Lubuk Basung (ANTARA) -
Kerbau adalah salah satu ternak yang potensial untuk dikembangkan, karena kerbau memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan sapi, yaitu mampu hidup pada kawasan yang relatif sulit terutama bila pakan yang tersedia berkualitas rendah. 
 
Selain itu, kerbau juga memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk mengatasi tekanan dan perubahan lingkungan yang ekstrem.
 
Kerbau mempunyai daya adaptasi yang sangat tinggi, dapat berkembang baik dalam rentang kondisi agroekosistem yang sangat luas mulai dari daerah iklim kering, lahan rawa daerah pegunungan, dan daerah dataran rendah. Kerbau mampu bertahan hidup dengan baik meski terjadi perubahan temperatur (heat load) dan perubahan vegetasi padang rumput.
 
Di Sumatera Barat ternak kerbau sebagai penghasil daging, tenaga kerja, susu dan pelengkap dalam upacara adat tradisional. Sebagai penghasil susu, peranan ternak kerbau cukup penting, dimana susu kerbau diolah menjadi produk untuk konsumsi sehari- hari diantaranya adalah dadiah yang merupakan makanan khas dari Sumatera Barat dengan bahan utama nya terbuat dari susu kerbau, namun produksi susu kerbau rata-rata hanya berkisar 1 – 2 liter/hari karena ternak kerbau yang diperah adalah kerbau lumpur, sehingga produksi dadiah juga menjadi terhambat. 
 
Namun saat ini pengembangan ternak kerbau sudah mulai diperhatikan terutama untuk ternak kerbau sebagai penghasil susu, salah satunya adalah dengan pengembangan ternak kerbau Murrah di Nagari Kapau, Sumatera Barat dengan produksi susunya berkisar 4- 5 liter/ekor/hari Dimana produksi susunya yang cukup tinggi jika di bandingkan dengan kerbau lumpur. Selain produksi susu Higient dan sanitasi pemerahan yang di lakukan oleh peternak masih kurang, hal ini di karenakan pengetahuan peternak yang sangat terbatas dalam penanganan ternak tipe perah. 
 
Dari gambaran tersebut, Tim PKM Fakultas Peternakan, Universitas Andalas yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Elly Roza, MS (Produksi Ternak Perah), beranggotakan Prof. Dr. Ir. Salam N. Aritonang (Produksi Ternak Potong), Dr. drh. Yulia Yellita, MP (Kesehatan Ternak), Rizqan, S.Pt., M.Pt (Produksi Ternak Perah) pada tanggal 16 September 2023 melakukan penyuluhan/sosialisasi dan pendampingan terhadap Higient dan sanitasi pemerahan pada peternak kerbau Murrah di Nagari Kapau, Kab. Agam sehingga produk susu dan diversifikasinya lebih higient. 
 
Dari kegiatan tersebut TIM PKM Faterna menyampaikan bahwa ternak tipe perah sanitasi dan Higient pemerahan yang tidak terlaksana dengan baik, merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas susu yang dihasilakan. Kualitas susu sangat ditentukan oleh banyaknya kandungan mikroorganisme atau bakteri di dalamnya, karena bakteri tersebut dapat merubah sifat-sifat kimia, fisik dan organoleptik sehingga air susu cepat menjadi rusak. 
 
Kontaminasi bakteri pada susu dapat terjadi saat pemerahan, penanganan atau pengolahan paska panen dan pemasaran. Menurut SNI 2011 rentang cemaran mikroba pada susu segar mempunyai batas maksimum cemaran Enterobacteriaceae 1x103 cfu/ml dan Staphylococcus aureus 1x102 cfu/ml dengan total mikroorganisme (TPC) maksimal 1x106 cfu/ml. 
 
TIM PKM juga menambahkan bahwa ada hal penting yang harus diperhatikan sebelum pemerahan antara lain selalu melakukan pengontrolan terhadap kesehatan ternak dan pisahkan ternak yang sakit dengan ternak yang sehat. 
 
Kemudian peralatan dan perlengkapan harus dalam keadaan yang bersih (sanitasi peralatan dan perlengkapan pemerahan). Berikutnya melaksanakan sanitasi atau pembersihan area kendang sebelum melaksanakan pemerahan terutama kandang yang di gunakan khusus pemerahan (kandang perah). 
 
Kemudian memandikan ternak dan membersihkan bagian ambing dengan menggunakan lap yang steril (sekali pakai) dimana setiap ternak memiliki 1 lap steril yang tidak digunakan bergantian dengan ternak lain.
 
Setelah itu rutin melakukan pemeriksaan mastitis (Uji CMT)agar ternak perah bebas dari mastitis yang dapat menurunkan kualitas susu yang dihasilkan serta dapat membuat ambing ternak menjadi sakit. 
 
Pada saat pemerahan dilakukan secara perlahan dan lembut sehingga tidak membuat ternak menjadi kesakitan (baik dengan metode: full hand, stripping, dan knevelen). 
 
Setelah melakukan pemerahan, puting perlu dilap dengan kain yang dibasahi desinfektan lalu lap Kembali menggunakan yang kain kering kemudian dilakukan dipping (pencelupan putting dengan aluran antiseptic). Kemudian susu hasil pemerahan harus cepat dimasukkan kedalam kamar susu agar menghindari kontaminasi oleh mikoorganisme serta untuk dilakukan penyaringan, pasteurisasi atau pengolahan lain nya.
 
Diharapkan dengan penerapan higient ini dapat meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan oleh ternak kerbau Murrah di nagari Kapau serta meningkatkan pendapatan bagi peternak. 
 
Tim Penulis: 
Prof. Dr. Elly Roza, M.S, Prof. Dr. Ir. Salam Ningsih Aritonang, M.S, Dr. drh. Yulia Yellita, M.P, Rizqan, S.Pt., M.Pt
 
 

Pewarta : TIM PKM Fakultas Peternakan Universitas Andalas 
Editor : Miko Elfisha
Copyright © ANTARA 2024