Padang (ANTARA) - Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) melaporkan hingga saat ini tidak ada Pekerja Migran Indonesia (PMI), khususnya dari Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), yang bekerja di negara-negara yang sedang dilanda konflik atau perang, seperti Lebanon dan Palestina.

"Berdasarkan data, saya pastikan tidak ada warga Provinsi Sumbar yang bekerja di zona-zona konflik," kata Kepala BP3I Provinsi Sumbar Bayu Aryadhi di Padang, Rabu.

Akan tetapi, kata dia, beberapa warga Ranah Minang memang tercatat di BP3MI bekerja di sejumlah negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.

Secara keseluruhan institusi itu mencatat 481 WNI asal Ranah Minang yang bekerja di berbagai negara. Sebanyak 49 diantaranya bekerja di negara-negara Timur Tengah dan Eropa. Jika dilihat dari jenis kelamin, PMI laki-laki lebih mendominasi yakni 303 orang dan PMI perempuan sebanyak 178 orang.

"Paling banyak warga Sumatera Barat itu bekerja di Jepang dan Malaysia," kata dia.

Kemudian untuk pekerjaan yang ditekuni juga beragam, seperti pekerja dengan keterampilan tertentu, perawat di panti asuhan atau panti jompo, sektor pertanian, konstruksi, terapis, nelayan, dan lain sebagainya.

Dari jumlah sebaran PMI asal Ranah Minang di banyak negara tersebut, kata dia, Kota Padang menyumbangkan angka tertinggi yakni 116 orang, disusul Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 47 pekerja.

Selanjutnya Kabupaten Limapuluh Kota menyumbangkan 45 pekerja, Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 43 pekerja, 36 orang dari Kabupaten Agam, 34 pekerja asal Kabupaten Tanah Datar, Pasaman Barat berkontribusi dengan 29 pekerja, Solok 26 orang, dan beberapa daerah lainnya.

Pewarta : Muhammad Zulfikar
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024