Ketiga atlet itu adalah Heru Fernandes, Gilang Ilhaza Fernandes dan Delfita yang berhasil meraih medali perak di tiga kelas berbeda. Heru mendapatkan medali perak di kelas 65 kilogram gaya bebas putra, Gilang meraih perak di kelas 74 kilogram gaya bebas putra dan Delfita mendapat perak di kelas 62 gaya bebas putri.
Ketiganya sebelum berangkat ke tanah Papua merasakan kekecewaan yang sangat dalam kepada Bupati Solok yang tidak memberikan perhatian berupa bantuan moril dan materi kepada meraka yang membawa nama daerah di kancah nasional.
"Saya sebagai warga Kabupaten Solok saya kecewa. Memang kita berlaga di PON atas nama Sumbar tapi asal kami dari Kabupaten Solok. Bupati lama dulu sangat mendukung dan bupati baru ini masa tidak bisa memberikan kami perhatian dan "uang pambali gulo-gulo di jalan," kata atlet Gulat Sumbar Delfita.
Bupati tak mendukung justru masyarakat yang mengumpulkan dana turun ke jalan untuk rekan-rekan asal Solok yang berjuang di PON Papua. Dirinya berharap Bupati Solok ke depan dapat lebih memperhatikan atlet Solok yang tak hanya membawa nama daerah saja namun jika mereka berlaga di iven nasional apalagi internasional.
Hal ini sangat berbeda dirasakannya dengan bupati lama karena pada saat itu atlet begitu diperhatikan, didukung, diberi uang bulanan dan diberikan pekerjaan.
"Saya hari ini mendapatkan perak dan ini sangat saya syukuri karena dalam kondisi cedera ACL yang cukup berat. Terima kasih kepada masyarakat Solok yang telah mau turun ke jalan dan menyumbang untuk kami. Maaf kami belum dapat membawa emas pulang ke Solok" kata dia.
Hal serupa juga dialami Heru Fernandes, ia yang lahir dan tumbuh besar di Kabupaten Solok merasakan kekecewaan yang sangat mendalam karena tidak ada perhatian dari bupati kepada para atlet.
Padahal dirinya dalam lima tahun terakhir memberikan medali emas Porprov Sumbar untuk Kabupaten Solok secara berurutan dari 2010 hingga 2018.
Dirinya diberi pekerjaan dari jalur prestasi namun setelah dua tahun bekerja dibuang begitu saja dengan diberhentikan bersama ribuan tenaga kontrak lainnya melalui kebijakan bupati.
"Kita atlet Solok yang mewakili Sumbar di PON. Tak wajar kami diperlakukan demikian karena kami berprestasi apalagi warga yang beriur untuk kami," kata dia.
Ia mengucapkan terima kasih kepada warga Solok yang telah memberikan iuran kepada para atlet dan ini bentuk loyalitas yang diperlihatkan kepada semua orang.
"Kita bangga kepada warga Solok tapi bukan kepada bupatinya," kata dia.
Menurut dia keberhasilan mendapatkan medali perak ini dipersembahkan kepada istri, orang tua dan kakaknya serta warga Solok yang memberikan dukungan moral dan materil untuk berjuang di PON Papua.
Sementara Gilang Ilhaza mengucapkan maaf karena hanya medali perak yang baru diberikan kepada masyarakat Sumbar khususnya Kabupaten Solok.
"Ini baru kemampuan kami karena adanya keterbatasan yang dimilikinya sehingga hanya meraih medali perak di pertandingan kali ini," kata dia.
Ia mengatakan rasa sakit di bahu dan jarinya ditahankan di setiap laga untuk memberikan yang terbaik untuk Sumatera Barat dan alhamdulillah cedera yang dirasakannya dapat membantu dirinya maju ke final meski akhirnya kalah.
"Kami dengan orang memperjuangkan kami maka kami akan lebih berjuang lagi untuk daerah ini," kata dia.
Terkait perlakuan bupati, ia mengaku sedih dan kecewa karena Bupati Solok telah mengosongkan anggaran untuk KONI Solok sehingga berdampak pada atlet yang berangkat PON Papua.
"Kita salut dengan masyarakat yang menyumbang dan total sumbangan ada Rp14 juta ditambah dari wakil bupati Rp2 juta dan anggota DPRD Solok Rp2 juta. Total ada Rp18 juta sumbangan tersebut dan dibagi rata ke seluruh atlet Solok yang berangkat PON," kata dia.
Ia mengatakan mendapatkan dana sebesar Rp1 juta dari sumbangan itu dan bukan tergantung jumlahnya namun ini memberikan dirinya motivasi dan semangat untuk berbuat lebih di pertandingan.
