Tak terperi derita yang harus ditanggung Yurna Mustamil (34), bagaimana tidak, sang istri tercinta, Ira (23), yang menjadi korban longsor di Jorong Pandan Kenagarian tanjung Sani Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam, masih belum ditemukan. Padahal, pencarian telah dilakukan selama empat hari di areal longsoran. Lokasi tempat tertimbunnya ibu dari anak lelaki satu-satunya hasil perkawinan mereka, Feri Febrian (5), belum juga ditemukan. Padahal, Yurna yakin, korban tertimbun tidak jauh dari tempat tinggal mereka di bibir pantai barat Danau Maninjau yang merupakan tempat keluarga ini mengais rezki dari berkebun buah pala, cengkeh dan Keramba Jala Apung (KJA). Hingga hari keempat, jenazah Ira, memang belum bisa ditemukan oleh Tim SAR Kabupaten Agam, Limapuluh Kota, Kabupaten Solok, TNI, Polri, warga dan organisasi sosial lainnya yang turut dalam proses evakuasi. Tim SAR yang juga melibatkan dua ekor anjing pelacak untuk mengendus jejak korban pun mengalami kesulitan. Sebab, material yang menutupi kawasan tersebut tebalnya hampir 2 meter. Dengan mata dipenuhi buliran bening yang tak mampu dibendungnya, Yurna menceritakan, sebelum musibah menimpa istrinya, mereka masih sempat bercanda ria dengan anak semata wayang buah perkawinan mereka. "Pada hari Minggu (25/4) itu, daerah kami diguyur hujan lebat sejak siang hingga sore hari. Walau agak was-was, namun tak sedikitpun terbersit di benak saya, kalau akan datang longsor yang meluluh lantakkan daerah kami. Dan yang lebih tak terpikirkan lagi, merenggut nyawa orang tercinta kami," katanya terbata-bata. Walaupun Yurna paham wilayah tempat tinggalnya termasuk zona merah yang tidak bisa dihuni apabila curah hujan terlalu tinggi, namun pria ini tak terlalu mengindahkannya. "Tepat pukul 18:00 WIB, titik-titik longsor mulai muncul. Saat itulah, kepanikan mulai melanda saya dan keluarga," kata Yurna Mustamil, kepada antara-sumbar.com, saat memeluk fhoto keluarganya. Yurna, Ira dan Ferdi pun mengungsi ke rumah tetangganya yang berada tidak jauh dari rumah mereka. Dari rumah tetangganya tersebut, pasangan ini pun memutuskan untuk pergi meninggalkan daerah tersebut ke daerah yang lebih aman yang jaraknya sekitar 3 KM. Dengan kondisi pakaian yang basah kuyup, mereka masuk rumah dan mengambil pakaian. Saat berada dalam rumah, bunyi longsor terdengar sehingga mereka menghindari bunyian tersebut ke arah bibir danau. Saat berada di tepi danau, material longsor menghantam keluarga tersebut, sehingga keluarga kecil tersebut terpisah, dia hanya bisa menyelamatkan anak semata wayang mereka, sedangkan temanya mengalami luka pada bagian kaki. "Rasa pilu tak terbentung, kemana mau mengadukan kondisi ini, karena tetangga di sekeliling tempat saya tinggal tidak ada lagi dan lampu juga padam. Yang membuat saya tak mampu berkata adalah, longsor menimbun istriku saat tangannya tengah saya genggam," kata dia sambil meneteskan air mata. Dia dan temannya berusaha mencari istri yang tertimbun dengan alat seadanya, namun kerja keras yang dia lakukan tidak memenuhi hasil. Sehingga dia melaporkan kejadian ini kepada sanak familinya dan warga setempat. "Telah empat hari, jasad istri saya belum juga ditemukan. Meskipun telah mengikhlaskan kepergiannya, namun saya tetap berharap bisa melihat jasadnya untuk terakhir kali," kata Yurna yang semakin keras suara tangisnya mengakhiri. ***

Pewarta : Yusrizal
Editor :
Copyright © ANTARA 2024