Padang (ANTARA) - Tahapan pilkada sudah final yaitu pada 9 Desember 2020 yang merupakan hari rakyat Sumatera Barat menentukan pemimpinnya untuk lima tahun mendatang.
Ada 11 kabupaten, 2 kota dan pemilihan Gubernur itu sendiri. Hiruk pikuk pilkada tak lagi sama seperti lima tahun lalu, selain ada aturan tentang alat peraga kampanye, juga ada wabah COVID-19 yang masih belum usai, setidaknya sampai tulisan ini dibuat, korban positif terus bertambah di Indonesia
Mau tak mau para calon yang akan bertanding harus memikirkan cara agar metode kampanye mereka sampai ke masyarakat, semua lapisan pemilih di dapil masing-masing.
Untuk sekadar baliho saja, sudah tampak oleh kita, tapi tak semeriah dulu. Soal tampil-tampil di koran, ada pula terlihat, tapi berapa banyak pembaca koran sekarang?
Ada satu alatan kampanye paling cocok saat ini yaitu memanfaatkan dunia maya atau digital campaign.
Hampir semua calon, setidaknya yang mulai muncul atau sudah ber SK memiliki akun di sosial media, tapi seberapa efektif mereka memanfaatkan itu dan bermanfaat bagi kampanye mereka?
Orang Indonesia rata-rata menghabiskan waktu menggunakan internet sebesar 7 jam 59 menit setiap harinya, jumlah pengguna internet Indonesia sebesar 175,3 juta orang atau 64 persen dari total jumlah penduduk Indonesia dikutip dari katadata.co.id.
Dari data itu 90 persen lebih orang Indonesia mengakses internet dengan handphone dan Sumatera Barat menyumbang 2,3 persen pengguna internet di Indonesia. Di Sumatera, Sumbar menempati posisi 3 setelah Sumut dan Lampung berdasarkan data Kominfo.
Saat ini tercatat facebook menampilkan lebih dari 2,2 juta akun facebook dan instagram ada di Sumbar. Pengguna facebook cenderung berumur 30 tahun ke atas dan pengguna aktif instagram berusia 30 tahun ke bawah.
Ada yang memiliki akun di kedua platform, namun sebagian pengguna instagram menanggap pengguna facebook orang tua-tua. Yang jelas, mereka pasar terbuka untuk semua calon berkampanye.
Sedangkan pengguna platform media sosial lainnya seperti twitter, tiktok, linkedin dan lainnya dibawah kedua facebook dan instagram
Akun sosial media
Faldo Maldini, mantan ketua BEM UI yang kini jadi ketua DPW PSI Sumatera Barat merupakan tokoh Sumbar yang paling banyak memiliki pengikuti di instagram yaitu 279 ribu orang, disusul Andre Rosiade 166 ribu. Faldo kembali mulai menggeliat untuk ikut bertanding di pilgub sumbar, tentu PSI akan jadi pendukungnya walau di sumbar tak ada kursi. Sedang Andre Rosiade, ketua DPD Partai
Sedangkan Nasrul Abit yang didukung Partai Gerindra memiliki 19 ribu pengikut di facebook dan 17,3 pengikut di instagram. Tak jauh dari lawannya, Mahyeldi memiliki 19 ribu pengikut di facebook dan 33,1 ribu pengikut di instagram.
Di susul Fakhrizal dengan 32,2 ribu follower dan tak memiliki fan page difacebook.
Untuk adu tanding pengikut calon wakil, Indra Catri punya 171.874 pengikut di facebook tapi hanya ada 1.701 pengikut di instagram, Genius umar punya 6,5 ibu pengikut di facebook dan 7.212 pengikut di instagram. Paling sedikit calon wakil yang di gadang-gadang akan mendampingi Mahyeldi, Audi Joinaldy hanya punya 1.386 pengikut di facebook dan 4.252 pengikut di instagram
Tapi jika Mulyadi jadi maju, ia juaranya di facebook, punya 301.645 pengikut dan 29.5 ribu di instagram. Kalau jadi dengan Shadiq Pasadigoe, mantan Bupati Tanah Datar itu punya 115.083 pengikut di facebook dan 2.858 pengikut di instagram
Apakah selamanya pengikut adalah suporter? Tunggu dulu, popularitas saja belum tentu beriringan dengan elektabilitas. Yang jelas, pengikut tentu pumya ketertarikan dengan tokoh yang di ikutinya. Setidaknya rasa ingin tahu terhadap info terbaru sang tokoh.
