Solok, (ANTARA) - Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Solok, Sumatera Barat membutuhkan alat pemisah darah yang berfungsi untuk memisahkan whole blood (WB) menjadi trombosit, plasma, maupun packet red cell (PRC).
"Alat pemisah darah yang sudah rusak hampir satu tahun ini tidak bisa diperbaiki lagi sehingga mengakibatkan darah dari para pendonor yang disumbangkan melalui PMI Kota Solok tidak bisa dipilah," kata Ketua PMI Kota Solok Yutris Can di Solok, Rabu.
Ia mengatakan karena tidak berfungsinya alat pemisah darah itu mengakibatkan PMI tidak mempunyai stok trombosit. Sehingga kalau ada permintaan trombosit, pihaknya terpaksa merujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka.
Sebagian besar alat-alat pengolahan darah yang merupakan bantuan dari Pemda Kota Solok dan UPT dari pusat di Jakarta mulai tidak berfungsi dengan baik, bahkan mengalami kerusakan yang mengakibatkan terhentinya kegiatan pengolahan darah.
Kerusakan alat tersebut berimbas terhadap kebutuhan darah masyarakat Kota Solok khususnya dan daerah sekitar pada umumnya.
Salah satu alat yang mengalami kerusakan ialah alat pengolahan darah refrigerator centrifuge yang berfungsi untuk membuat komponen darah seperti trombosit (TC), fresh frozen plasma (FFP), liquid plasma (LP), AHF (Cryo), buffy coat yang sangat diperlukan khususnya untuk kasus-kasus emergency.
"Seperti kasus pendarahan pada ibu melahirkan yang harus sesegera mungkin mendapatkan darah, karena fungsi dari komponen darah (TC) tersebut adalah untuk menghambat pendarahan," kata dia.
Pasien yang memerlukan transfusi komponen darah ini terpaksa dirujuk ke UTD Padang atau UTD terdekat lainnya, sehingga pasien terpaksa membayar service cost ke unit transfusi daerah lain karena tidak ada kerja sama BPJS dengan pelayanan darah di luar wilayah Kota Solok.
“Tidak sedikit dari pasien BPJS yang akhirnya tidak jadi mendapatkan transfusi karena tidak ada biaya, sehingga tidak mendapatkan penanganan dengan cepat," ucap dia.
Selain untuk membayar service cost komponen darah, keluarga pasien juga memerlukan biaya lebih untuk akomodasi dan kesulitan dalam menyediakan donor pengganti yang harus dibawa ke daerah lain seperti Kota Padang dan keluarga atau kerabat di sana juga tidak ada untuk mendonorkan darahnya.
“Refrigerator centrifuge juga berfungsi untuk memisahkan plasma dengan sel darah merah dalam pembuatan Packed Red Cell (PRC) darah segar, khusus untuk pasien bayi," ujar dia.
Pasien tersebut terpaksa menunggu lebih kurang satu hari untuk transfusi karena PMI hanya memisahkan dengan cara pengendapan manual dan itu memakan waktu satu hari paling cepat sehingga bayi terlambat mendapatkan pelayanan darah.
Yutris berharap kebutuhan akan alat pemisah darah bisa segera terpenuhi tahun 2021 ini, agar UTD PMI Kota Solok tetap bisa berkontribusi dalam memberikan pelayanan darah ke masyarakat Kota Solok.
"Khususnya pelayanan komponen darah yang sangat dibutuhkan oleh pasien pendarahan, gizi buruk, anemia, kekurangan albumin, dan penyakit berat lainnya," ujarnya. (*)
"Alat pemisah darah yang sudah rusak hampir satu tahun ini tidak bisa diperbaiki lagi sehingga mengakibatkan darah dari para pendonor yang disumbangkan melalui PMI Kota Solok tidak bisa dipilah," kata Ketua PMI Kota Solok Yutris Can di Solok, Rabu.
Ia mengatakan karena tidak berfungsinya alat pemisah darah itu mengakibatkan PMI tidak mempunyai stok trombosit. Sehingga kalau ada permintaan trombosit, pihaknya terpaksa merujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka.
Sebagian besar alat-alat pengolahan darah yang merupakan bantuan dari Pemda Kota Solok dan UPT dari pusat di Jakarta mulai tidak berfungsi dengan baik, bahkan mengalami kerusakan yang mengakibatkan terhentinya kegiatan pengolahan darah.
Kerusakan alat tersebut berimbas terhadap kebutuhan darah masyarakat Kota Solok khususnya dan daerah sekitar pada umumnya.
Salah satu alat yang mengalami kerusakan ialah alat pengolahan darah refrigerator centrifuge yang berfungsi untuk membuat komponen darah seperti trombosit (TC), fresh frozen plasma (FFP), liquid plasma (LP), AHF (Cryo), buffy coat yang sangat diperlukan khususnya untuk kasus-kasus emergency.
"Seperti kasus pendarahan pada ibu melahirkan yang harus sesegera mungkin mendapatkan darah, karena fungsi dari komponen darah (TC) tersebut adalah untuk menghambat pendarahan," kata dia.
Pasien yang memerlukan transfusi komponen darah ini terpaksa dirujuk ke UTD Padang atau UTD terdekat lainnya, sehingga pasien terpaksa membayar service cost ke unit transfusi daerah lain karena tidak ada kerja sama BPJS dengan pelayanan darah di luar wilayah Kota Solok.
“Tidak sedikit dari pasien BPJS yang akhirnya tidak jadi mendapatkan transfusi karena tidak ada biaya, sehingga tidak mendapatkan penanganan dengan cepat," ucap dia.
Selain untuk membayar service cost komponen darah, keluarga pasien juga memerlukan biaya lebih untuk akomodasi dan kesulitan dalam menyediakan donor pengganti yang harus dibawa ke daerah lain seperti Kota Padang dan keluarga atau kerabat di sana juga tidak ada untuk mendonorkan darahnya.
“Refrigerator centrifuge juga berfungsi untuk memisahkan plasma dengan sel darah merah dalam pembuatan Packed Red Cell (PRC) darah segar, khusus untuk pasien bayi," ujar dia.
Pasien tersebut terpaksa menunggu lebih kurang satu hari untuk transfusi karena PMI hanya memisahkan dengan cara pengendapan manual dan itu memakan waktu satu hari paling cepat sehingga bayi terlambat mendapatkan pelayanan darah.
Yutris berharap kebutuhan akan alat pemisah darah bisa segera terpenuhi tahun 2021 ini, agar UTD PMI Kota Solok tetap bisa berkontribusi dalam memberikan pelayanan darah ke masyarakat Kota Solok.
"Khususnya pelayanan komponen darah yang sangat dibutuhkan oleh pasien pendarahan, gizi buruk, anemia, kekurangan albumin, dan penyakit berat lainnya," ujarnya. (*)