Menurut dia sumber daya masyarakat di Sumatera Barat ini sangat bagus-bagus terutama atlet namun kendalanya mereka banyak yang di sia-siakan dan tidak mendapat perhatian dan bimbingan untuk menjadi atlet yang berprestasi di tingkat nasional dan internasional.
"Atlet membutuhkan gizi, uang saku yang cukup, tempat istirahat dan juga pekerjaan. apabila semua itu diberikan mereka akan lebih berjuang lagi untuk mengharumkan nama daerah," kata dia.
Sebelumnya warga Kabupaten Solok, Sumatera Barat berhasil mengumpulkan donasi Rp18 juta untuk para atlet asal daerah itu yang akan mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua pada Oktober 2021.
Sekretaris Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Solok Mevrizal mengatakan dana yang diterima dari para relawan Rp18 juta lebih, disalurkan secara merata kepada para atlet dan pelatih, masing-masing Rp1 juta.
Donasi tersebut dikumpulkan sekitar tiga minggu oleh para relawan "Sejuta koin untuk atlet PON Sumbar asal Kabupaten Solok" sejak akhir Agustus 2021.
Sejumlah relawan mengumpulkan sumbangan di Kompleks Kantor Bupati Solok pada 30 Agustus 2021, dilanjutkan di depan Kampus UMMY Kotobaru pada 31 Agustus 2021, dan di depan SMAN 1 Gunung Talang pada 1 September 2021.
Selebihnya, sumbangan para donatur diterima melalui transfer rekening dan penerimaan langsung melalui sejumlah relawan di Kabupaten Solok.
Mevrizal mengatakan KONI mengirimkan tiga pelatih dan 15 atlet atau 18 orang asal Kabupaten Solok untuk mewakili Sumatera Barat di PON XX Papua.
Sebanyak 15 atlet itu, terdiri atas angkat berat dua orang, atletik satu orang, catur satu orang, karate tiga orang, gulat tiga orang, kempo dua orang, taekwondo satu orang, dan cricket dua orang.
Ia mengaku tidak ada dana dialokasikan Pemerintah Kabupaten Solok untuk keikutsertaan para atlet dan pelatih ke PON XX di Papua.
Bahkan, ia mengatakan hingga saat ini KONI Kabupaten Solok mengalami kekosongan kas.
"Hal itulah yang mengetuk hati sejumlah masyarakat di Kabupaten Solok untuk membentuk relawan dan mengumpulkan dana untuk para atlet," kata dia.
Semenjak pergantian kepala daerah, kata dia, hibah untuk KONI Kabupaten Solok pada 2021 ini "dinolkan".
"Mungkin karena visi misi beliau tidak ada di bidang olahraga, dan olahraga dipandang tidak penting, sehingga anggaran 'dinolkan' untuk KONI," ujarnya.
Ia mengatakan kepemimpinan pemerintah daerah yang lama sudah menganggarkan hibah KONI Rp6,5 miliar di anggaran daerah 2021. Bahkan, KONI Kabupaten Solok telah menganggarkan untuk masing-masing atlet yang mengikuti PON XX di Papua Rp10 juta.
"Namun, kenyataannya sampai sekarang dana hibah untuk KONI Kabupaten Solok masih 'dinolkan'," ujar dia.
Dibiayai iuran warga Solok, tiga atlet gulat bawa pulang medali PON Papua
Tiga atlet cabang olahraga Gulat Sumatera Barat yang mendapat bantuan keberangkatan dari sumbangan yang dikumpulkan masyarakat Kabupaten Solok berhasil membawa pulang medali perak dari PON Papua XX 2021 di Merauke.
Ketiga atlet itu adalah Heru Fernandes, Gilang Ilhaza Fernandes dan Delfita yang berhasil meraih medali perak di tiga kelas berbeda. Heru mendapatkan medali perak di kelas 65 kilogram gaya bebas putra, Gilang meraih perak di kelas 74 kilogram gaya bebas putra dan Delfita mendapat perak di kelas 62 gaya bebas putri.
Ketiganya sebelum berangkat ke tanah Papua merasakan kekecewaan yang sangat dalam kepada Bupati Solok yang tidak memberikan perhatian berupa bantuan moril dan materi kepada meraka yang membawa nama daerah di kancah nasional.
"Saya sebagai warga Kabupaten Solok saya kecewa. Memang kita berlaga di PON atas nama Sumbar tapi asal kami dari Kabupaten Solok. Bupati lama dulu sangat mendukung dan bupati baru ini masa tidak bisa memberikan kami perhatian dan "uang pambali gulo-gulo di jalan", kata atlet Gulat Sumbar Delfita.
Bupati tak mendukung malahan masyarakat yang mengumpulkan dana turun ke jalan untuk rekan-rekan asal Solok yang berjuang di PON Papua. Dirinya berharap Bupari Solok ke depan dapat lebih memperhatikan atlet Solok yang tak hanya membawa nama daerah saja namun jika mereka berlaga di iven nasional apalagi internasional.
