Manado, (ANTARA) - Pelari hebat, seorang alumni SMA Frater Don Bosco Manado, hari ini Rabu 27 November 2019 tutup usia di Singapura pada usia 88 tahun.
Tjie Tjin Hoan alias Ciputra sejak lahir pada 24 Agustus 1931 masa kecil Ciputra berlabuh di Parigi, Sulawesi Tengah. Ketika berumur 6 tahun, ibunya kembali ke kampung halaman di Paguat Pohuwato, Gorontalo, membawa Ciputra dan 6 saudaranya. Saat sang ayah meninggal sehingga perekonomian keluarga besar ini mulai goyah.
Tahun 1951 Ciputra tercatat sebagai siswa SMA Don Bosco Manado, sebuah sekolah frateran atau sekolah khusus murid lelaki milik gereja Katolik.
Ciputra dikenal sebagai konglomerat dan salah satu raja properti di negeri ini. Berdasarkan perhitungan majalah Forbes yang dilansir di Bulan November 2017, Tjie Tjin Hoan alias Ciputra berada di urutan ke-21 orang terkaya di Indonesia dengan harta senilai 1,45 miliar dolar AS atau setara Rp19,7 triliun.
Pada saatnya, Ir Ciputra akhirnya bisa mewujudkan kerinduannya terhadap Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) untuk mendorong pembangunan dan perekonomian di daerah Nyiur Melambai tersebut.
Selain bisnis properti, ia juga membangun kota baru di Daerah Nyiur Melambai dengan dukungan fasilitas pendidikan maupun bisnis. Hingga membuat patung "Tuhan Yesus Memberkati" yang diresmikan pada tahun 2007, dengan tinggi 34 meter.
Patung Tuhan Yesus Memberkati menjadi monumen tertinggi di Indonesia yang mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia – MURI.
Ir Ciputra pernah mengatakan "di tempat inilah saya bisa mewujudkan kerinduan itu. Adalah harapan dan doa saya monumen ini menjadi berkat besar bagi masyarakat Manado, Sulawesi Utara dan menjadi tujuan wisata bagi masyarakat seluruh Nusantara serta mancanegara. Cita-cita saya, karya patung Tuhan Yesus Memberkati merupakan sebuah karya yang akan paling saya kenang di dalam hidup saya sebagai tanda ungkapan cinta kasih yang paling dalam kepada Tuhan saya."
Saat ini berbagai bentuk ekspresi dan kecintaan terhadap Tuhan Yesus terdapat di berbagai tempat di seluruh dunia dalam berbagai model dan ukuran dari patung Tuhan Yesus Kristus antara lain di Dili, Portugal (Cristo Rei), Brazil (Christ the Redeemer) dan Bolivia (Cristo de la Concordia).
Ir Ciputra yang akrab dengan panggilan Pak Ci selain seorang pengusaha juga dikenal sebagai pribadi yang memiliki kegemaran pada seni, khususnya seni patung sekaligus pelaku seni patung. Pak Ci menggunakan keahliannya untuk membangun Patung Tuhan Yesus Memberkati sebagai ungkapan cinta kasihnya kepada Tuhan yang telah memberikan berkat secara berlimpah kepada dirinya dan keluarganya.
Manager Teknik Citra Land Manado Henly Ratulangi menjelaskan pada pertengahan bulan Agustus tahun 2005 dalam sebuah acara Seminar dan Lokakarya Pendidikan Kristiani untuk Bangsa yang di selenggarakan oleh Asosiasi Yayasan Untuk Bangsa di Manado, Ir Ciputra menyempatkan diri untuk berkunjung ke proyek CitraLand The Village of Blessing – Manado.
Di proyek perumahan yang dirintis oleh Grup Ciputra sejak tahun 2004 itu, Ciputra melakukan inspeksi proyek sambil menengok para staf.
Ciputra mengatakan pada saat itu : "Bila ditempat ini saya membangun sebuah patung Tuhan Yesus maka akan banyak orang yang datang setiap hari untuk menikmati keindahan kota Manado sambil mengingat kembali cinta kasih Tuhan Yesus kepada umat manusia."
Kemudian Ciputra mengajak Antonius Tanan, Direktur grup Ciputra dan Eben Ezer Siadari, seorang penulis buku yang kebetulan menemani ke lokasi tersebut untuk berdoa bersama memohon pimpinan Tuhan.
Sejak itulah inspirasi patung Tuhan Yesus Memberkati Kota Manado terus menyala-nyala dalam benak dan juga hati Ir Ciputra.
Pak Ci terus mendoakan dan juga berunding dengan istri tercinta, Dian Sumelar, dan Harun Hajadi, menantu sekaligus Direktur Utama CitraLand Manado dan anak-anaknya yang lain.
Akhirnya disepakati untuk membangun patung Tuhan Yesus di lokasi tersebut.
