Solok (ANTARA) - Marni Yenti, seorang warga dari Kenagarian Alahan, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat menceritakan pengalamannya dalam memanfaatkan keberadaan program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) untuk melakukan operasi kakinya yang patah karena jatuh.
"Dengan kondisi ekonomi di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini semuanya terasa sulit. Namun berkat menjadi peserta BPJS Kesehatan, saya dapat melakukan operasi kaki saya yang patah karena jatuh di kamar mandi," kata Marni.
Marni menuturkan baru-baru ini, bahwa dengan menjadi peserta aktif JKN-KIS seluruh biaya operasi dan biaya perawatannya usai operasi di rumah sakit ditanggung melalui program JKN-KIS.
"Awalnya saya bingung memikirkan biaya untuk pengobatan dan perawatan saya selama di rumah sakit. Tetapi ternyata semua biayanya ditanggung Kartu Indonesia Sehat. Untung saya sudah punya kartu KIS yang dibagikan pemerintah," kata Marni.
Menurut Marni, bahwa keberadaan JKN-KIS merupakan program pemerintah yang sangat membantu masyarakat kurang mampu. Terkhusus bagi dirinya dan keluarganya.
Apalagi selama masa pandemi COVID-19, perekonomian keluarganya menjadi terganggu. Jangankan untuk memikirkan biaya operasi dan perawatan, untuk biaya kehidupan sehari-hari saja, dirinya mengaku harus selalu berhemat.
Lanjutnya, untuk itu dirinya bersama keluarga pun mengaku bersyukur menjadi peserta BPJS Kesehatan karena setidaknya saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terkait kesehatan sudah ada pihak yang memberikan jaminan perawatan.
"Saya bersama keluarga mengucapkan terima kasih banyak kepada pemerintah karena telah membantu masyarakat kecil seperti kami ini melalui program JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan," katanya.
Marni bersama keluarganya sendiri terdaftar pada program JKN-KIS dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI APBN). Dia pun berharap program jaminan kesehatan ini dapat terus berlangsung karena sangat membantu masyarakat.
"Semoga tidak diputuskan secara tiba-tiba. Karena JKN-KIS ini sangat membantu saya untuk berobat ke rumah sakit," ungkap Marni.
Kemudian, Marni mengatakan, sebelumnya dirinya sempat di operasi di RSUD Arosuka memakai kartu JKN-KIS.
"Alhamdulillah tidak membayar sedikit pun. Saya dirawat selama tujuh hari dan pelayanannya cukup baik. Mungkin masih suasana pandemi COVID-19 jadi rumah sakit tidak terlalu ramai," ucapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan kalau saja tidak sebagai peserta JKN-KIS mungkin Marni sudah membayar biaya operasi ringan itu sebesar Rp10 juta, dan ia mengaku tidak punya uang sebanyak itu.
"Alhamdulillah berkat JKN KIS operasi saya berjalan lancar, dan sekarang saya bisa beraktivitas lagi seperti biasa," pungkas Marni.
"Dengan kondisi ekonomi di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini semuanya terasa sulit. Namun berkat menjadi peserta BPJS Kesehatan, saya dapat melakukan operasi kaki saya yang patah karena jatuh di kamar mandi," kata Marni.
Marni menuturkan baru-baru ini, bahwa dengan menjadi peserta aktif JKN-KIS seluruh biaya operasi dan biaya perawatannya usai operasi di rumah sakit ditanggung melalui program JKN-KIS.
"Awalnya saya bingung memikirkan biaya untuk pengobatan dan perawatan saya selama di rumah sakit. Tetapi ternyata semua biayanya ditanggung Kartu Indonesia Sehat. Untung saya sudah punya kartu KIS yang dibagikan pemerintah," kata Marni.
Menurut Marni, bahwa keberadaan JKN-KIS merupakan program pemerintah yang sangat membantu masyarakat kurang mampu. Terkhusus bagi dirinya dan keluarganya.
Apalagi selama masa pandemi COVID-19, perekonomian keluarganya menjadi terganggu. Jangankan untuk memikirkan biaya operasi dan perawatan, untuk biaya kehidupan sehari-hari saja, dirinya mengaku harus selalu berhemat.
Lanjutnya, untuk itu dirinya bersama keluarga pun mengaku bersyukur menjadi peserta BPJS Kesehatan karena setidaknya saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terkait kesehatan sudah ada pihak yang memberikan jaminan perawatan.
"Saya bersama keluarga mengucapkan terima kasih banyak kepada pemerintah karena telah membantu masyarakat kecil seperti kami ini melalui program JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan," katanya.
Marni bersama keluarganya sendiri terdaftar pada program JKN-KIS dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI APBN). Dia pun berharap program jaminan kesehatan ini dapat terus berlangsung karena sangat membantu masyarakat.
"Semoga tidak diputuskan secara tiba-tiba. Karena JKN-KIS ini sangat membantu saya untuk berobat ke rumah sakit," ungkap Marni.
Kemudian, Marni mengatakan, sebelumnya dirinya sempat di operasi di RSUD Arosuka memakai kartu JKN-KIS.
"Alhamdulillah tidak membayar sedikit pun. Saya dirawat selama tujuh hari dan pelayanannya cukup baik. Mungkin masih suasana pandemi COVID-19 jadi rumah sakit tidak terlalu ramai," ucapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan kalau saja tidak sebagai peserta JKN-KIS mungkin Marni sudah membayar biaya operasi ringan itu sebesar Rp10 juta, dan ia mengaku tidak punya uang sebanyak itu.
"Alhamdulillah berkat JKN KIS operasi saya berjalan lancar, dan sekarang saya bisa beraktivitas lagi seperti biasa," pungkas Marni.