Padang (ANTARA) - Guru besar dari Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) Prof Rika Ampuh Hadiguna mengatakan penerapan ekonomi sirkular bisa menekan tingkat pencemaran lingkungan di Tanah Air.
"Dengan menerapkan model ini, Indonesia dapat mengurangi volume limbah yang masuk ke tempat pembuangan akhir, dan mengurangi dampak negatif pencemaran lingkungan," kata Guru besar dari Unand Prof Rika Ampuh Hadiguna di Padang, Selasa.
Prof Hadiguna menjelaskan ekonomi sirkular ialah pendekatan mengurangi limbah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya. Hal itu dilakukan dengan mengubah pola konsumsi dan produksi dari model linear (mengambil, produksi, menggunakan, dan buang) menjadi siklus tertutup dimana produk dan bahan bisa digunakan kembali, didaur ulang atau diremajakan.
Ciri dari ekonomi sirkular ialah memperpanjang umur pakai atau penggunaan suatu barang. Tindakan tersebut merupakan bentuk efisiensi sumber daya dan penghematan energi, ujar guru besar bidang ilmu sistem logistik tersebut.
Ekonomi sirkular mengoptimalkan penggunaan sumber daya dengan cara mendaur ulang bahan, dan mengurangi konsumsi bahan baku. Jika hal itu diterapkan diyakini Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor sumber daya, termasuk menghemat energi.
Menurut dia, pembangunan ekonomi sirkular di Indonesia perlu dirumuskan dengan memerhatikan manfaatnya. Pengurangan limbah dan pencemaran lingkungan adalah manfaat utama yang harus disasar pemangku kepentingan.
"Ekonomi sirkular fokus pada pengurangan limbah dan penggunaan sumber daya yang lebih efisien," kata dosen mata kuliah Perencanaan dan Pengendalian Logistik Unand tersebut.
Ia menyakini apabila ekonomi sirkular diimplementasikan dengan baik, maka akan berkontribusi besar terhadap pemulihan dan perlindungan lingkungan termasuk menjaga kualitas air, udara, dan tanah.
Selain menekan tingkat pencemaran lingkungan, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dari ekonomi sirkular di Indonesia juga tergolong besar yakni mencapai Rp638 triliun pada tahun 2030. Bahkan, konsep tersebut juga mempunyai potensi membuka sekitar 4,4 juta lapangan kerja baru.
"Nilai ekonomi dan sosial yang sangat besar ini perlu diperhatikan dengan serius oleh semua pihak. Selain itu, pembangunan ekonomi sirkular juga perlu dirumuskan dengan memerhatikan manfaatnya," jelas dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Akademisi: Ekonomi sirkular bisa tekan tingkat pencemaran lingkungan
"Dengan menerapkan model ini, Indonesia dapat mengurangi volume limbah yang masuk ke tempat pembuangan akhir, dan mengurangi dampak negatif pencemaran lingkungan," kata Guru besar dari Unand Prof Rika Ampuh Hadiguna di Padang, Selasa.
Prof Hadiguna menjelaskan ekonomi sirkular ialah pendekatan mengurangi limbah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya. Hal itu dilakukan dengan mengubah pola konsumsi dan produksi dari model linear (mengambil, produksi, menggunakan, dan buang) menjadi siklus tertutup dimana produk dan bahan bisa digunakan kembali, didaur ulang atau diremajakan.
Ciri dari ekonomi sirkular ialah memperpanjang umur pakai atau penggunaan suatu barang. Tindakan tersebut merupakan bentuk efisiensi sumber daya dan penghematan energi, ujar guru besar bidang ilmu sistem logistik tersebut.
Ekonomi sirkular mengoptimalkan penggunaan sumber daya dengan cara mendaur ulang bahan, dan mengurangi konsumsi bahan baku. Jika hal itu diterapkan diyakini Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor sumber daya, termasuk menghemat energi.
Menurut dia, pembangunan ekonomi sirkular di Indonesia perlu dirumuskan dengan memerhatikan manfaatnya. Pengurangan limbah dan pencemaran lingkungan adalah manfaat utama yang harus disasar pemangku kepentingan.
"Ekonomi sirkular fokus pada pengurangan limbah dan penggunaan sumber daya yang lebih efisien," kata dosen mata kuliah Perencanaan dan Pengendalian Logistik Unand tersebut.
Ia menyakini apabila ekonomi sirkular diimplementasikan dengan baik, maka akan berkontribusi besar terhadap pemulihan dan perlindungan lingkungan termasuk menjaga kualitas air, udara, dan tanah.
Selain menekan tingkat pencemaran lingkungan, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dari ekonomi sirkular di Indonesia juga tergolong besar yakni mencapai Rp638 triliun pada tahun 2030. Bahkan, konsep tersebut juga mempunyai potensi membuka sekitar 4,4 juta lapangan kerja baru.
"Nilai ekonomi dan sosial yang sangat besar ini perlu diperhatikan dengan serius oleh semua pihak. Selain itu, pembangunan ekonomi sirkular juga perlu dirumuskan dengan memerhatikan manfaatnya," jelas dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Akademisi: Ekonomi sirkular bisa tekan tingkat pencemaran lingkungan