Selama masa penyusunan konsep dan perancangan patung, Ciputra terus-menerus berdoa agar Tuhan Yesus memberi inspirasi kepadanya. Setelah melalui pergumulan dan perenungan yang sungguh-sungguh, akhirnya Pak Ci memutuskan apa yang akan menjadi konsep utama dari patung dan akan dituliskan dalam prasasti.
Salah satu ayat Firman Tuhan yang menjadi sumber pembuatan patung ini yakni "Aku akan membuat engkau, menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur ; dan engkau akan menjadi berkat." (Kejadian 12:2). Dan mengutip motto masyarakat Sulawesi Utara :“Sitou Timou Tumou Tou” yang berarti : Orang hidup menghidupkan orang lain.
Patung Tuhan Yesus di seluruh dunia menggambarkan beragam postur tubuh, ada yang menggambarkan Tuhan Yesus dalam posisi berdiri dan merentangkan tangan (di Rio de Janeiri, Brazil) ,manengadah wajah ke atas sambil mengangkat tangan (Amerika Serikat), Sedang menggendong anak domba (banyak sekali), atau sedang terkulai setelah diturunkan dari kayu Salib dan berada dalam pelukan Bunda Maria, (karya Michael Angelo). Diantara semua posisi tersebut, yang paling banyak dibangun adalah patung yang menggambarkan Tuhan Yesus yang sedang disalib.
Ciputra mengambil postur Tuhan Yesus yang seakan sedang melayang turun untuk menjumpai manusia, memanggil manusia untuk datang kepada-Nya dan kemudian memberkati. Datang, memanggil dan memberkati adalah kata-kata kunci dalam merancang patung.
Menurut Pak Ci salah satu bagian yang perlu diperhatikan khusus adalah membayangkan wajah Tuhan Yesus. Wajah ini harus memancarkan keagungan dan kemuliaan, juga belas kasihan ilahi yang tiada taranya.
Wajah ini harus mampu menggambarkan ketegaran seorang pria yang berani menghadapi salib tetapi juga memiliki hati yang begitu lembut sehingga mampu menyambut siapa saja dengan latar belakang apapun. Dari pembuatan model kecil sampai ukuran sebenarnya dikerjakan dengan bantuan pematung di Jakarta. Patung dengan ukuran yang sebenarnya akan dipasang di CitraLand Manado.
Kelak di tempat itu semua dapat melihat sebuah ekspresi dari imajinasi Ciputra tentang Tuhan Yesus yang telah, sedang dan selalu mengasihi kota Manado. Pak Ci percaya Tuhan Yesus ingin memanggil semua orang apapun latar belakang orang tersebut untuk memberikan kelegaan, pertolongan dan berkat-Nya. (*)
Tjie Tjin Hoan alias Ciputra sejak lahir pada 24 Agustus 1931 masa kecil Ciputra berlabuh di Parigi, Sulawesi Tengah. Ketika berumur 6 tahun, ibunya kembali ke kampung halaman di Paguat Pohuwato, Gorontalo, membawa Ciputra dan 6 saudaranya. Saat sang ayah meninggal sehingga perekonomian keluarga besar ini mulai goyah.
Tahun 1951 Ciputra tercatat sebagai siswa SMA Don Bosco Manado, sebuah sekolah frateran atau sekolah khusus murid lelaki milik gereja Katolik.
Ciputra dikenal sebagai konglomerat dan salah satu raja properti di negeri ini. Berdasarkan perhitungan majalah Forbes yang dilansir di Bulan November 2017, Tjie Tjin Hoan alias Ciputra berada di urutan ke-21 orang terkaya di Indonesia dengan harta senilai 1,45 miliar dolar AS atau setara Rp19,7 triliun.
Pada saatnya, Ir Ciputra akhirnya bisa mewujudkan kerinduannya terhadap Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) untuk mendorong pembangunan dan perekonomian di daerah Nyiur Melambai tersebut.
Selain bisnis properti, ia juga membangun kota baru di Daerah Nyiur Melambai dengan dukungan fasilitas pendidikan maupun bisnis. Hingga membuat patung "Tuhan Yesus Memberkati" yang diresmikan pada tahun 2007, dengan tinggi 34 meter.
Patung Tuhan Yesus Memberkati menjadi monumen tertinggi di Indonesia yang mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia – MURI.
Ir Ciputra pernah mengatakan "di tempat inilah saya bisa mewujudkan kerinduan itu. Adalah harapan dan doa saya monumen ini menjadi berkat besar bagi masyarakat Manado, Sulawesi Utara dan menjadi tujuan wisata bagi masyarakat seluruh Nusantara serta mancanegara. Cita-cita saya, karya patung Tuhan Yesus Memberkati merupakan sebuah karya yang akan paling saya kenang di dalam hidup saya sebagai tanda ungkapan cinta kasih yang paling dalam kepada Tuhan saya."
Saat ini berbagai bentuk ekspresi dan kecintaan terhadap Tuhan Yesus terdapat di berbagai tempat di seluruh dunia dalam berbagai model dan ukuran dari patung Tuhan Yesus Kristus antara lain di Dili, Portugal (Cristo Rei), Brazil (Christ the Redeemer) dan Bolivia (Cristo de la Concordia).