Hal ini sangat berbeda dirasakannya dengan bupati lama karean pada saat itu atlet begitu diperhatikan, didukung, diberi uang bulanan dan diberikan pekerjaan.
"Saya hari ini mendapatkan perak dan ini sangat saya syukuri karena dalam kondisi cedera ACL yang cukup berat. Terima kasih kepada masyarakat Solok yang telah mau turun ke jalan dan menyumbang untuk kami. Maaf kami belum dapat membawa emas pulang ke Solok" kata dia.
Hal serupa juga dialami Heru Fernandes, ia yang lahir dan tumbuh besar di Kabupaten Solok merasakan kekecawaan yang sangat mendalam karena tidak ada perhatian dari bupati kepada para atlet.
Padahal dirinya dalam lima tahun terkahir memberikan medali emas Porprov Sumbar untuk Kabupaten Solok secara berurutan dari 2010 hingga 2018.
Dirinya diberi pekerjaan dari jalur prestasi namun setelah dua tahun bekerja dibuang begitu saja dengan diberhentikan bersama ribuan tenaga kontrak lainnya melalui kebijakan bupati.
"Kita atlet Solok yang mewakili Sumbar di PON. Tak wajar kami diperlakukan demikian karena kami berprestasi apalagi warga yang beriur untuk kami," kata dia.
Ia mengucapkan terima kasih kepada warga Solok yang telah memberikan iuran kepada para atlet dan ini bentuk loyalitas yang diperlihatkan kepada semua orang.
"Kita bangga kepada warga Solok tapi bukan kepada bupatinya," kata dia.
Menurut dia keberhasilan mendapatkan medali perak ini dipersembahkan kepada istri, orang tua dan kakaknya serta warga Solok yang memberikan dukungan moral dan materil untuk berjuang di PON Papua.
Sementara Gilang Ilhaza mengucapkan maaf karena hanya medali perak yang baru diberikan kepada masyarakat Sumbar khususnya Kabupetan Solok.
"Ini baru kemampuan kami karena adanya keterbatasan yang dimilikinya sehingga hanya meraih medali perak di pertandingan kali ini," kata dia.
Ia mengatakan rasa sakit di bahu dan jarinya ditahankan di setiap laga untuk memberikan yang terbaik untuk Sumatera Barat dan alhamdulillah cedera yang dirasakannya dapat membantu dirinya maju ke final meski akhirnya kalah.
"Kami dengan orang memperjuangkan kami maka kami akan lebih berjuang lagi untuk daerah ini," kata dia.
Terkait perlakuan bupati, ia mengaku sedih dan kecewa karena Bupati Solok telah mengosongkan anggaran untuk KONI Solok sehingga berdampak pada atlet yang berangkat PON Papua.
"Kita salut dengan masyarakat yang menyumbang dan total sumbangan ada Rp14 juta ditambah dari wakil bupati Rp2 juta dan anggota DPRD Solok Rp2 juta. Total ada Rp18 juta sumbangan tersebut dan dibagi rata ke seluruh atlet Solok yang berangkat PON," kata dia.
Ia mengatakan mendapatkan dana sebesar Rp1 juta dari sumbangan itu dan bukan tergantung jumlahnya namun ini memberikan dirinya motifasi dan semangat untuk berbuat lebih di pertandingan.
Menurut dia sumber daya masyarakat di Sumatera Barat ini sangat bagus-bagus terutama atlet namun kendalanya mereka banyak yang di sia-siakan dan tidak mendapat perhatian dan bimbingan untuk menjadi atlet yang berprestasi di tingkat nasional dan internasional.
"Atlet membutuhkan gizi, uang saku yang cukup, tempat istirahat dan juga pekerjaan. apabila semua itu diberikan mereka akan lebih berjuang lagi untuk mengahrumkan nama daerah," kata dia.
Sebelumnya warga Kabupaten Solok, Sumatera Barat berhasil mengumpulkan donasi Rp18 juta untuk para atlet asal daerah itu yang akan mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua pada Oktober 2021.
Sekretaris Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Solok Mevrizal mengatakan dana yang diterima dari para relawan Rp18 juta lebih, disalurkan secara merata kepada para atlet dan pelatih, masing-masing Rp1 juta.
Donasi tersebut dikumpulkan sekitar tiga minggu oleh para relawan "Sejuta koin untuk atlet PON Sumbar asal Kabupaten Solok" sejak akhir Agustus 2021.
Sejumlah relawan mengumpulkan sumbangan di Kompleks Kantor Bupati Solok pada 30 Agustus 2021, dilanjutkan di depan Kampus UMMY Kotobaru pada 31 Agustus 2021, dan di depan SMAN 1 Gunung Talang pada 1 September 2021.
