Jakarta (ANTARA) - Ini bukan hanya satu poin yang penting dan hasil seri kedua yang diperoleh Indonesia dari 13 pertemuan dengan Arab Saudi dalam berbagai kompetisi.
Tetapi seri 1-1 melawan Arab Saudi dalam pertandingan Grup C babak ketiga Piala Dunia 2024 Jumat dini hari tadi, adalah juga laga yang membangkitkan optimisme bahwa Garuda bisa berbuat lebih jauh lagi dalam pertandingan-pertandingan berikutnya.
Sepuluh dari 13 pertemuan dengan Arab Saudi selalu berakhir kekalahan untuk Indonesia, dengan selisih gol sangat dalam.
Sampai 6 September dini hari tadi, dari 13 pertemuan dengan Saudi, Indonesia total memasukkan enam gol tapi kebobolan 35 gol.
Namun kini, hasil seri pertama dalam pertandingan kompetitif melawan Saudi menunjukkan Garuda telah mengubah dirinya sebagai tim yang sulit dikalahkan dan bisa mementahkan semua perhitungan.
Mencuri satu poin di kandang tim yang sudah enam kali tampil dalam putaran final Piala Dunia dengan pencapaian tertinggi 16 besar Piala Dunia 1994, adalah amat membesarkan hati.
Berselisih peringkat FIFA 77 tempat (Arab Saudi berperingkat 56 dan Indonesia 133), Jay Idzes cs menutup kesenjangan peringkat itu dengan penampilan apik yang menyulitkan juara Piala Asia tiga kali tersebut.
Tampil taktis sampai bisa memimpin lebih dulu lewat gol Ragnar Oratmangoen pada menit ke-19, Garuda bermain dalam akurasi tinggi dengan umpan-umpan pendek disertai pergerakan tanpa bola yang menawan nan piawai mencari ruang, dengan transisi yang juga baik.
Sayang, tiga menit waktu tambahan babak pertama Musab Al-Juwayr menggagalkan Garuda dalam mencatat kemenangan pertama dari Saudi. Tapi itu sama sekali tak menggagalkan pasukan Shin Tae-yong dalam memberi pesan bagus kepada para penggemar Merah Putih.
Niscaya lebih bagus
Salah satu pesan bagus itu adalah bahwa pada laga itu terkuak fakta mengenai dalamnya skuad timnas kita, termasuk di sepertiga pertama lapangan. Ini adalah bagian yang harus mendapatkan pujian lebih dari pecinta-pencinta sepak bola Indonesia.
Dengan para bek yang merata kualitasnya, baik yang diturunkan sebagai starter, maupun yang masuk sebagai pemain pengganti, Indonesia berhasil meredam ofensif pasukan Al-Suqour Al-Khodhur atau Si Elang Hijau.
Nathan Tjoe-A-On dan rekan-rekan mematahkan 18 peluang Saudi yang empat di antaranya tepat sasaran. Dari empat peluang emas yang satu menjadi gol itu, dua di antaranya merupakan peluang emas yang dua-duanya dimentahkan oleh penjaga gawang Maarten Paes.
Kiper FC Dallas di liga sepak bola profesional Amerika Serikat itu layak dinobatkan sebagai "man of the match", selain gelandang Saudi, Saud Abdulhamid, yang masuk menggantikan Moteb Al-Harbi pada menit 33 babak pertama untuk mengubah total permainan Saudi menjadi lebih mematikan.
Tak saja menggagalkan penalti dari pemain paling berpengalaman dalam skuad Saudi, Salem Al-Dawsari, Paes juga melakukan penyelamatan gemilang ketika mementahkan tendangan Firas Al-Buraikan ketika sudah berhadapan satu lawan satu.
Namun demikian, secara tim, organisasi permainan Indonesia lebih bagus ketimbang Saudi yang mendominasi penguasaan bola. Indonesia juga tak jarang menebarkan ancaman.
Fakta Saudi diracik oleh Roberto Mancini yang membawa Italia juara Piala Eropa 2020 dan menjuarai liga-liga elite di Eropa, membuat kelebihan Indonesia itu semakin istimewa.
Indonesia jarang menghadapi lawan yang dilatih pelatih kaliber dunia seperti Mancini. Ini pengalaman menarik bagi Indonesia, bahwa mereka telah menyulitkan tim yang diarsiteki manajer dengan resume hebat dan bertaburkan trofi, baik sewaktu menjadi pemain maupun sebagai manajer sepak bola.
Tapi ini juga menjadi resume bagus bagi tim asuhan Shin Tae-yong, bahwa satu poin di King Abdullah International Stadium, telah menguatkan keyakinan bahwa Garuda akan semakin bagus dalam laga-laga berikutnyas.