Ir Ciputra yang akrab dengan panggilan Pak Ci selain seorang pengusaha juga dikenal sebagai pribadi yang memiliki kegemaran pada seni, khususnya seni patung sekaligus pelaku seni patung. Pak Ci menggunakan keahliannya untuk membangun Patung Tuhan Yesus Memberkati sebagai ungkapan cinta kasihnya kepada Tuhan yang telah memberikan berkat secara berlimpah kepada dirinya dan keluarganya.
Manager Teknik Citra Land Manado Henly Ratulangi menjelaskan pada pertengahan bulan Agustus tahun 2005 dalam sebuah acara Seminar dan Lokakarya Pendidikan Kristiani untuk Bangsa yang di selenggarakan oleh Asosiasi Yayasan Untuk Bangsa di Manado, Ir Ciputra menyempatkan diri untuk berkunjung ke proyek CitraLand The Village of Blessing – Manado.
Di proyek perumahan yang dirintis oleh Grup Ciputra sejak tahun 2004 itu, Ciputra melakukan inspeksi proyek sambil menengok para staf.
Ciputra mengatakan pada saat itu : "Bila ditempat ini saya membangun sebuah patung Tuhan Yesus maka akan banyak orang yang datang setiap hari untuk menikmati keindahan kota Manado sambil mengingat kembali cinta kasih Tuhan Yesus kepada umat manusia."
Kemudian Ciputra mengajak Antonius Tanan, Direktur grup Ciputra dan Eben Ezer Siadari, seorang penulis buku yang kebetulan menemani ke lokasi tersebut untuk berdoa bersama memohon pimpinan Tuhan.
Sejak itulah inspirasi patung Tuhan Yesus Memberkati Kota Manado terus menyala-nyala dalam benak dan juga hati Ir Ciputra.
Pak Ci terus mendoakan dan juga berunding dengan istri tercinta, Dian Sumelar, dan Harun Hajadi, menantu sekaligus Direktur Utama CitraLand Manado dan anak-anaknya yang lain.
Akhirnya disepakati untuk membangun patung Tuhan Yesus di lokasi tersebut.
Selama masa penyusunan konsep dan perancangan patung, Ciputra terus-menerus berdoa agar Tuhan Yesus memberi inspirasi kepadanya. Setelah melalui pergumulan dan perenungan yang sungguh-sungguh, akhirnya Pak Ci memutuskan apa yang akan menjadi konsep utama dari patung dan akan dituliskan dalam prasasti.
Salah satu ayat Firman Tuhan yang menjadi sumber pembuatan patung ini yakni "Aku akan membuat engkau, menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur ; dan engkau akan menjadi berkat." (Kejadian 12:2). Dan mengutip motto masyarakat Sulawesi Utara :“Sitou Timou Tumou Tou” yang berarti : Orang hidup menghidupkan orang lain.
Patung Tuhan Yesus di seluruh dunia menggambarkan beragam postur tubuh, ada yang menggambarkan Tuhan Yesus dalam posisi berdiri dan merentangkan tangan (di Rio de Janeiri, Brazil) ,manengadah wajah ke atas sambil mengangkat tangan (Amerika Serikat), Sedang menggendong anak domba (banyak sekali), atau sedang terkulai setelah diturunkan dari kayu Salib dan berada dalam pelukan Bunda Maria, (karya Michael Angelo). Diantara semua posisi tersebut, yang paling banyak dibangun adalah patung yang menggambarkan Tuhan Yesus yang sedang disalib.
Ciputra mengambil postur Tuhan Yesus yang seakan sedang melayang turun untuk menjumpai manusia, memanggil manusia untuk datang kepada-Nya dan kemudian memberkati. Datang, memanggil dan memberkati adalah kata-kata kunci dalam merancang patung.
Menurut Pak Ci salah satu bagian yang perlu diperhatikan khusus adalah membayangkan wajah Tuhan Yesus. Wajah ini harus memancarkan keagungan dan kemuliaan, juga belas kasihan ilahi yang tiada taranya.
Wajah ini harus mampu menggambarkan ketegaran seorang pria yang berani menghadapi salib tetapi juga memiliki hati yang begitu lembut sehingga mampu menyambut siapa saja dengan latar belakang apapun. Dari pembuatan model kecil sampai ukuran sebenarnya dikerjakan dengan bantuan pematung di Jakarta. Patung dengan ukuran yang sebenarnya akan dipasang di CitraLand Manado.
Kelak di tempat itu semua dapat melihat sebuah ekspresi dari imajinasi Ciputra tentang Tuhan Yesus yang telah, sedang dan selalu mengasihi kota Manado. Pak Ci percaya Tuhan Yesus ingin memanggil semua orang apapun latar belakang orang tersebut untuk memberikan kelegaan, pertolongan dan berkat-Nya. (*)