Sejarah telah mencatat dengan tinta emas kegemilangan, bahwa dari dahulu sampai sekarang Mahasiswa selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur pelaku perubahan di negeri ini. Sebut saja sejak masa Kebangkitan Nasional 1920, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan RI 1945, hingga masa awal Orde Baru 1966 dan Orde Reformasi 1998, Mahasiswa senantiasa memberi kontribusi positif serta memberi warna benderang terhadap dinamika perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Peran atau kontribusi strategis mahasiswa dalam kaitannya dengan upaya membangun eksistensi bangsa ke arah yang lebih baik sesungguhnya sangat sejalan dan senafas dengan tujuan berdirinya Republik tercinta ini sebagaimana termaktub di dalam pembukaan UUD 1945, yaitu :
Secara internal, mahasiswa beserta seluruh komponen bangsa, memiliki peran strategis sebagai ujung tombak untuk menciptkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang melindungi senegap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia (menumbuhkan rasa aman), memajukan kesejahteraan umum (peran sosial) dan mencerdaskan kehidupan bangsa (peran intelektual).
Secara eksternal dalam kerangka meneguhkan eksistensi bangsa dan negara ini di dalam percaturan kehidupan Internasional, maka mahasiwa juga diminta berperan aktif menjadi katalisator untuk menciptakan perdamaian abadi dan ketertiban dunia bersama-sama dengan elemen bangsa lainnya.
Kedua peran strategis mahasiwa tersebut yang juga merupakan implemetasi dari tugas pokok dan fungsi negara bahkan sejatinya (secara implisit) telah diisyaratkan Allah Swt 14 abad lalu melalui Rasulullah Saw dalam surah Quraisy ayat 4 yang artinya : “ yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar (aspek kesejahteraan umum) dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan (aspek kamtibmas)”.
Untuk mewujudkan peran strategis yang sangat berat namun mulia itu, kiranya diperlukan seperangkat modal dasar (bekal) yang secara inheren melekat dan tumbuh didalam diri setiap mahasiswa. Bekal strategis dimaksud nantinya perlu dipersipakan guna mengantisipasi kemungkinan adanya hambatan, tantangan, ancaman bahkan gangguan yang akan melemahkan kontribusi positif mahasiswa di dalam upaya keterlibatannya membangun bangsa. Diantara bekalan tersebut adalah sebagai berikut :
Tidak dapat dibantah dan dipungkiri lagi bahwa setiap bangsa yang mampu menguasai IPTEK dan IT, pastilah bangsa tersebut memilki peluang dan kesempatan besar untuk menguasai dunia. Logika ini semakin kuat memberi alasan mengapa kita (mahasiswa) perlu berupaya otipmal untuk senantiasa belajar dan menekuni bidang IPTEK dan IT tersebut. Karena pada hakikatnya kita berada, hidup, tumbuh dan berkembang di dunia yang global dan dinamis. Sehingga penguasaan IPTEK dan IT sangat memungkinkan kita untuk memilki imunitas dan daya kompetisi yang kokoh agar tidak dilindas zaman bahkan dijajah oleh bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.
Pengalaman dan keterlibatan dalam suatu organisasi menjadi modal dasar yang juga tidak kalah pentingnya. Mengingat, di dalam budaya berorganisasi biasanya kita akan belajar tentang tata cara berkomunikasi, berinterkasi, problem solving, mengelola SDM hingga memenej struktur organisasi tersebut. Dengan demikian berdasarkan pengalaman berorganisasi dimaksud, diharapkan kiranya dapat terbentuk profil Mahasiswa yang dinamis, komunikatif dan tanggap dengan berbagai permasalahan yang muncul serta mampu mencarikan jawaban dan solusi terhadap permasalahan tersebut secara tepat dan akurat.
Satu hal yang juga relevan dan signifikan perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa adalah modal berupa kekuatan jaringan atau koneksi. Modal koneksi ini paling tidak akan membantu kita untuk mengenal, berinteraksi dan membangun komunikasi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang gender, suku, bangsa, budaya, bahasa, pendidikan dan pengalaman yang tidak sama. Dengan modal koneksi ini kita mengharapkan munculnya kekuatan baru, soliditas dan solidaritas untuk menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan guna mencapai visi, misi dan tujuan bersama yang dicita-citakan. Dalam bahasa Agama, kekuatan jaringan ini diistilahkan dengan Ukhuwwah Islamiyyah atau persaudaraan. Sebagaimana Allah Swt telah berfirman di dalam Surah Al-Hujurat ayat 10 dan 13 yang artinya :
“Sesungguhnya, hanya orang berimanlah yang bersaudara (membangun jaringan) itu”, dan “Sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal (membangun koneksi). Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allah Swt adalah orang-orang yang bertaqwa”.
The last but not least, bekal berikutnya adalah kekuatan karakter yang muncul, tumbuh dan berkembang secara inheren dari dalam diri sendiri. Kekuatan karakter sejatinya berupa kumpulan profil khas dan istimewa yang membedakannya dengan kepribadian pada umumnya, yang akan mengarahkan dan menggerakkan sikap dan perilaku positif di dalam kehidupan setiap insan (mahasiswa). Pada tataran aplikatif, kekuatan karakter dimaksud adalah akhlaqul karimah yang lahir karena Iman dan Taqwa kepada Allah Swt. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 197 dan Sabda Rasulullah Saw yang maknanya sebagai
“Berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah Taqwa”, dan “Sebaik-baik diantara kalian adalah yang paling baik Akhlaqnya (kepribadiannya)”. (Al-hadits). Beberapa peran strategis yang harus dimainkan dan bekal mendasar yang mutlak dimiliki oleh setiap mahasiswa, agar mampu memberi kontribusi optimal untuk kemajuan dan kejayaan bangsa di masa mendatang.
* Penulis adalah anggota DPRD Kota Bukittinggi Fraksi PKS