Pulau Punjung, (ANTARA) - Sebanyak 2.598 atau 17,7 persen anak berusia di bawah lima tahun (Balita) di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat masih mengalami pertumbuhan kerdil atau stunting.
"Meskipun masih ada kasus, namun presentase stunting di Dharmasraya masih di bawah nasional yang mencapai 20 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Dharmasraya Rahmadian melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Busnawir di Pulau Punjung, Senin.
Ia mengatakan data tersebut merupakan hasil pemantauan awal tahun 2020 pada sistem elektronik pemantauan pertumbuhan gizi berbasis masyarakat milik Dinkes setempat.
Menurut dia pemantauan pertumbuhan gizi dilakukan pada Februari dan Agustus setiap tahunnya, sehingga pada bulan penimbangan berikutnya angka tersebut bisa berkurang atau bertambah.
"Sementara pada 2019 presentase stunting 16,6 persen atau 2.067 kasus, memang terjadi peningkatan di awal tahun ini," ujarnya.
Menurut dia penyebab stunting pada balita disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang kesehatan ibu dan anak, sanitasi yang buruk, infeksi berulang dan kronis, dan lainnya.
Untuk menekan angka stunting, kata dia Dinkes menggelar program bidan datang dengan asuhan mandiri kepada keluaga (bidadari kelurga) dalam mencerdaskan ibu keluarga tentang kesehatan ibu dan anak.
Selain edukasi, jelas dia pemenuhan gizi terhadap bayi pada 1.000 hari pertama kehidupan sudah harus dipantau sebab hal itu merupakan masa-masa emas perkembangan otak dan tumbuh kembang anak, jelas dia.
"Kita juga memiliki program kelas ibu hamil dan ibu balita, nanum partisipasi mengikuti kegiatan ini masih rendah sehingga kita maksimalkan dengan program bidadari keluarga," ujar dia.
Pemerintah setempat juga telah membuka kegiatan Posyandu rutin seiring diberlakukannya tatanan normal baru. Kegiatan posyandu memperhatikan protokol kesehatan COVID-19 secara disiplin, kata dia.
"Kegiatan posyandu rutin yang sebelumnya sempat ditiadakan karena COVID-19 kini sudah dimulai kembali dengan menerapkan protokol COVID-19," kata dia menambahkan. (*)
"Meskipun masih ada kasus, namun presentase stunting di Dharmasraya masih di bawah nasional yang mencapai 20 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Dharmasraya Rahmadian melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Busnawir di Pulau Punjung, Senin.
Ia mengatakan data tersebut merupakan hasil pemantauan awal tahun 2020 pada sistem elektronik pemantauan pertumbuhan gizi berbasis masyarakat milik Dinkes setempat.
Menurut dia pemantauan pertumbuhan gizi dilakukan pada Februari dan Agustus setiap tahunnya, sehingga pada bulan penimbangan berikutnya angka tersebut bisa berkurang atau bertambah.
"Sementara pada 2019 presentase stunting 16,6 persen atau 2.067 kasus, memang terjadi peningkatan di awal tahun ini," ujarnya.
Menurut dia penyebab stunting pada balita disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang kesehatan ibu dan anak, sanitasi yang buruk, infeksi berulang dan kronis, dan lainnya.
Untuk menekan angka stunting, kata dia Dinkes menggelar program bidan datang dengan asuhan mandiri kepada keluaga (bidadari kelurga) dalam mencerdaskan ibu keluarga tentang kesehatan ibu dan anak.
Selain edukasi, jelas dia pemenuhan gizi terhadap bayi pada 1.000 hari pertama kehidupan sudah harus dipantau sebab hal itu merupakan masa-masa emas perkembangan otak dan tumbuh kembang anak, jelas dia.
"Kita juga memiliki program kelas ibu hamil dan ibu balita, nanum partisipasi mengikuti kegiatan ini masih rendah sehingga kita maksimalkan dengan program bidadari keluarga," ujar dia.
Pemerintah setempat juga telah membuka kegiatan Posyandu rutin seiring diberlakukannya tatanan normal baru. Kegiatan posyandu memperhatikan protokol kesehatan COVID-19 secara disiplin, kata dia.
"Kegiatan posyandu rutin yang sebelumnya sempat ditiadakan karena COVID-19 kini sudah dimulai kembali dengan menerapkan protokol COVID-19," kata dia menambahkan. (*)