Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai investasi berkelanjutan atau investasi yang menekankan pentingnya aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) semakin diminati oleh investor saat pandemi dan memiliki performa yang lebih baik.
"Pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh belahan dunia telah memicu krisis ekonomi yang sifatnya extraordinary, namun demikian pandemi telah meningkatkan kesadaran akan pentingnya aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau ESG sehingga investasi berkelanjutan menjadi lebih diminati," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam gelaran ESG Capital Market Summit 2021 di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan studi Fidelity International, kinerja saham dan peringkat ESG perusahaan mempunyai hubungan yang positif, bahkan di masa pandemi. Saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan peringkat ESG lebih tinggi pada umumnya mempunyai performa yang lebih baik.
Lebih lanjut di pasar domestik, berdasarkan studi Ernst & Young pada Mar-20, performa SRI KEHATI Index lebih baik dibandingkan IHSG sebesar 8 persen (yoy) selama periode Januari 2015 hingga Oktober 2019. Pada tahun 2020 SRI KEHATI Index mengalami pemulihan lebih baik dibandingkan IHSG.
SRI-KEHATI adalah indeks saham Sustainable and Responsible Investment (SRI) yang merupakan hasil kerja sama Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dirilis pada 8 Juni 2009 lalu.
Sebelum pandemi terjadi, Sustainable Banking Network (SBN) juga telah menempatkan Indonesia bersama China sebagai negara first mover/mature dalam implementasi keuangan berkelanjutan. Tentunya hal tersebut, lanjut Wimboh, akan terus ditingkatkan untuk dapat masuk ke tahap berikutnya yaitu mainstreaming behaviour changes atau pembiasaan perubahan sikap secara keseluruhan.
"Sebagai satu-satunya negara anggota G20 dari Kawasan Asia Tenggara, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisi kepemimpinan di kawasan dan menjadi jembatan bagi suara kolektif negara-negara yang tergabung di ASEAN khususnya untuk implementasi keuangan berkelanjutan," ujar Wimboh.
Terlebih Indonesia akan memegang tampuk Presidensi G20 di tahun 2022. Menurut Wimboh, ini adalah momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan dan komitmen Indonesia untuk mengimplementasikan keuangan berkelanjutan dalam skala global.
OJK akan menyiapkan satuan tugas atau task force untuk mempercepat implementasi inisiatif keuangan berkelanjutan di Tanah Air yang diharapkan dapat menjadi peluang bagi sektor jasa keuangan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Indonesia lintas generasi.
Wimboh meyakini, melalui koordinasi yang baik dalam penyusunan kebijakan dan regulasi, serta kerja sama dan komitmen yang tinggi dari seluruh pihak yang terkait, maka keuangan berkelanjutan di Indonesia akan dapat diterapkan dengan optimal untuk mencapai tujuan global yang telah ditetapkan dalam Paris Agreement dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
"Pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh belahan dunia telah memicu krisis ekonomi yang sifatnya extraordinary, namun demikian pandemi telah meningkatkan kesadaran akan pentingnya aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau ESG sehingga investasi berkelanjutan menjadi lebih diminati," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam gelaran ESG Capital Market Summit 2021 di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan studi Fidelity International, kinerja saham dan peringkat ESG perusahaan mempunyai hubungan yang positif, bahkan di masa pandemi. Saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan peringkat ESG lebih tinggi pada umumnya mempunyai performa yang lebih baik.
Lebih lanjut di pasar domestik, berdasarkan studi Ernst & Young pada Mar-20, performa SRI KEHATI Index lebih baik dibandingkan IHSG sebesar 8 persen (yoy) selama periode Januari 2015 hingga Oktober 2019. Pada tahun 2020 SRI KEHATI Index mengalami pemulihan lebih baik dibandingkan IHSG.
SRI-KEHATI adalah indeks saham Sustainable and Responsible Investment (SRI) yang merupakan hasil kerja sama Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dirilis pada 8 Juni 2009 lalu.
Sebelum pandemi terjadi, Sustainable Banking Network (SBN) juga telah menempatkan Indonesia bersama China sebagai negara first mover/mature dalam implementasi keuangan berkelanjutan. Tentunya hal tersebut, lanjut Wimboh, akan terus ditingkatkan untuk dapat masuk ke tahap berikutnya yaitu mainstreaming behaviour changes atau pembiasaan perubahan sikap secara keseluruhan.
"Sebagai satu-satunya negara anggota G20 dari Kawasan Asia Tenggara, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisi kepemimpinan di kawasan dan menjadi jembatan bagi suara kolektif negara-negara yang tergabung di ASEAN khususnya untuk implementasi keuangan berkelanjutan," ujar Wimboh.
Terlebih Indonesia akan memegang tampuk Presidensi G20 di tahun 2022. Menurut Wimboh, ini adalah momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan dan komitmen Indonesia untuk mengimplementasikan keuangan berkelanjutan dalam skala global.
OJK akan menyiapkan satuan tugas atau task force untuk mempercepat implementasi inisiatif keuangan berkelanjutan di Tanah Air yang diharapkan dapat menjadi peluang bagi sektor jasa keuangan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Indonesia lintas generasi.
Wimboh meyakini, melalui koordinasi yang baik dalam penyusunan kebijakan dan regulasi, serta kerja sama dan komitmen yang tinggi dari seluruh pihak yang terkait, maka keuangan berkelanjutan di Indonesia akan dapat diterapkan dengan optimal untuk mencapai tujuan global yang telah ditetapkan dalam Paris Agreement dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).