Bagi sebagian orang, bepergian setiap pagi dari Sicincin Kabupaten Padang Pariaman ke Kota Solok, kemudian sore harinya kembali lagi ke Sicincin terasa berat dan melelahkan. Namun kondisi ini tidak berlaku bagi Emi (36), warga Sicincin Kabupaten Padang Pariaman. Pasalnya dengan rutinitas inilah dia meringankan beban suaminya Munir (43) menafkahi tiga orang anaknya. Dalam menjalankan rutinitias ini, Emi selalu bangun pagi lebih awal. Belum lagi mentari di ufuk timur memunculkan sinarnya secara sempurna, Emi telah bangkit dari tempat tidur. Dia terus ke dapur, mempersiapkan minuman dan sarapan pagi untuk anak dan suami, dilanjutkan dengan mengambil air wudhuk dan shalat subuh. Usai melaksanakan kewajiban kepada Sang Khalik, dia mempersiapkan dan merapikan pakaian, buku tulis dan peralatan sekolah tiga orang anaknya hingga ketiganya berangkat menuju sekolah. Usai melepas buah hati berangkat sekolah, Emi langsung menuju rumah induk semang untuk mengambil sejumlah telur asin dan sala lauak yang akan dijualnya sepanjang perjalanan dari Sicincin ke Kota Solok. Bila masih tersisa dagangan ini terus dijual lagi sekembalinya dari Kota Solok ke Sicincin. “Dagangan kita tidak pernah tersisa. Setiap hari telur asin dan sala lauak ini selalu habis setibanya kita di Kota Solok. Sebab begitu tiba di Kota Solok, biasanya dagangan ini tinggal sedikit dan langsung habis begitu kita menjualnya di Pasar Raya Solok,” jelas Emi kepada antara-sumbar.com di Pasar Raya Solok, kemarin. Emi menjelaskan rutinitasnya setiap hari menjual telur asin dan sala lauak dari Sicincin ke Kota Solok dimulai dari Sicincin sendiri. Begitu berangkat dari rumah induk semang, dia langsung berdiri di tepi jalan menstop bus angkutan umum jurusan Padang – Bukittinggi atau Padang – Payakumbuh. Begitu naik, sepanjang perjalanan menuju Kota Padang Panjang, dia mulai menjajakan telur asin dan sala lauknya. “Biasanya setiap pagi menjelang sampai di Kota Padang dagangan kita banyak terjual,” jelas Emi. Begitu tiba di Kota Padang Panjang, Emi turun di Terminal Bukit Surungan Padang Panjang, dan mulai lagi menjajakan dagangannya kepada setiap orang. Setelah banyak terjual, dia bersiap-siap menaiki bus angkutan umum jurusan Bukittinggi - Solok yang selalu melewati terminal ini. Begitu menaiki bus, Emi kembali menjajakan telur asin dan sala lauk kepada setiap penumpang hingga sampai ke Kota Solok. “Setiba di Kota Solok, biasanya dagangan kita tinggal sedikit dan langsung habis begitu kita jual di Pasar Raya Solok. Kalaupun masih ada yang tersisa, akan kita jual lagi sepanjang perjalanan Kota Solok – Padang Panjang dan Padang Panjang – Sicincin saat kita kembali ke rumah, sehingga dagangan kita tetap habis terjual. Namun itu jarang terjadi, sebab di Pasar Raya Solok ini dagangan kita selalu habis terjual,” ucapnya tegas. Emi mengaku dengan rutinitas ini dia mampu menjual habis 50 butir telur asin dan 100 buah sala lauak setiap harinya. Telur asin dijual dengan harga Rp 2.000,- per butir, sedangkan sala lauak dijual seharga Rp 500,- per buah. Dari usaha ini Emi mendapatkan gaji/keuntungan sebesar Rp 50 ribu per harinya. “Ya lumayanlah buat membantu meringankan beban suami saya yang hanya bergaji sebesar Rp 30 ribu / hari, sebagai seorang sopir toko bangunan di Sicincin,” ucapnya bangga. (***)

Pewarta : Aurizal
Editor :
Copyright © ANTARA 2024