Kampanye digital vs konvensional
Kampanye konvensional di masa sebelum pandemi menurut saya masih belum akan tergantikan sepenuhnya oleh kampanye digital. Kampanye dengan alat peraga seperti baliho dan spanduk tentu menjadi kegiatan unggulan sebelum rapat akbar/kampanye terbuka.
Tapi di masa wabah seperti ini? KPU sedang menyusun aturan untuk kampanye digital agar jangan sampai kampanye di tahapan pilkada menjadi sarana menyebarnya COVID-19.
Lalu seperti apa kampanye digital yang harus disiapkan pasangan calon?
1. Update konten
Konten yang saya maksud disini tidak hanya sekadar menyampaikan visi dan misi setiap hari, atau program kerja dan janji politik. Sebab sejak prosesi demokrasi langsung dilaksanakan 16 tahun yang lalu, publik sudah disuguhkan dengan jani-janji yang semua hampir sama, bagus, indah, tapi tentu ada perbedaan di lapangan apakah bisa terlaksana.
Lalu? Isilah konten sosial media tidak hanya tentang calon, bicaralah tentang keindahan alam Minangkabau, tentang enaknya makanan Sumatera Barat, sampaikanlah keberagaman adat budaya di Ranah Minang. Bicaralah tentang kehidupan “humanis” si calon. Atau libatkan tim ahli untuk menyusun film pendek. Tenang, warga punya cukup waktu untuk menonton video-video anda apalagi dapat membuat mereka bertahan di 15 detik pertama. Ini masih pandemi. Tapi pastikan kualitasnya bagus, gunakan kamera profesional dan pengambilan yang berkelas
2. Bicara dengan bahasa kaumnya
Jika memang anda sedang bicara tentang “kekinian” ya tampil dengan kekinian, jangan bawakan gaya kaku untuk membahas indahnya alam Sumatera Barat.
Sesekali tabuhlah rebbana untuk menggaet ibu-ibu pengajian, atau seduhlah kopi dengan gaya milenial untuk pemilih pemula dan muda. Bisa saja ikut pula kita berburu untuk target sebagian apak apak. Sebab cerita di lapau dan berburu, riuhnya hampir sama.
Tampilkan semua di media sosial anda, orang pasti scroll ke bawah saat rasa ingin tahu tinggi, atau sekadar berbagi kalau emang satu hobi atau satu kampuang “eeh rang kampuang awak apok ko, sukolah baburu”. Sedikit lagi tu, dia jadi marketing gratis anda ke sekitarnya. Yang jelas, pastikan sampai konten itu ke HPnya
3. Manfaatkan tools
Ada banyak sekali tools dalam menganalisa efektivitas kampanye digital di berbagai platform, tools bawaan juga ada, gunakan instagram insight untuk melihat kinerja postingan instagram. Bisa juga pakai google adword untuk melihat kata kunci yang trending, atau menggunakan facebook ads untuk menjangkau lebih luas.
Siapkan saja dana iklan, karena kita bisa memaksa orang yang lagi membuka facebook atau instagram untuk membaca postingan kampanye yang kita buat. Semua tools sebaiknya ada tim yang mengelola. Baik membalas komen sampai membalas pesan.
4. Manajemen Tim
Buat tim kampanye digital , mereka bertugas melakukan pemetaan dan pembuat isu. Jadilah dibicarakan, jangan terbicarakan. Artinya jualan anda yang dibicarakan orang, bukan sekedar palamak carito saat orang membedah calon lain.
Tim terdiri atas analis, content creator, publisher dan tentu manager. Masing-masing ada tugasnya.
Saat tokoh turun ke lapangan, tim harus mampu mengolah data baik foto atw video dalam waktu cepat, profesional, tidak sekedar pakai fillmora di HP atau kinemaster, tapi distribusi konten punya ciri khas, bahan di dapat di lapangan, segera masuk dapur editor, 30 menit harus kelar menjadi video atau foto. Kenapa foto dan video? Berapa banyak yang suka membaca? Rata2 suka menonton.
Bahkan sebelum tokoh turun ke lapangan, tim dapur harus mampu menyajikan data dengan cepat ke tim lapangan agar toko lebih up to date, kalo di serahkan ke tokoh sendiri memikirkan content of campaign, bukan tim namanya. Juga bukan kampanye kegiatannya. Kira-kira seperti itulah sederhananya digital campaign dari pengambilan data hingga menjadi postingan kampanye di masa pandemi, pengalaman saya sejak 2010 menghandel beberapa perhelatan demokrasi.
