Pulau Punjung (ANTARA) - Bupati Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar), Sutan Riska Tuanku Kerajaan optimistis pembangunan feerder tol atau tol penghubung ke Jalan Tol Lintas Sumatera di Dharmasraya dimulai 2023.
Hal tersebut disampaikan Sutan Riska Tuanku Kerajaan usai menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, di Jakarta, Rabu (9/3/).
"Alhamdulillah, pak Luhut menyatakan pembangunan feeder tol tersebut dapat segera dimulai begitu semua dokumen administrasi dapat dipenuhi," katanya di Pulau Punjung, Kamis.
Ia mengatakan pada dasarnya secara kebijakan pembangunan feeder tol sudah final, akan tetapi masih menunggu revisi Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari Riau.
"Begitu Riau menyelesaikan RTRW-nya, komitmen pak menteri 2023 pembangunannya sudah dapat dilaksanakan," katanya.
Ia berharap feeder tol tersebut akan membuka akses Kabupaten Dharmasraya dan sejumlah kabupaten dan kota di tengah Sumatera ke Jalan Tol Trans Sumatera di lintas timur melalui Rengat.
Menurut dia keberadaan feeder tol Dharmasraya-Rengat akan memangkas waktu tempuh menuju Jakarta hingga 11 jam.
"Jadi ini salah satu keuntungannya kalau saat ini Dharmasraya Jakarta butuh waktu 24 jam. Bila feeder tol ini selesai dan tol tersambung dari Rengat hingga Lampung, hanya butuh waktu 13 jam. Begitu juga kita harapkan akan meningkatkan ekonomi masyarakat," ungkap dia.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dharmasraya, Junaedi Yunus menambahkan hasil pra studi kelayakan jalur feeder tol diusulkan dua alternatif trase yang dapat dipilih sebagai jalur tersebut.
Ia menjelaskan trase pertama lebih pendek sepanjang 108 kilometer. Di Riau, trase ini diusulkan tersambung dengan tol trans Sumatera di Belilas, Inhu. Trase kedua lebih panjang, yakni 134 kilometer. Jalur ini diusulkan tersambung dengan tol trans Sumatera lebih ke utara dari usulan pertama. Tepatnya, di Simpang Japura, Rengat, Inhu.
Menurutnya, Dharmasraya dan Inhu mengusulkan trase yang lebih pendek. Sementara, Pemkab Kuansing mengusulkan rute yang lebih panjang. Namun yang akan menentukan trase mana yang digunakan Hutama Karya sebagai pelaksana pembangunan jalan tol.
“Tentu tim Hutama Karya yang akan melaksanakan kelayakan itu, yang baru selesai kan pra FS (fisibilities study). Merekalah yang menentukan, mana yang paling menguntungkan,” tambah dia.
Hal tersebut disampaikan Sutan Riska Tuanku Kerajaan usai menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, di Jakarta, Rabu (9/3/).
"Alhamdulillah, pak Luhut menyatakan pembangunan feeder tol tersebut dapat segera dimulai begitu semua dokumen administrasi dapat dipenuhi," katanya di Pulau Punjung, Kamis.
Ia mengatakan pada dasarnya secara kebijakan pembangunan feeder tol sudah final, akan tetapi masih menunggu revisi Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari Riau.
"Begitu Riau menyelesaikan RTRW-nya, komitmen pak menteri 2023 pembangunannya sudah dapat dilaksanakan," katanya.
Ia berharap feeder tol tersebut akan membuka akses Kabupaten Dharmasraya dan sejumlah kabupaten dan kota di tengah Sumatera ke Jalan Tol Trans Sumatera di lintas timur melalui Rengat.
Menurut dia keberadaan feeder tol Dharmasraya-Rengat akan memangkas waktu tempuh menuju Jakarta hingga 11 jam.
"Jadi ini salah satu keuntungannya kalau saat ini Dharmasraya Jakarta butuh waktu 24 jam. Bila feeder tol ini selesai dan tol tersambung dari Rengat hingga Lampung, hanya butuh waktu 13 jam. Begitu juga kita harapkan akan meningkatkan ekonomi masyarakat," ungkap dia.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dharmasraya, Junaedi Yunus menambahkan hasil pra studi kelayakan jalur feeder tol diusulkan dua alternatif trase yang dapat dipilih sebagai jalur tersebut.
Ia menjelaskan trase pertama lebih pendek sepanjang 108 kilometer. Di Riau, trase ini diusulkan tersambung dengan tol trans Sumatera di Belilas, Inhu. Trase kedua lebih panjang, yakni 134 kilometer. Jalur ini diusulkan tersambung dengan tol trans Sumatera lebih ke utara dari usulan pertama. Tepatnya, di Simpang Japura, Rengat, Inhu.
Menurutnya, Dharmasraya dan Inhu mengusulkan trase yang lebih pendek. Sementara, Pemkab Kuansing mengusulkan rute yang lebih panjang. Namun yang akan menentukan trase mana yang digunakan Hutama Karya sebagai pelaksana pembangunan jalan tol.
“Tentu tim Hutama Karya yang akan melaksanakan kelayakan itu, yang baru selesai kan pra FS (fisibilities study). Merekalah yang menentukan, mana yang paling menguntungkan,” tambah dia.