Jakarta, (Antara) - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit mengatakan apabila duet Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) dipaksakan dalam Pilpres akan muncul "matahari kembar" atau dualisme kepemimpinan.
"Kalau (dengan) JK, kelemahannya akan muncul matahari kembar. Karena itu bisa jadi ditekankan benar oleh PDIP dan Jokowi, bahwa JK tak boleh membuat keputusan. Itu caranya bila JK jadi cawapres Jokowi," ujar Arbi Sanit di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, yang menjadi cawapres Jokowi adalah sosok yang bisa melengkapi kekurangannya dan tidak memicu peluang terjadinya dua pengaruh kekuasaan presiden dan wakil presiden.
"JK memang memenuhi syarat, tapi kerawanannya ya itu muncul dualisme kepemimpinan. Biar aman JK gak boleh buat keputusan," ujar dia.
Ia mengatakan Jokowi sebagai capres dan tokoh muda baru, memiliki elektabilitas tinggi dan kepopuleran yang lebih dibandingkan dengan capres lainnya.
Meskipun demikian, lanjutnya, bila mantan Wali Kota Solo tersebut salah memilih pendampingnya, maka akan menjadi bumerang untuk memenangkan pertarungan di Pilpres mendatang.
"Elektabilitas tinggi maupun popularitas tak cukup untuk negara ini, karena itu harus cari cawapres yang tepat," ujar dia.
Sejumlah nama dikabarkan menjadi cawapres Jokowi antara lain Jusuf Kalla, Hatta Rajasa, Mahfud MD dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok).
Dalam beberapa hari lalu, Jokowi mengatakan dirinya menginginkan pendamping yang bisa saling mengisi serta ada "chemistry" maupun karakter kesenangan yang berbeda.
"Misalnya yang satu di dalam (kantor) yang satu lagi di luar (blusukan). Kemudian yang satu senang administratif yang satu senang lapangan. Yah seperti itu yang bagus," ujar dia. (*/jno)