Ingin tahu perkampungan Minangkabau tempo dulu? Berkunjung saja ke ke Solok Selatan, kabupaten berhawa sejuk di selatan Sumatera Barat. Kabupaten Solok Selatan tidak hanya menawarkan wisata alam, tapi juga satu kawasan yang diberi julukan "Perkampungan Seribu Rumah Gadang". Kawasan yang dimaksud ialah Nagari (desa) Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, sekitar 130 km dari Kota Padang atau 33 km dari ibukabupaten Solok Selatan, Padang Aro. Nagari Kota Baru merupakan perkampungan tradisional masyarakat Alam Sarambi Sungai Pagu dengan luas sekitar 10 hektare. Terdapat sekira 146 unit rumah gadang di sana. Deretan rumah gadang itu sebagian masih dilengkapi "rangkiang", lumbung padi di samping rumah utama. Berbagai bentuk rumah gadang Sumatera Barat terdapat di perkampungan itu, mulai dari tipe Gajah Maharam, Bodi Chaniago, Koto Piliang, Surambi Aceh, dan perpaduan tipe bangunan rumah gadang yang lain. Rumah gadang di perkampung itu masih dalam keadaan seperti aslinya, berbahan bangunan kayu dan papan, mulai dari tonggak, dinding dan lantainya, dengan atap seng "bergonjong". Ada rumah gadang yang dipoles dengan ukiran gaya minangkabau pada dindingnya dan juga ada yang tanpa ukiran sedikit pun. Jalan di perkampungan itu sudah dibeton. Ny. Munizar (54), satu warga pemilik rumah gadang diperkampungan itu, menuturkan, masyarakat masih memfungsikan rumah gadang untuk kegiatan adat, seperti musyawarah kaum, pesta perkawinan, dan upacara kematian. Setiap rumah gadang masih dihuni para keluarga, walaupun ada yang hanya diisisatu keluarga. Menurut perempuan paruh baya itu, karena masih dihuni, rumah gadang di sana tetap terjaga dan tidak cepat rusak. Terdapat beberapa suku menurut garis keturunan Minangkabau di desa itu, seperti Suku Melayu, Bariang, Sikumbang, Panai, Durian, Caniago, Kampai, dan Tigo lareh. "Awak (saya) tidak tahu pasti tahun didirikan rumah gadang yang ini," kata Munizar. Kawasan rumah gadang itu kini mulai diminati masyarakat sebagai tujuan wisata. Apalagi, selama perjalanan ke desa itu orang bisa menikmati perkebunan teh di kawasan jalan lintas tengah Sumatera. Pariwisata Nama "Perkampungan Seribu Rumah Gadang" itu diberikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan Mutia Hatta, ketika putri Muhammad Hatta itu berkunjung ke Kabupaten Solok Selatan, beberapa waktu lalu. Pemkab Solok Selatan terus membenahi Nagari Kota Baru, karena kawasan itu dinilai bisa menjadi ikon pariwisata di sana. Kepala Tata Usaha Kator Pariwisata, Seni, dan Budaya, Solok Selatan, Bujang Basri mengatakan, lokasi itu ditetapkan menjadi obyek wisata budaya andalan di kabupaten itu. Kabupaten berpenduduk sekitar 130 ribu jiwa tersebut juga memiliki aneka rumah tempo dulu yang bersejarah, di antaranya rumah gadang Durian Taruang, sekitar 500 meter dari Padang Aro. Rumah itu merupakan istana Raja dan Putri Intan Juri serta rumah gadang pertama yang dibangun di Nagari Durian Tarung, ratusan tahun lalu. Juga ada rumah gadang "Datuak Rajo Disambah", 49 kilometer dari Padang Aro yang memiliki atap "bagonjong lima", beranjungan satu dan merupakan rumah adat khas Sungai Pagu, Solok Selatan. Dalam rumah itu tersimpan peninggalan adat budaya bernilai tinggi yang hanya digunakan pada upacara adat. Rumah bersejarah lainnya, bangunan Ustano Rajo Balun di Jorong Balun, 47 kilometer dari Padang Aro yang merupakan kediaman keluarga Raja Adat Alam Serambi Sungai Pagu. Rumah gadang itu berbentuk Istana Serambi Aceh dengan posisi menghadap ke timur dan di dalamnya menyimpan banyak peninggalan kuno, seperti naskah balun, perlengkapan penobatan raja, peralatan sekapur sirih, dan peralatan makan raja. Berikutnya, Rumah Gadang 21 ruang di Nagari Abai, 40 kilometer dari Padang Aro. Rumah itu memiliki 21 ruang memanjang dengan arsitektur "bagonjong" yang dikenal sebagai rumah gadang terpanjang di Sumbar. Banyak rumah gadang di Solok Selatan yang kini terus dibenahi pemerintah kabupaten setempat. Upaya pembenahan terus dilakukan, kata Bujang, agar makin memikat wisatawan. (***)

Pewarta : Siri Antoni
Editor :
Copyright © ANTARA 2024