Penulis adalah praktisi IT
Ada 11 kabupaten, 2 kota dan pemilihan Gubernur itu sendiri. Hiruk pikuk pilkada tak lagi sama seperti lima tahun lalu, selain ada aturan tentang alat peraga kampanye, juga ada wabah COVID-19 yang masih belum usai, setidaknya sampai tulisan ini dibuat, korban positif terus bertambah di Indonesia
Mau tak mau para calon yang akan bertanding harus memikirkan cara agar metode kampanye mereka sampai ke masyarakat, semua lapisan pemilih di dapil masing-masing.
Untuk sekadar baliho saja, sudah tampak oleh kita, tapi tak semeriah dulu. Soal tampil-tampil di koran, ada pula terlihat, tapi berapa banyak pembaca koran sekarang?
Ada satu alatan kampanye paling cocok saat ini yaitu memanfaatkan dunia maya atau digital campaign.
Hampir semua calon, setidaknya yang mulai muncul atau sudah ber SK memiliki akun di sosial media, tapi seberapa efektif mereka memanfaatkan itu dan bermanfaat bagi kampanye mereka?
Orang Indonesia rata-rata menghabiskan waktu menggunakan internet sebesar 7 jam 59 menit setiap harinya, jumlah pengguna internet Indonesia sebesar 175,3 juta orang atau 64 persen dari total jumlah penduduk Indonesia dikutip dari katadata.co.id.
Dari data itu 90 persen lebih orang Indonesia mengakses internet dengan handphone dan Sumatera Barat menyumbang 2,3 persen pengguna internet di Indonesia. Di Sumatera, Sumbar menempati posisi 3 setelah Sumut dan Lampung berdasarkan data Kominfo.
Saat ini tercatat facebook menampilkan lebih dari 2,2 juta akun facebook dan instagram ada di Sumbar. Pengguna facebook cenderung berumur 30 tahun ke atas dan pengguna aktif instagram berusia 30 tahun ke bawah.
Ada yang memiliki akun di kedua platform, namun sebagian pengguna instagram menanggap pengguna facebook orang tua-tua. Yang jelas, mereka pasar terbuka untuk semua calon berkampanye.
Sedangkan pengguna platform media sosial lainnya seperti twitter, tiktok, linkedin dan lainnya dibawah kedua facebook dan instagram
Akun sosial media
Faldo Maldini, mantan ketua BEM UI yang kini jadi ketua DPW PSI Sumatera Barat merupakan tokoh Sumbar yang paling banyak memiliki pengikuti di instagram yaitu 279 ribu orang, disusul Andre Rosiade 166 ribu. Faldo kembali mulai menggeliat untuk ikut bertanding di pilgub sumbar, tentu PSI akan jadi pendukungnya walau di sumbar tak ada kursi. Sedang Andre Rosiade, ketua DPD Partai
Sedangkan Nasrul Abit yang didukung Partai Gerindra memiliki 19 ribu pengikut di facebook dan 17,3 pengikut di instagram. Tak jauh dari lawannya, Mahyeldi memiliki 19 ribu pengikut di facebook dan 33,1 ribu pengikut di instagram.
Di susul Fakhrizal dengan 32,2 ribu follower dan tak memiliki fan page difacebook.
Untuk adu tanding pengikut calon wakil, Indra Catri punya 171.874 pengikut di facebook tapi hanya ada 1.701 pengikut di instagram, Genius umar punya 6,5 ibu pengikut di facebook dan 7.212 pengikut di instagram. Paling sedikit calon wakil yang di gadang-gadang akan mendampingi Mahyeldi, Audi Joinaldy hanya punya 1.386 pengikut di facebook dan 4.252 pengikut di instagram
Tapi jika Mulyadi jadi maju, ia juaranya di facebook, punya 301.645 pengikut dan 29.5 ribu di instagram. Kalau jadi dengan Shadiq Pasadigoe, mantan Bupati Tanah Datar itu punya 115.083 pengikut di facebook dan 2.858 pengikut di instagram
Apakah selamanya pengikut adalah suporter? Tunggu dulu, popularitas saja belum tentu beriringan dengan elektabilitas. Yang jelas, pengikut tentu pumya ketertarikan dengan tokoh yang di ikutinya. Setidaknya rasa ingin tahu terhadap info terbaru sang tokoh.
