Padang (ANTARA) - Calon Gubernur Sumbar Nomor Urut 1 Mahyeldi menekankan pentingnya hilirasi dan menarik investor untuk meningkatkan taraf hidup petani karet di Sumbar.
Hal itu disampaikan Mahyeldi saat menanggapi aspirasi masyarakat di Nagari Kubang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota, Rabu (9/10/2024) malam.
Pertemuan itu menjadi kesempatan bagi Mahyeldi untuk mendengarkan aspirasi masyarakat yang tengah menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
Salah seorang warga, Muhammad Iqbal yang telah menggeluti dunia perkebunan karet selama lebih dari 10 tahun, menyampaikan permasalahan terkait penurunan harga komoditas tersebut.
Menurutnya harga getah karet pernah mencapai Rp 20 ribu per kilogram di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terus mengalami penurunan.
“Dulu, saat masa pemerintahan SBY, harga getah karet mencapai Rp20 ribu per kilogram. Sekarang 10 tahun terakhir kondisinya berbeda, harga terus menurun,” kata Iqbal.
Sementara itu, Mahyeldi menyebutkan, penyebab utama penurunan harga komoditas tersebut adalah meningkatnya penggunaan karet sintetis di pasar global.
Menurutnya, maraknya karet sintetis telah berdampak signifikan pada harga karet alam.
Untuk itu, dia menekankan pentingnya menarik investasi ke Sumbar untuk meningkatkan sektor perkebunan karet.
Salah satu upaya yang tengah ia lakukan adalah mengundang investor asing, termasuk ketertarikan pemerintah Mesir untuk membangun pabrik ban di Sumbar.
“Kami terus berusaha agar sektor ini bisa lebih baik. Salah satunya dengan mengundang investor, termasuk ketertarikan dari pemerintah Mesir untuk membangun pabrik ban di Sumbar,” ungkap Mahyeldi.
Selain itu, Mahyeldi juga menegaskan pentingnya hilirisasi komoditas karet di Sumbar untuk memberikan nilai tambah bagi komoditas ini.
Mahyeldi bersama Vasko Ruseimy berkomitmen untuk meningkatkan harga karet, salah satunya dari hilirasi.
Langkah tersebut diharapkan dapat membantu petani karet agar lebih kompetitif di pasar.
“Dengan adanya hilirisasi, semoga ini bisa memperkuat posisi petani dan pengusaha karet di Sumbar,” pungkasnya.*
Hal itu disampaikan Mahyeldi saat menanggapi aspirasi masyarakat di Nagari Kubang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota, Rabu (9/10/2024) malam.
Pertemuan itu menjadi kesempatan bagi Mahyeldi untuk mendengarkan aspirasi masyarakat yang tengah menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
Salah seorang warga, Muhammad Iqbal yang telah menggeluti dunia perkebunan karet selama lebih dari 10 tahun, menyampaikan permasalahan terkait penurunan harga komoditas tersebut.
Menurutnya harga getah karet pernah mencapai Rp 20 ribu per kilogram di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terus mengalami penurunan.
“Dulu, saat masa pemerintahan SBY, harga getah karet mencapai Rp20 ribu per kilogram. Sekarang 10 tahun terakhir kondisinya berbeda, harga terus menurun,” kata Iqbal.
Sementara itu, Mahyeldi menyebutkan, penyebab utama penurunan harga komoditas tersebut adalah meningkatnya penggunaan karet sintetis di pasar global.
Menurutnya, maraknya karet sintetis telah berdampak signifikan pada harga karet alam.
Untuk itu, dia menekankan pentingnya menarik investasi ke Sumbar untuk meningkatkan sektor perkebunan karet.
Salah satu upaya yang tengah ia lakukan adalah mengundang investor asing, termasuk ketertarikan pemerintah Mesir untuk membangun pabrik ban di Sumbar.
“Kami terus berusaha agar sektor ini bisa lebih baik. Salah satunya dengan mengundang investor, termasuk ketertarikan dari pemerintah Mesir untuk membangun pabrik ban di Sumbar,” ungkap Mahyeldi.
Selain itu, Mahyeldi juga menegaskan pentingnya hilirisasi komoditas karet di Sumbar untuk memberikan nilai tambah bagi komoditas ini.
Mahyeldi bersama Vasko Ruseimy berkomitmen untuk meningkatkan harga karet, salah satunya dari hilirasi.
Langkah tersebut diharapkan dapat membantu petani karet agar lebih kompetitif di pasar.
“Dengan adanya hilirisasi, semoga ini bisa memperkuat posisi petani dan pengusaha karet di Sumbar,” pungkasnya.*