Padang, (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan RI yang juga Ketua Majlis Wali Amanat Universitas Andalas (Unand) Padang Sakti Wahyu Trenggono mendukung keinginan universitas tersebut untuk fokus pada pengembangan riset.
"Unand sudah memiliki fondasi di bidang riset. Hal itu harus dikembangkan ke depan, sehingga nantinya bisa berbentuk produk yang bermanfaat bagi masyarakat luas," kata Sakti Wahyu Trenggono saat peluncuran pusat riset stem cell dan biobank, hilirisasi, komersialisasi dan bisnis Unand di Padang, Kamis.
Menurutnya, banyak produk yang saat ini digunakan di Indonesia berasal dari negara lain dengan mekanisme impor, termasuk untuk produk vital seperti di bidang kesehatan.
"Kita memang punya dokter yang memiliki kemampuan hebat, tetapi produk yang digunakan masih impor. Jika suatu saat kran impor itu tertutup, kita tidak bisa apa-apa lagi," ujarnya.
Karena itu, menurutnya, riset di perguruan tinggi menjadi penting. Melalui riset yang mendalam, produk yang selama ini harus impor bisa dibuat sendiri di dalam negeri, sehingga ketergantungan dengan negara lain bisa diminimalkan.
"Kita apresiasi peluncuran pusat riset stem cell dan biobank yang diharapkan bisa menjawab tantangan di bidang kesehatan," ujarnya.
Sakti Wahyu Trenggono menilai kelemahan riset di Indonesia bukan pada SDM para peneliti, tetapi pada pola pikir yang individualistik dan tidak mau bekerja sama dengan pihak lain.
Padahal, untuk mewujudkan hasil riset itu menjadi produk, tidak bisa dilakukan sendiri, sehingga hasil riset yang sebenarnya bagus, terhenti begitu saja.
"Ini yang perlu disadari oleh perguruan tinggi. Riset bidang kesehatan umpamanya, harus didukung oleh bidang lain seperti teknik, sehingga nantinya bisa menjadi produk yang bisa dipakai secara luas," ujarnya.
Ia berharap dalam 15-20 tahun ke depan, Unand benar-benar bisa menciptakan terobosan di bidang riset tersebut, sehingga menjadi rujukan dari perguruan tinggi lain.
Rektor Universitas Andalas Padang Prof Yuliandri mengatakan sejak awal Unand memang dikenal dengan keunggulan di bidang riset. Potensi itu terus dikembangkan dan diharapkan bisa menjadi yang terdepan di Indonesia.
"Kita memiliki 134 departemen dan 1.430 peneliti yang bisa mengembangkan potensi riset ini," katanya.
Saat ini, dari seluruh universitas yang ada di Indonesia, Unand berada pada posisi 9 untuk hal riset dan diharapkan dengan dukungan semua pihak bisa terus menjadi yang terdepan.
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi mengatakan pemerintah daerah dan perguruan tinggi memiliki kaitan yang sangat erat. Banyak kebijakan yang diambil di pemerintahan berawal dari riset dan penelitian di perguruan tinggi.
Karena itu, ia juga mendukung penuh keinginan Unand untuk menjadi universitas yang fokus pada riset. (*)
"Unand sudah memiliki fondasi di bidang riset. Hal itu harus dikembangkan ke depan, sehingga nantinya bisa berbentuk produk yang bermanfaat bagi masyarakat luas," kata Sakti Wahyu Trenggono saat peluncuran pusat riset stem cell dan biobank, hilirisasi, komersialisasi dan bisnis Unand di Padang, Kamis.
Menurutnya, banyak produk yang saat ini digunakan di Indonesia berasal dari negara lain dengan mekanisme impor, termasuk untuk produk vital seperti di bidang kesehatan.
"Kita memang punya dokter yang memiliki kemampuan hebat, tetapi produk yang digunakan masih impor. Jika suatu saat kran impor itu tertutup, kita tidak bisa apa-apa lagi," ujarnya.
Karena itu, menurutnya, riset di perguruan tinggi menjadi penting. Melalui riset yang mendalam, produk yang selama ini harus impor bisa dibuat sendiri di dalam negeri, sehingga ketergantungan dengan negara lain bisa diminimalkan.
"Kita apresiasi peluncuran pusat riset stem cell dan biobank yang diharapkan bisa menjawab tantangan di bidang kesehatan," ujarnya.
Sakti Wahyu Trenggono menilai kelemahan riset di Indonesia bukan pada SDM para peneliti, tetapi pada pola pikir yang individualistik dan tidak mau bekerja sama dengan pihak lain.
Padahal, untuk mewujudkan hasil riset itu menjadi produk, tidak bisa dilakukan sendiri, sehingga hasil riset yang sebenarnya bagus, terhenti begitu saja.
"Ini yang perlu disadari oleh perguruan tinggi. Riset bidang kesehatan umpamanya, harus didukung oleh bidang lain seperti teknik, sehingga nantinya bisa menjadi produk yang bisa dipakai secara luas," ujarnya.
Ia berharap dalam 15-20 tahun ke depan, Unand benar-benar bisa menciptakan terobosan di bidang riset tersebut, sehingga menjadi rujukan dari perguruan tinggi lain.
Rektor Universitas Andalas Padang Prof Yuliandri mengatakan sejak awal Unand memang dikenal dengan keunggulan di bidang riset. Potensi itu terus dikembangkan dan diharapkan bisa menjadi yang terdepan di Indonesia.
"Kita memiliki 134 departemen dan 1.430 peneliti yang bisa mengembangkan potensi riset ini," katanya.
Saat ini, dari seluruh universitas yang ada di Indonesia, Unand berada pada posisi 9 untuk hal riset dan diharapkan dengan dukungan semua pihak bisa terus menjadi yang terdepan.
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi mengatakan pemerintah daerah dan perguruan tinggi memiliki kaitan yang sangat erat. Banyak kebijakan yang diambil di pemerintahan berawal dari riset dan penelitian di perguruan tinggi.
Karena itu, ia juga mendukung penuh keinginan Unand untuk menjadi universitas yang fokus pada riset. (*)