Kampanye digital vs konvensional
Kampanye konvensional di masa sebelum pandemi menurut saya masih belum akan tergantikan sepenuhnya oleh kampanye digital. Kampanye dengan alat peraga seperti baliho dan spanduk tentu menjadi kegiatan unggulan sebelum rapat akbar/kampanye terbuka.
Tapi di masa wabah seperti ini? KPU sedang menyusun aturan untuk kampanye digital agar jangan sampai kampanye di tahapan pilkada menjadi sarana menyebarnya COVID-19.
Lalu seperti apa kampanye digital yang harus disiapkan pasangan calon?
1. Update konten
Konten yang saya maksud disini tidak hanya sekadar menyampaikan visi dan misi setiap hari, atau program kerja dan janji politik. Sebab sejak prosesi demokrasi langsung dilaksanakan 16 tahun yang lalu, publik sudah disuguhkan dengan jani-janji yang semua hampir sama, bagus, indah, tapi tentu ada perbedaan di lapangan apakah bisa terlaksana.
Lalu? Isilah konten sosial media tidak hanya tentang calon, bicaralah tentang keindahan alam Minangkabau, tentang enaknya makanan Sumatera Barat, sampaikanlah keberagaman adat budaya di Ranah Minang. Bicaralah tentang kehidupan “humanis” si calon. Atau libatkan tim ahli untuk menyusun film pendek. Tenang, warga punya cukup waktu untuk menonton video-video anda apalagi dapat membuat mereka bertahan di 15 detik pertama. Ini masih pandemi. Tapi pastikan kualitasnya bagus, gunakan kamera profesional dan pengambilan yang berkelas
2. Bicara dengan bahasa kaumnya
Jika memang anda sedang bicara tentang “kekinian” ya tampil dengan kekinian, jangan bawakan gaya kaku untuk membahas indahnya alam Sumatera Barat.
Sesekali tabuhlah rebbana untuk menggaet ibu-ibu pengajian, atau seduhlah kopi dengan gaya milenial untuk pemilih pemula dan muda. Bisa saja ikut pula kita berburu untuk target sebagian apak apak. Sebab cerita di lapau dan berburu, riuhnya hampir sama.
Tampilkan semua di media sosial anda, orang pasti scroll ke bawah saat rasa ingin tahu tinggi, atau sekadar berbagi kalau emang satu hobi atau satu kampuang “eeh rang kampuang awak apok ko, sukolah baburu”. Sedikit lagi tu, dia jadi marketing gratis anda ke sekitarnya. Yang jelas, pastikan sampai konten itu ke HPnya
3. Manfaatkan tools
Ada banyak sekali tools dalam menganalisa efektivitas kampanye digital di berbagai platform, tools bawaan juga ada, gunakan instagram insight untuk melihat kinerja postingan instagram. Bisa juga pakai google adword untuk melihat kata kunci yang trending, atau menggunakan facebook ads untuk menjangkau lebih luas.
Siapkan saja dana iklan, karena kita bisa memaksa orang yang lagi membuka facebook atau instagram untuk membaca postingan kampanye yang kita buat. Semua tools sebaiknya ada tim yang mengelola. Baik membalas komen sampai membalas pesan.
4. Manajemen Tim
Buat tim kampanye digital , mereka bertugas melakukan pemetaan dan pembuat isu. Jadilah dibicarakan, jangan terbicarakan. Artinya jualan anda yang dibicarakan orang, bukan sekedar palamak carito saat orang membedah calon lain.
Tim terdiri atas analis, content creator, publisher dan tentu manager. Masing-masing ada tugasnya.
Saat tokoh turun ke lapangan, tim harus mampu mengolah data baik foto atw video dalam waktu cepat, profesional, tidak sekedar pakai fillmora di HP atau kinemaster, tapi distribusi konten punya ciri khas, bahan di dapat di lapangan, segera masuk dapur editor, 30 menit harus kelar menjadi video atau foto. Kenapa foto dan video? Berapa banyak yang suka membaca? Rata2 suka menonton.
Bahkan sebelum tokoh turun ke lapangan, tim dapur harus mampu menyajikan data dengan cepat ke tim lapangan agar toko lebih up to date, kalo di serahkan ke tokoh sendiri memikirkan content of campaign, bukan tim namanya. Juga bukan kampanye kegiatannya. Kira-kira seperti itulah sederhananya digital campaign dari pengambilan data hingga menjadi postingan kampanye di masa pandemi, pengalaman saya sejak 2010 menghandel beberapa perhelatan demokrasi.
Penulis adalah praktisi IT