Jakarta, (Antara) - Berawal dari pahitnya tak diperbolehkan menjadi komikus oleh kedua orang tuanya karena dianggap bukan profesi yang bergelimang materi, komikus ternama Tanah Air Chris Lie mempunyai kiat tersendiri dalam mensejahterakan rekannya sesama komikus. "Orang tua tidak setuju saya menjadi komikus. Akhirnya, saya mengambil kuliah yang masih ada hubungannya dengan gambar yakni teknik arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB)," kenang Chris Lie di Jakarta, Sabtu. Setelah menunaikan kewajibannya, menyelesaikan kuliah, Chris Lie mewujudkan impiannya menjadi komikus dunia. Pada 2013, ia mendapatkan beasiswa Fullbright untuk meneruskan S2 di bidang Sequential Art di Savannah College of Arts and Design, Amerika Serikat. "Semasa kuliah, saya magang di perusahaan penerbit ternama, Devils Due Publishing. Awalnya pekerjaannya hanya fotokopi dan kirim paket, tapi lama-lama mereka percaya," kata dia. Chris terlibat dalam pembuatan "action figure" GI Joe dan juga ilustrasi film waralaba itu. Ia pun pernah menjadi ilustrator film Transformer. Juga membuat rancangan "games" Star Wars dan Lord of The Rings. Bersama dengan temannya, Jake T Forbes, Chris membuat komik Return to Labyrinth yang meraih New York Times Manga Best Seller dan bersaing dengan komik Naruto. Pada 2007, ia memilih kembali ke Indonesia. Ia mendirikan studio komik bernama Caravan. Berawal dari keprihatinannya, mati surinya komik lokal, ia dan teman-temannya menciptkan komik kompilasi re:On. "Makna re:On yakni menghidupkan kembali semangat komik Indonesia," jelas dia. Chris menjelaskan animo masyarakat terhadap komik re:On tersebut cukup baik. Terbukti dengan tidak ada dikembalikannya komik-komik yang sudah disalurkan. Komik re:On dijual melalui jaringan ritel "minimarket" dan sejumlah toko buku. Komik itu hadir sejak Juli 2013 dan terbit setiap 6 minggu sekali. Chris juga menerima karya-karya dari komikus-komikus di luar perusahaannya. Dengan demikian, komikus-komikus muda mendapatkan penghasilan dan direstui menjadi komikus oleh orang tua mereka. "Mereka mendapat penghasilan dari komik. Dengan begitu, orang tua mereka akan mikir, komik selain hobi juga menghasilkan." Tak hanya jualan komik, Chris menjual produk turunan dari serial komik itu seperti kaos, kalendar, buku foto, dan lainnya. Dengan harapan, komikus akan mendapatkan royalti dalam setiap penjualannya. Chris berupaya ingin mengembalikan kejayaan komikus Tanah Air. Di masa lalu, komikus bisa hidup mapan dari komik ciptaannya. "Ke depannya, re:ON berupaya untuk melebarkan sayap ke media lain seperti animasi, musik, dan game. Dengan demikian akan semakin mendekatkan re:On ke hati masyarakat," harap dia. (*/sun)

Pewarta : 22
Editor :
Copyright © ANTARA 2024