Timika, (ANTARA) - Sebanyak 116 orang warga Ilaga, Kabupaten Puncak, Kamis, mengungsi ke rumah keluarga dan kerabat mereka di Timika, Kabupaten Mimika lantaran situasi keamanan di wilayah itu masih rawan akibat gangguan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata/KKSB.
Data yang dihimpun Antara di Bandara Mozes Kilangin Timika, Rabu, warga pengungsi dari Ilaga itu terdiri atas 101 orang dewasa dan 15 anak-anak.
Para pengungsi Ilaga tersebut dievakuasi ke Timika menggunakan empat maskapai penerbangan carteran yaitu Dabi Air Nusantara (tiga kali penerbangan), John Lin Air (tiga kali penerbangan), Dimonim Air (empat kali penerbangan) dan Alda Air (satu kali penerbangan).
Baca juga: 300 perantau Minang tetap ingin bertahan di Wamena Papua
Sudarman, salah seorang warga Ilaga yang ditemui mengatakan situasi keamanan di Ilaga masih mencekam.
"Semalam ada lagi rumah yang dibakar di daerah Kimak, sekitar satu kilometer dari Ilaga. Hampir setiap malam kami selalu mendengar bunyi tembakan," kata Sudarman yang berprofesi sebagai tukang ojek di Ilaga sejak 2018.
Ia mengatakan warga khususnya nonPapua hingga kini masih banyak mengungsi ke Pos Paskhas TNI AU, Kantor Koramil dan Polsek Ilaga serta Pos Kotis Pasukan Brimob Satgas Manusia.
"Di Masjid Al Ikhlas Ilaga juga masih ada ratusan orang yang mengungsi. Pada umumnya mereka mau mengungsi ke Timika," ujar Sudarman.
Warga Ilaga lainnya, Ardi mengatakan sejak kasus penembakan yang menewaskan dua tukang ojek serta seorang penjaga kios di dekat Bandara Ilaga pada pekan lalu, KKSB juga membakar sekitar tujuh bangunan di Distrik Kimak.
Baca juga: Bantuan untuk perantau di Wamena terus mengalir, kini capai Rp4,3 miliar
"Ada dua kios yang dibakar, bangunan sekolah SD dan perumahan guru serta honai milik Kepala Distrik (Camat) Kimak. Sejak kasus penembakan penjaga kios, kami mengungsi empat malam di Pos Paskhas TNI AU dan semalam mengungsi lagi ke Kantor Polsek Ilaga. Jumlah pengungsi di Pos Paskhas Ilaga mencapai puluhan orang, sementara di Masjid Al Ikhlas mencapai ratusan orang," kata Ardi.
Ardi merupakan warga asal Makassar, Sulawesi Selatan, sejak 2013 bermukim di Ilaga dan bekerja sebagai tukang ojek serta memiliki kios yang menjual aneka bahan kebutuhan pokok.
Sudarman dan Ardi, warga Ilaga ikut mengungsi ke Timika, Kamis (3/10/2019) (ANTARA/Evarianus Supar)
Warga pengungsi Ilaga mengaku belum memutuskan segera kembali ke ibukota Kabupaten Puncak itu lantaran situasi keamanan belum sepenuhnya pulih.
"Beberapa hari lalu Bupati Puncak (Willem Wandik) menyampaikan kepada warga bahwa situasi Ilaga sudah aman. Tapi hanya berselang sekitar 20 menit setelah itu terjadi lagi pembakaran rumah warga disertai dengan bunyi tembakan. Kalau seperti itu, amannya dimana," kata Ardi.
Gelombang pengungsian warga Ilaga ke Timika dimulai sejak Senin (30/9).
Pada Rabu (2/10), sebanyak 67 warga Ilaga juga mengungsi ke Timika, sembilan orang diantaranya merupakan guru kontrak Pemkab Puncak yang direkrut dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Para guru kontrak tersebut dievakuasi ke Bandara Mozes Kilangin Timika dari Ilaga menggunakan pesawat helikopter Caracal TNI AU. (*)
Data yang dihimpun Antara di Bandara Mozes Kilangin Timika, Rabu, warga pengungsi dari Ilaga itu terdiri atas 101 orang dewasa dan 15 anak-anak.
Para pengungsi Ilaga tersebut dievakuasi ke Timika menggunakan empat maskapai penerbangan carteran yaitu Dabi Air Nusantara (tiga kali penerbangan), John Lin Air (tiga kali penerbangan), Dimonim Air (empat kali penerbangan) dan Alda Air (satu kali penerbangan).
Baca juga: 300 perantau Minang tetap ingin bertahan di Wamena Papua
Sudarman, salah seorang warga Ilaga yang ditemui mengatakan situasi keamanan di Ilaga masih mencekam.
"Semalam ada lagi rumah yang dibakar di daerah Kimak, sekitar satu kilometer dari Ilaga. Hampir setiap malam kami selalu mendengar bunyi tembakan," kata Sudarman yang berprofesi sebagai tukang ojek di Ilaga sejak 2018.
Ia mengatakan warga khususnya nonPapua hingga kini masih banyak mengungsi ke Pos Paskhas TNI AU, Kantor Koramil dan Polsek Ilaga serta Pos Kotis Pasukan Brimob Satgas Manusia.
"Di Masjid Al Ikhlas Ilaga juga masih ada ratusan orang yang mengungsi. Pada umumnya mereka mau mengungsi ke Timika," ujar Sudarman.
Warga Ilaga lainnya, Ardi mengatakan sejak kasus penembakan yang menewaskan dua tukang ojek serta seorang penjaga kios di dekat Bandara Ilaga pada pekan lalu, KKSB juga membakar sekitar tujuh bangunan di Distrik Kimak.
Baca juga: Bantuan untuk perantau di Wamena terus mengalir, kini capai Rp4,3 miliar
"Ada dua kios yang dibakar, bangunan sekolah SD dan perumahan guru serta honai milik Kepala Distrik (Camat) Kimak. Sejak kasus penembakan penjaga kios, kami mengungsi empat malam di Pos Paskhas TNI AU dan semalam mengungsi lagi ke Kantor Polsek Ilaga. Jumlah pengungsi di Pos Paskhas Ilaga mencapai puluhan orang, sementara di Masjid Al Ikhlas mencapai ratusan orang," kata Ardi.
Ardi merupakan warga asal Makassar, Sulawesi Selatan, sejak 2013 bermukim di Ilaga dan bekerja sebagai tukang ojek serta memiliki kios yang menjual aneka bahan kebutuhan pokok.
Warga pengungsi Ilaga mengaku belum memutuskan segera kembali ke ibukota Kabupaten Puncak itu lantaran situasi keamanan belum sepenuhnya pulih.
"Beberapa hari lalu Bupati Puncak (Willem Wandik) menyampaikan kepada warga bahwa situasi Ilaga sudah aman. Tapi hanya berselang sekitar 20 menit setelah itu terjadi lagi pembakaran rumah warga disertai dengan bunyi tembakan. Kalau seperti itu, amannya dimana," kata Ardi.
Gelombang pengungsian warga Ilaga ke Timika dimulai sejak Senin (30/9).
Pada Rabu (2/10), sebanyak 67 warga Ilaga juga mengungsi ke Timika, sembilan orang diantaranya merupakan guru kontrak Pemkab Puncak yang direkrut dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Para guru kontrak tersebut dievakuasi ke Bandara Mozes Kilangin Timika dari Ilaga menggunakan pesawat helikopter Caracal TNI AU. (*)