Jakarta, (Antara) - Bursa Efek Indonesia menyebutkan diaspora Indonesia berpotensi menjadi investor di pasar modal domestik dan mendorong arus dana masuk atau "capital inflow".
"Diaspora adalah orang-orang yang berpotensi menjadi investor di pasar modal Indonesia," kata Direktur Utama BEI Ito Warsito dalam diskusi dengan tema "Tapping the Diaspora: Potential Investment Inflow for Indonesia¿s Capital Market" di Jakarta, Jumat.
Saat ini, menurut dia, nilai remitansi atau jumlah kiriman uang ke Tanah Air dari dari para diaspora ke Indonesia melalui perbankan senilai Rp94 triliun per tahun.
Jumlah itu, lanjut Ito Warsito, masih lebih tinggi dibandingkan aksi beli bersih investor asing (foreign net buy) di BEI sejak awal tahun 2014 yang mencapai Rp44,2 triliun per JUmat, (20/6).
"Karena tinggal di luar negeri maka meskipun WNI, diaspora akan dihitung sebagai investor asing," kata Ito Warsito.
Ia mengemukakan bahwa kepemilikan investor asing atas saham yang tercatat di BEI saat ini masih mayoritas yakni sebesar 64 persen dan sisanya domestik.
Kendati demikian, lanjut Ito Warsito, BEI tidak membedakan baik itu atas nama investor domestik maupun asing karena pihaknya selalu aktif mengundang sebanyak-banyaknya investor untuk masuk ke pasar modal.
"Semakin banyak investor maka akan meningkatkan likuiditas dan pada akhirnya memperbesar industri pasar Indonesia," ucapnya.
Ia mengemukakan bahwa jumlah diaspora saat ini sekitar 4,6 juta orang untuk yang masih berstatus WNI dan sekitar satu juta orang yang non WNI. Dengan asumsi empat juta orang melakukan investasi rata-rata Rp100 juta per orang di pasar modal Indonesia maka ada potensi capital inflow senilai Rp400 triliun.
"Dengan asumsi itu, ada sekitar delapan persen dari total kapitalisasi pasar indeks harga saham gabungan (IHSG)," kata Ito Warsito.
Dalam data BEI per tanggal 20 Juni 2014, tercatat nilai kapitalisasi IHSG mencapai senilai Rp4.811 triliun.
Senior Communications Officer World Bank Group sekaligus Presiden Diaspora Global Indonesia Muhamad Al Arif mengatakan peningkatan bursa saham negara lain juga didukung oleh diaspora.
"Kita lihat perkembangan ekonomi India misalnya, yang saat ini bursa sahamnya mencatatkan tertinggi di dunia, perkembangan ekonominya tidak lepas dari peran diaspora dan itu diakui oleh pemerintah India. Jumlah diaspora India sebanyak 40 juta orang, sangat tinggi dari sisi kuantitas dan juga kualitasnya," katanya.
Melihat kondisi itu, Muhamad Al Arif mengatakan bahwa dari hasil beberapa kongres pihaknya sepakat untuk turut membantu secara konkrit terhadap pertumbuhan Indonesia dari berbagai sektor termasuk ekonomi. (*/WIJ)