjualan sovenir menjadi hal penting untuk diperhatikan.
Menurut Ketua DPC Himpunan Paramuwisata Indonesia (HPI) Kota Bukittinggi Budiman, masih banyak keluhan dan masukkan dari wisatawan masalah kebersihan.
Ke depan dalam pengembangan sektor pariwisata Sumbar, mesti fokus dan memberi perhatian serius terhadap masalah kebersihan.
"Aspek kebersihan harus jadi perhatian, sehingga tak lagi ditemukan sampah berserakkan pada ruas jalan utama menuju obyek wisata," katanya.
Kondisi itu, sangat mencolok dan menjadi perhatian serta penilaian wisatawan, seperti di ruas jalan dari arah Padang-Bukittinggi-Payakumbuh dan Bukittinggi-Tanah Datar.
Kemudian di kawasan obyek wisata masih ditemukkan sampah yang berserakkan dan belum tersedianya bak-bak pembuang sampah yang memadai.
Instansi terkait di kabupaten/kota harus memberikan perhatian serius, karena berpengaruh terhadap wisatawan dan berdampak negatif terhadap citra pariwisata daerah.
Prilaku masyarakat masih ada ditemukan belum terbangun sadar wisata. Sebab, selama ini begitu kuat peran masyarakat ketimbangan kebijakan yang dibuat pemerintah daerah. Apalagi banyak obyek wisata berada dekat perkampungan masyarakat.
Kenyataan seperti itu, menunjukan pengembangan dan pengelolaan pariwisata daerah masih kontradiksi antara kebijakan pemerintah daerah dengan kenyataan di lapangan.
Hendaknya sejalan antara pelaku pariwisata dengan pemerintah daerah dalam melakukan berbagai terobosan untuk mengundang banyak wisatawan ke Sumbar.
"Pemerintah daerah mesti tegas dalam menegakkan aturan dan membangun kesadaran masyarakat di lingkungan obyek wisata, agar pengelolaan pariwisata profesional," katanya.
Ke depan perlu fokus dalam pengembangan sektor pariwisata sesuai dengan peran masing-masing, supaya memberi dampak terhadap perekonomian daerah.
Semakin positif citra parwisata Sumbar di mata wisatawan asing, tentu membuat mereka tak bosannya untuk datang dengan membawa banyak rombongan sepanjang tahun.
Data HPI kunjungan wisman asal Malaysia ke Sumbar sekitar 10.000 orang per tahun melalui berbagai biro perjalanan wisata daerah itu.
Motivasi wisatawan Malaysia berkunjung karena ingin melihat jejak para leluhurnya, disamping belanja dan wisata kuliner. Jadwal kunjungan dominan pada Maret, April dan Desember karena masa libur di negara jiran itu.
"Wisman negara sawit itu, sangat mengagumi keindahan alam Sumbar, tapi masalah kebersihan tetap jadi masukan mereka," kata Budiman. (*)