Satu poin ini juga bisa menjadi petunjuk bahwa tim asuhan Shin Tae-yong terus mengalami kemajuan, dan menegaskan apa yang mereka capai sebelumnya adalah bukan hasil sesaat, melainkan bakal berlanjut dan terus meningkat, yang mungkin malah menjadi rutinitas.
Testamen kemajuan
Sejauh ini ada keyakinan kuat dari komunitas sepak bola internasional, bahwa tim nasional sepak bola Indonesia semakin maju.
Outlet berita olahraga berpengaruh di dunia, ESPN, bahkan menyatakan sejak ditangani Shin Tae-yong akhir 2019, Garuda terus mencapai kemajuan, sampai lolos ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026, yang baru pertama kali dicapai oleh Indonesia.
Keberhasilan itu adalah babak berikutnya dari sukses Garuda dalam Piala Asia 2023 ketika untuk pertama kalinya mereka mencapai babak 16 besar Piala Asia.
Di level lebih junior, Indonesia U23 membuat kejutan dengan mencapai semifinal, dan nyaris saja tampil dalam Olimpiade Paris 2024 jika tidak dibendung oleh Guiena dalam playoff antarbenua.
Apa yang dicapai Indonesia beberapa waktu sebelumnya itu menjadi lembaran awal untuk kisah sepak bola nasional yang semakin menarik untuk dinikmati.
Satu poin dari pertandingan tandang melawan salah satu raksasa Asia yang sering tampil dalam putaran final Piala Dunia adalah bagian dari lembaran awal itu, dan sekaligus testamen untuk kemajuan yang konstan dicapai Garuda.
Laga berikutnya melawan Australia pekan depan pun bisa menjadi pengukuhan untuk terus meningkatnya level sepak bola nasional Indonesia.
Australia sendiri tumbang 0-1 di kandang sendiri di tangan Bahrain yang berperingkat lebih rendah. Sukses Bahrain itu bisa menginspirasi Garuda guna melakukan hal sama terhadap tim asuhan Graham Arnold tersebut.
Saat itu, pada Selasa pekan depan itu, Garuda mungkin akan memasuki lapangan dengan lebih kuat dan lebih baik.
Tidak saja karena akan tampil di kandang sendiri dengan formula yang pastinya lebih baik, tapi juga karena kesalahan-kesalahan hari ini, termasuk penyelesaian akhir di seperti akhir lapangan, mungkin tak akan lagi terlihat kala melawan Australia itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Satu poin yang membangkitkan optimisme
Tetapi seri 1-1 melawan Arab Saudi dalam pertandingan Grup C babak ketiga Piala Dunia 2024 Jumat dini hari tadi, adalah juga laga yang membangkitkan optimisme bahwa Garuda bisa berbuat lebih jauh lagi dalam pertandingan-pertandingan berikutnya.
Sepuluh dari 13 pertemuan dengan Arab Saudi selalu berakhir kekalahan untuk Indonesia, dengan selisih gol sangat dalam.
Sampai 6 September dini hari tadi, dari 13 pertemuan dengan Saudi, Indonesia total memasukkan enam gol tapi kebobolan 35 gol.
Namun kini, hasil seri pertama dalam pertandingan kompetitif melawan Saudi menunjukkan Garuda telah mengubah dirinya sebagai tim yang sulit dikalahkan dan bisa mementahkan semua perhitungan.
Mencuri satu poin di kandang tim yang sudah enam kali tampil dalam putaran final Piala Dunia dengan pencapaian tertinggi 16 besar Piala Dunia 1994, adalah amat membesarkan hati.
Berselisih peringkat FIFA 77 tempat (Arab Saudi berperingkat 56 dan Indonesia 133), Jay Idzes cs menutup kesenjangan peringkat itu dengan penampilan apik yang menyulitkan juara Piala Asia tiga kali tersebut.
Tampil taktis sampai bisa memimpin lebih dulu lewat gol Ragnar Oratmangoen pada menit ke-19, Garuda bermain dalam akurasi tinggi dengan umpan-umpan pendek disertai pergerakan tanpa bola yang menawan nan piawai mencari ruang, dengan transisi yang juga baik.
Sayang, tiga menit waktu tambahan babak pertama Musab Al-Juwayr menggagalkan Garuda dalam mencatat kemenangan pertama dari Saudi. Tapi itu sama sekali tak menggagalkan pasukan Shin Tae-yong dalam memberi pesan bagus kepada para penggemar Merah Putih.
Niscaya lebih bagus
Salah satu pesan bagus itu adalah bahwa pada laga itu terkuak fakta mengenai dalamnya skuad timnas kita, termasuk di sepertiga pertama lapangan. Ini adalah bagian yang harus mendapatkan pujian lebih dari pecinta-pencinta sepak bola Indonesia.
