Padang (ANTARA) - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Barat menyatakan penobatan wartawati pertama di Indonesia asal Koto Gadang, Kabupaten Agam Sumatera Barat, Roehana Koeddoes sebagai pahlawan nasional tahun ini merupakan suatu kado membahagiakan.
"Selain itu juga merupakan suatu kabar gembira untuk kita semua karena setelah sekian lama menantikan kabar tentang penobatan Roehana Koeddoes sebagai pahlawan nasional," kata Ketua PWI Sumbar Heranof Firdaus di Padang, Kamis.
Ia juga mengatakan terkait perjuangan untuk mengangkat Roehana Koeddoes sebagai pahlawan nasional sudah sejak lama dilakukan, bahkan ada beberapa buku yang ditulis khusus tentang Roehana Koeddoes, sudah diadakan beberapa kali seminar, dan beberapa kunjungan dari kementerian sosial.
"Namun perjuangan tersebut masih belum membuahkan hasil, akan tetapi tidak melunturkan semangat untuk terus memperjuangkan beliau sebagai pahlawan nasional" katanya menjelaskan.
Ia juga menambahkan, bahkan hingga saat ini setiap tulisan tentang Roehana Koeddoes sudah banyak ditemukan di media sosial secara daring.
"Jika kita menuliskan nama Roehana Koeddoes di mesin pencarian secara daring, nanti akan langsung keluar tulisan yang berkaitan tentang Roehana Koeddoes," ujar dia.
Menurutnya penobatan Roehana Koeddoes sebagai pahlawan Nasional saat ini sudah tepat pada waktunya.
"Karena harapan kita terjawab sudah dan kita semua tentu bahagia, ini merupakan sebuah kado yang membahagiakan untuk kita," kata dia.
Menurutnya perjuangan Roehana Koeddoes sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia cukup besar salah satunya berupa surat kabar sunting Melayu yang terkenal di tahun 70-an.
Ia berharap penobatan Roehana Koeddoes sebagai pahlawan nasional dapat dijadikan panutan oleh generasi muda saat ini yang telah mengorbankan harta bendanya untuk kepentingan umat dan khususnya bagi para perempuan.
"PWI Sumbar sangat bersyukur dan berbahagia atas penobatan Roehana Koeddoes sebagai pahlawan Nasional," ujar dia.
Sebelumnya Kepala Dinas Sosial Sumbar, Jumaidi mengatakan pihaknya sudah mendapatkan surat undangan untuk penganugerahan gelar di Istana Negara, Jumat (8/11), surat tersebut sudah disampaikan ke gubernur dan ahli waris.
Ia mengatakan penetapan gelar pahlawan nasional itu diputuskan dalam pertemuan antara Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Joko Widodo, Rabu (6/11).
Roehana Koeddoes pernah dua kali diusulkan Pemprov Sumbar sebagai pahlawan nasional dari provinsi itu dan terakhir diusulkan pada 2018, meski sudah memenuhi syarat namun belum beruntung ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Roehana Koeddoes merupakan wartawan perempuan di Sumbar lahir di Koto Gadang, Kecamatan Ampekkoto pada 20 Desember 1884 dan meninggal di Jakarta pada 17 Agustus 1972 pada usia 87 tahun.
Ia hidup pada zaman yang sama dengan Kartini, di mana akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.
Ia adalah pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia.
Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Roehana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.
Kiprahnya di dunia jurnalistik dimulai dari surat kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia yang dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia.
Roehana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan.
"Selain itu juga merupakan suatu kabar gembira untuk kita semua karena setelah sekian lama menantikan kabar tentang penobatan Roehana Koeddoes sebagai pahlawan nasional," kata Ketua PWI Sumbar Heranof Firdaus di Padang, Kamis.
Ia juga mengatakan terkait perjuangan untuk mengangkat Roehana Koeddoes sebagai pahlawan nasional sudah sejak lama dilakukan, bahkan ada beberapa buku yang ditulis khusus tentang Roehana Koeddoes, sudah diadakan beberapa kali seminar, dan beberapa kunjungan dari kementerian sosial.
"Namun perjuangan tersebut masih belum membuahkan hasil, akan tetapi tidak melunturkan semangat untuk terus memperjuangkan beliau sebagai pahlawan nasional" katanya menjelaskan.
Ia juga menambahkan, bahkan hingga saat ini setiap tulisan tentang Roehana Koeddoes sudah banyak ditemukan di media sosial secara daring.
"Jika kita menuliskan nama Roehana Koeddoes di mesin pencarian secara daring, nanti akan langsung keluar tulisan yang berkaitan tentang Roehana Koeddoes," ujar dia.
Menurutnya penobatan Roehana Koeddoes sebagai pahlawan Nasional saat ini sudah tepat pada waktunya.
"Karena harapan kita terjawab sudah dan kita semua tentu bahagia, ini merupakan sebuah kado yang membahagiakan untuk kita," kata dia.
Menurutnya perjuangan Roehana Koeddoes sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia cukup besar salah satunya berupa surat kabar sunting Melayu yang terkenal di tahun 70-an.
Ia berharap penobatan Roehana Koeddoes sebagai pahlawan nasional dapat dijadikan panutan oleh generasi muda saat ini yang telah mengorbankan harta bendanya untuk kepentingan umat dan khususnya bagi para perempuan.
"PWI Sumbar sangat bersyukur dan berbahagia atas penobatan Roehana Koeddoes sebagai pahlawan Nasional," ujar dia.
Sebelumnya Kepala Dinas Sosial Sumbar, Jumaidi mengatakan pihaknya sudah mendapatkan surat undangan untuk penganugerahan gelar di Istana Negara, Jumat (8/11), surat tersebut sudah disampaikan ke gubernur dan ahli waris.
Ia mengatakan penetapan gelar pahlawan nasional itu diputuskan dalam pertemuan antara Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Joko Widodo, Rabu (6/11).
Roehana Koeddoes pernah dua kali diusulkan Pemprov Sumbar sebagai pahlawan nasional dari provinsi itu dan terakhir diusulkan pada 2018, meski sudah memenuhi syarat namun belum beruntung ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Roehana Koeddoes merupakan wartawan perempuan di Sumbar lahir di Koto Gadang, Kecamatan Ampekkoto pada 20 Desember 1884 dan meninggal di Jakarta pada 17 Agustus 1972 pada usia 87 tahun.
Ia hidup pada zaman yang sama dengan Kartini, di mana akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.
Ia adalah pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia.
Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Roehana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.
Kiprahnya di dunia jurnalistik dimulai dari surat kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia yang dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia.
Roehana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan.