Padang (ANTARA) - Sanggar Saandiko asal kota Bukittinggi menampilkan komposisi musik dengan suguhan permainan talempong yang mengiringi musik rock pada Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) 2024 di Taman Budaya Sumatera Barat, di Padang, Sabtu.
"Sumarak Rang Mudo secara keseluruhan dari karya ini mengekspresikan tentang kecepatan sebuah perubahan yang terjadi di masa kini," kata pembina Sanggar Saandiko Edi Elmitos di Padang, Sabtu.
Menurutnya, mereka tidak bisa mencegah perubahan, namun bisa mengiringi dengan tetap menjaga akar seni tradisi berinovasi dan mengkreasikan menjadi bentuk yang kiranya bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi generasi muda.
Penampilan talempong rock tersebut, kata Edi, diserahkan kepada pendengar mau menilainya seperti apa, karena ia berupaya menampilkan karya sesuai zaman generasi muda sekarang.
"Dalam penampilan ini, kita juga berupaya melestarikan alat musik talempong dan memperkenalkan kepada generasi muda, minimal anak-anak sekarang tahu walau tidak pandai memainkan," katanya.
Edi mengatakan, sanggar yang berdiri pada tahun 2003 itu menjunjung kedisiplinan, kerjasama, dan sikap selama berproses kesenian.
Sanggar Saandiko akan terus berproses selagi masih ada generasi anak-anak yang mau berkreativitas, karena menurutnya jika tidak ada proses maka tidak ada karya.
Pada umumnya, banyak komunitas seni ketika ada acara barulah pontang-panting bikin karya yang akhirnya jadi dipaksakan dan tidak maksimal.
"Harusnya mau didengar orang atau tidak, kita tetap berkarya," katanya.
Edi menambahkan, dengan adanya PKD ini menjadi ajang yang bagus untuk seniman, dan baiknya dinikmati saja berkesenian serta jangan terlalu banyak berharap.
Ia juga berharap, Dinas Kebudayaan atau pihak terkait dapat membuatkan tempat yang representatif bagi para seniman berkarya, tempat pertunjukan yang layak. (*)
"Sumarak Rang Mudo secara keseluruhan dari karya ini mengekspresikan tentang kecepatan sebuah perubahan yang terjadi di masa kini," kata pembina Sanggar Saandiko Edi Elmitos di Padang, Sabtu.
Menurutnya, mereka tidak bisa mencegah perubahan, namun bisa mengiringi dengan tetap menjaga akar seni tradisi berinovasi dan mengkreasikan menjadi bentuk yang kiranya bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi generasi muda.
Penampilan talempong rock tersebut, kata Edi, diserahkan kepada pendengar mau menilainya seperti apa, karena ia berupaya menampilkan karya sesuai zaman generasi muda sekarang.
"Dalam penampilan ini, kita juga berupaya melestarikan alat musik talempong dan memperkenalkan kepada generasi muda, minimal anak-anak sekarang tahu walau tidak pandai memainkan," katanya.
Edi mengatakan, sanggar yang berdiri pada tahun 2003 itu menjunjung kedisiplinan, kerjasama, dan sikap selama berproses kesenian.
Sanggar Saandiko akan terus berproses selagi masih ada generasi anak-anak yang mau berkreativitas, karena menurutnya jika tidak ada proses maka tidak ada karya.
Pada umumnya, banyak komunitas seni ketika ada acara barulah pontang-panting bikin karya yang akhirnya jadi dipaksakan dan tidak maksimal.
"Harusnya mau didengar orang atau tidak, kita tetap berkarya," katanya.
Edi menambahkan, dengan adanya PKD ini menjadi ajang yang bagus untuk seniman, dan baiknya dinikmati saja berkesenian serta jangan terlalu banyak berharap.
Ia juga berharap, Dinas Kebudayaan atau pihak terkait dapat membuatkan tempat yang representatif bagi para seniman berkarya, tempat pertunjukan yang layak. (*)