Jakarta, (Antara) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengatakan pihaknya sedang mengembangkan teknologi deteksi cuaca dan iklim yang lebih teliti, tepat, cepat lewat metode komputasi dinamika fluida (CFD). "Teknologi ini diadopsi dari dunia penerbangan. CFD biasa dipakai untuk mendesain dan menganalisis pesawat terbang," kata Andi saat ditemui di kantornya di Jakarta, Rabu. Dia mengatakan teknologi dari CFD penerbangan memiliki persamaan jika diterapkan di bidang cuaca dan iklim. "Ada persamaan dari dunia penerbangan terkait unsur zat mengalir (zalir) udara yang sama-sama bergerak. Cuaca dan iklim juga bersinggungan dengan fluida udara. Nah zalir ini kita perluas tidak hanya pada penerbangan tapi juga untuk cuaca dan klimatologi," katanya. Dengan CFD itu data tentang perubahan temperatur, tekanan, kerapatan, kelembaban dan indikasi lain di udara dapat didapatkan dan dilaporkan ke pusat secara terus-menerus. Artinya, perubahan cuaca dan iklim akan terus dilaporkan. Banyak negara maju, masih kata dia, telah menerapkan metode CFD ini. "CFD ini berbicara mengenai simulasi gerakan zat mengalir (zalir) yang bisa bisa berupa air, udara dan segala macamnya berikut dengan apa yang ada di dalamnya, reaksi kimianya, bentuk fisiknya dan segala macam," kata Andi. Andi mengatakan CFD penting dalam melaporkan perubahan iklim dan cuaca secara terus menerus (real time). "Persamaan dasarnya sama sehingga kita kembangkan penerapannya. Mengapa CFD ini penting sekali? Karena buktinya kita ini untuk prakiraan cuaca dan iklim itu sama-sama berinteraksi dengan zat mengalir baik yang kaitannya dengan temperatur, tekanan, kerapatan, kelembaban dan sebagainya. Di dalam persamaan dasar itu kemudian dihitung jelasnya." "Nantinya ke depan prakiraan cuaca dan iklim itu harus memperhitungkan itu karena kebutuhannya itu cepat sekali. Termasuk juga untuk air navigation (navigasi udara) karena mulai 2015, Eropa dan Jepang itu sudah menerapkan kebijakan satu udara (one sky policy)," kata dia. Meski begitu, Andi mengatakan terdapat kendala peralatan dan sumber daya manusia dalam membuat prakiraan cuaca yang lebih teliti, tepat, cepat lewat metode CFD. "Jadi nanti dengan CFD ini arena kebutuhannya cepat maka prosesnya otomatis dan membutuhkan komputer berkapasitas besar dan cepat. SDM juga terkendala," kata Andi. (*/jno)


Pewarta : 172
Editor :
Copyright © ANTARA 2024