Selebihnya, sumbangan para donatur diterima melalui transfer rekening dan penerimaan langsung melalui sejumlah relawan di Kabupaten Solok.
Mevrizal mengatakan KONI mengirimkan tiga pelatih dan 15 atlet atau 18 orang asal Kabupaten Solok untuk mewakili Sumatera Barat di PON XX Papua.
Sebanyak 15 atlet itu, terdiri atas angkat berat dua orang, atletik satu orang, catur satu orang, karate tiga orang, gulat tiga orang, kempo dua orang, taekwondo satu orang, dan cricket dua orang.
Ia mengaku tidak ada dana dialokasikan Pemerintah Kabupaten Solok untuk keikutsertaan para atlet dan pelatih ke PON XX di Papua.
Bahkan, ia mengatakan hingga saat ini KONI Kabupaten Solok mengalami kekosongan kas.
"Hal itulah yang mengetuk hati sejumlah masyarakat di Kabupaten Solok untuk membentuk relawan dan mengumpulkan dana untuk para atlet," kata dia.
Semenjak pergantian kepala daerah, kata dia, hibah untuk KONI Kabupaten Solok pada 2021 ini "dinolkan".
"Mungkin karena visi misi beliau tidak ada di bidang olahraga, dan olahraga dipandang tidak penting, sehingga anggaran 'dinolkan' untuk KONI," ujarnya.
Ia mengatakan kepemimpinan pemerintah daerah yang lama sudah menganggarkan hibah KONI Rp6,5 miliar di anggaran daerah 2021. Bahkan, KONI Kabupaten Solok telah menganggarkan untuk masing-masing atlet yang mengikuti PON XX di Papua Rp10 juta.
"Namun, kenyataannya sampai sekarang dana hibah untuk KONI Kabupaten Solok masih 'dinolkan'," ujar dia.
Sebelumnys Bupati Solok, Epiyardi Asda menjelaskan alasannya merefocusing anggaran dana hibah KONI Kabupaten Solok, Sumatera Barat karena untuk memenuhi kebutuhan penanganan pandemi COVID-19.
"Saya tidak tahu lagi anggaran mana yang akan dipotong untuk penanganan COVID-19 dengan total Rp87 miliar. Sementara dana untuk pembangunan tidak ada lagi, anggaran lain juga sudah direfocusing. Tentu anggaran untuk KONI juga direfocusing," kata dia di Solok, Rabu.
Selain itu, ia menyebutkan sebelumnya Pemkab Solok memang sudah menganggarkan dana hibah untuk KONI senilai Rp6 miliar. Akan tetapi untuk 74 nagari hanya dianggarkan Rp9 miliar. Sementara saat ini masyarakat sangat membutuhkan pemulihan ekonomi akibat pandemi.
"Untuk apa dana KONI Rp6 miliar. Sementara ekonomi masyarakat saat ini masih susah akibat pandemi COVID-19. Saat ini saya memang lebih fokus untuk memajukan ekonomi masyarakat. Mengutamakan perut rakyat saya," ujar dia
Selain itu, ia mengatakan pemotongan dana hibah untuk KONI Kabupaten Solok juga atas permintaan dari salah seorang anggota DPRD Kabupaten Solok, Fraksi Gerindra Madra Indriawan.
"Dia meminta kepada saya agar dana KONI ini dipotong saja, tidak ada guna kata dia. Berkali-kali dia meminta pada saya untuk merefocusing anggaran KONI. Dia bilang orang-orang KONI ini tidak ada guna. Bahkan ketua KONI sendiri bukan orang Kabupaten Solok," ucapnya.
Menurut Epiyardi merefocusing anggaran untuk KONI Kabupaten Solok bukan berarti dirinya tidak mencintai dunia olah raga. Bahkan ia mengaku dulu juga merupakan seorang olahragawan.
"Daripada uang dipakai untuk berfoya-foya lebih baik digunakan untuk pembangunan jalan di Kabupaten Solok yang masih rusak," ucap dia.
Ia juga menanggapi terkait Pemkab Solok yang dianggap acuh tak acuh terhadap keberangkatan para atlet Kabupaten Solok yang akan mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua pada Oktober 2021.
"Mereka tidak pernah menghadap ke saya, mereka tidak pernah menemui saya. Lalu tiba-tiba saja mereka mengatakan bahwa Pemkab Solok acuh tak acuh ke mereka," ucap dia.
Ia juga mengatakan bahwa para atlet tersebut merupakan utusan dari Provinsi Sumbar. Tentu anggaran untuk para atlet yang akan berlaga ke Papua tersebut sudah ditanggung oleh provinsi.
"Mereka berangkat utusan provinsi bukan atas nama Kabupaten Solok. Orang-orang itu sengaja mencari sensasi. Orang yang cari sumbangan itu orang yang tidak suka sama saya," ujar dia.