Dengan para bek yang merata kualitasnya, baik yang diturunkan sebagai starter, maupun yang masuk sebagai pemain pengganti, Indonesia berhasil meredam ofensif pasukan Al-Suqour Al-Khodhur atau Si Elang Hijau.
Nathan Tjoe-A-On dan rekan-rekan mematahkan 18 peluang Saudi yang empat di antaranya tepat sasaran. Dari empat peluang emas yang satu menjadi gol itu, dua di antaranya merupakan peluang emas yang dua-duanya dimentahkan oleh penjaga gawang Maarten Paes.
Kiper FC Dallas di liga sepak bola profesional Amerika Serikat itu layak dinobatkan sebagai "man of the match", selain gelandang Saudi, Saud Abdulhamid, yang masuk menggantikan Moteb Al-Harbi pada menit 33 babak pertama untuk mengubah total permainan Saudi menjadi lebih mematikan.
Tak saja menggagalkan penalti dari pemain paling berpengalaman dalam skuad Saudi, Salem Al-Dawsari, Paes juga melakukan penyelamatan gemilang ketika mementahkan tendangan Firas Al-Buraikan ketika sudah berhadapan satu lawan satu.
Namun demikian, secara tim, organisasi permainan Indonesia lebih bagus ketimbang Saudi yang mendominasi penguasaan bola. Indonesia juga tak jarang menebarkan ancaman.
Fakta Saudi diracik oleh Roberto Mancini yang membawa Italia juara Piala Eropa 2020 dan menjuarai liga-liga elite di Eropa, membuat kelebihan Indonesia itu semakin istimewa.
Indonesia jarang menghadapi lawan yang dilatih pelatih kaliber dunia seperti Mancini. Ini pengalaman menarik bagi Indonesia, bahwa mereka telah menyulitkan tim yang diarsiteki manajer dengan resume hebat dan bertaburkan trofi, baik sewaktu menjadi pemain maupun sebagai manajer sepak bola.
Tapi ini juga menjadi resume bagus bagi tim asuhan Shin Tae-yong, bahwa satu poin di King Abdullah International Stadium, telah menguatkan keyakinan bahwa Garuda akan semakin bagus dalam laga-laga berikutnyas.
Satu poin ini juga bisa menjadi petunjuk bahwa tim asuhan Shin Tae-yong terus mengalami kemajuan, dan menegaskan apa yang mereka capai sebelumnya adalah bukan hasil sesaat, melainkan bakal berlanjut dan terus meningkat, yang mungkin malah menjadi rutinitas.
Testamen kemajuan
Sejauh ini ada keyakinan kuat dari komunitas sepak bola internasional, bahwa tim nasional sepak bola Indonesia semakin maju.
Outlet berita olahraga berpengaruh di dunia, ESPN, bahkan menyatakan sejak ditangani Shin Tae-yong akhir 2019, Garuda terus mencapai kemajuan, sampai lolos ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026, yang baru pertama kali dicapai oleh Indonesia.
Keberhasilan itu adalah babak berikutnya dari sukses Garuda dalam Piala Asia 2023 ketika untuk pertama kalinya mereka mencapai babak 16 besar Piala Asia.
Di level lebih junior, Indonesia U23 membuat kejutan dengan mencapai semifinal, dan nyaris saja tampil dalam Olimpiade Paris 2024 jika tidak dibendung oleh Guiena dalam playoff antarbenua.
Apa yang dicapai Indonesia beberapa waktu sebelumnya itu menjadi lembaran awal untuk kisah sepak bola nasional yang semakin menarik untuk dinikmati.
Satu poin dari pertandingan tandang melawan salah satu raksasa Asia yang sering tampil dalam putaran final Piala Dunia adalah bagian dari lembaran awal itu, dan sekaligus testamen untuk kemajuan yang konstan dicapai Garuda.
Laga berikutnya melawan Australia pekan depan pun bisa menjadi pengukuhan untuk terus meningkatnya level sepak bola nasional Indonesia.
Australia sendiri tumbang 0-1 di kandang sendiri di tangan Bahrain yang berperingkat lebih rendah. Sukses Bahrain itu bisa menginspirasi Garuda guna melakukan hal sama terhadap tim asuhan Graham Arnold tersebut.
Saat itu, pada Selasa pekan depan itu, Garuda mungkin akan memasuki lapangan dengan lebih kuat dan lebih baik.
Tidak saja karena akan tampil di kandang sendiri dengan formula yang pastinya lebih baik, tapi juga karena kesalahan-kesalahan hari ini, termasuk penyelesaian akhir di seperti akhir lapangan, mungkin tak akan lagi terlihat kala melawan Australia itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Satu poin yang membangkitkan optimisme