Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo mengatakan di tengah dunia yang semakin terbuka dengan interaksi dan disrupsi yang kian tinggi, kedaulatan tidak bisa hanya dimaknai sebagai kemampuan mengusir penjajah, atau justru menutup diri dari dunia luar.
Hal tersebut disampaikan Presiden dalam sambutannya pada pembukaan Kongres DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), yang disaksikan secara virtual melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, di Jakarta, Senin.
"Nasionalisme kedaulatan bangsa menghadapi tantangan tantangan baru. Kedaulatan tidak bisa hanya dimaknai sebagai kemampuan mengusir penjajah. Kedaulatan bukan berarti memagari tidak ada pihak luar yang masuk ke Tanah Air kita. Kedaulatan bukan berarti menutup diri, tetapi kedaulatan adalah pemanfaatan maksimal untuk masyarakat bangsa dan negara," ujar Presiden Jokowi.
Presiden mengatakan sebagai rumah besar kaum nasionalis dan kaum marhaenis, PA GMNI harus menjadi yang terdepan dalam merawat nasionalisme yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945, yang selalu memperkuat persatuan dan kesatuan serta memperkokoh kedaulatan bangsa.
Menurut Kepala Negara, dalam dunia yang semakin terbuka dengan interaksi antarnegara yang semakin tinggi, gelombang globalisasi tidak terhindarkan lagi. Bukan hanya mobilitas fisik antarnegara yang semakin tinggi atau mobilitas barang dan uang yang semakin mudah, tapi juga mobilitas gagasan dan mobilitas pengetahuan semakin tinggi, melalui ranah-ranah digital.
"Konsekuensinya globalisasi melahirkan dunia yang hyper-kompetisi, dunia yang diwarnai kompetisi yang super ketat. Oleh karena itu satu pilar utama dalam menjaga kedaulatan adalah memenangkan kompetisi," jelas Presiden.
Presiden menekankan, Indonesia harus memenangkan kompetisi di dalam negeri sekaligus juga kompetisi di pasar global.
Indonesia harus lebih unggul dari negara-negara lain, dan harus mampu mendahului negara lain dalam dunia yang semakin kompetitif sekarang ini.
Presiden menyampaikan kedaulatan harus diperjuangkan dengan keberanian, untuk menemukan cara-cara baru.
Dia menekankan, untuk bisa mendahului negara lain, Indonesia tidak mungkin menggunakan tangga yang sama seperti yang dipakai oleh negara-negara yang maju di saat yang lalu. Indonesia harus melompat untuk bisa mendahului negara-negara maju. (*)
Hal tersebut disampaikan Presiden dalam sambutannya pada pembukaan Kongres DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), yang disaksikan secara virtual melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, di Jakarta, Senin.
"Nasionalisme kedaulatan bangsa menghadapi tantangan tantangan baru. Kedaulatan tidak bisa hanya dimaknai sebagai kemampuan mengusir penjajah. Kedaulatan bukan berarti memagari tidak ada pihak luar yang masuk ke Tanah Air kita. Kedaulatan bukan berarti menutup diri, tetapi kedaulatan adalah pemanfaatan maksimal untuk masyarakat bangsa dan negara," ujar Presiden Jokowi.
Presiden mengatakan sebagai rumah besar kaum nasionalis dan kaum marhaenis, PA GMNI harus menjadi yang terdepan dalam merawat nasionalisme yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945, yang selalu memperkuat persatuan dan kesatuan serta memperkokoh kedaulatan bangsa.
Menurut Kepala Negara, dalam dunia yang semakin terbuka dengan interaksi antarnegara yang semakin tinggi, gelombang globalisasi tidak terhindarkan lagi. Bukan hanya mobilitas fisik antarnegara yang semakin tinggi atau mobilitas barang dan uang yang semakin mudah, tapi juga mobilitas gagasan dan mobilitas pengetahuan semakin tinggi, melalui ranah-ranah digital.
"Konsekuensinya globalisasi melahirkan dunia yang hyper-kompetisi, dunia yang diwarnai kompetisi yang super ketat. Oleh karena itu satu pilar utama dalam menjaga kedaulatan adalah memenangkan kompetisi," jelas Presiden.
Presiden menekankan, Indonesia harus memenangkan kompetisi di dalam negeri sekaligus juga kompetisi di pasar global.
Indonesia harus lebih unggul dari negara-negara lain, dan harus mampu mendahului negara lain dalam dunia yang semakin kompetitif sekarang ini.
Presiden menyampaikan kedaulatan harus diperjuangkan dengan keberanian, untuk menemukan cara-cara baru.
Dia menekankan, untuk bisa mendahului negara lain, Indonesia tidak mungkin menggunakan tangga yang sama seperti yang dipakai oleh negara-negara yang maju di saat yang lalu. Indonesia harus melompat untuk bisa mendahului negara-negara maju. (*)