Padang, (ANTARA) - Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Barat mengunjungi keluarga korban kerusuhan Wamena di Pesisir Selatan, Minggu dan memberikan santunan.
Kepala ACT Sumbar Zeng Wellf dalam keterangannya, Minggu, menyatakan ACT berkomitmen membantu keluarga korban peristiwa yang terjadi 23 September lalu itu.
Seperti yang sudah diberitakan, sebanyak 33 orang tewas akibat kerusuhan itu dan sembilan orang di antaranya merupakan warga Sumbar yang berasal dari Pesisir Selatan.
"Tragedi itu jelas disayangkan. Apalagi korban merantau ke Papua untuk berdagang menafkahi keluarga namun sayang malah menjadi korban kerusuhan," katanya.
Keluarga pertama yang dikunjungi ACT Sumbar yaitu Zal (35) di Sungai Rampan, Batang Kapas. Zal merupakan korban selamat dari tragedi tersebut namun sayangnya istri dan anaknya tidak dapat diselamatkan dari kebakaran di rumahnya.
Setelah keluarga Zal, kunjungan dilanjutkan ke rumah Darwin, orangtua dari Iswan (24) yang termasuk salah satu korban tewas di kerusuhan tersebut.
Darwin menceritakan anaknya merantau ke Wamena sekitar tiga tahun lalu untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga.
Dua hari sebelum kejadian, putranya itu sempat menelpon dan mengabarkan kondisi di Wamena semakin tegang dan rusuh.
Zeng Wellf mengatakan selain bantuan berupa santunan untuk keluarga korban, ACT turut membantu penanganan korban di Papua melalui posko kemanusiaan di Jayapura.
Di sana sudah disediakan layanan kesehatan. bantuan logistik dan bantuan keperluan mendasar lainnya untuk para pengungsi.
"Kini kami juga upayakan untuk memfasilitasi agar warga perantau yang ingin kembali dapat segera pulang ke kampung halamannya," katanya.
Kepala ACT Sumbar Zeng Wellf dalam keterangannya, Minggu, menyatakan ACT berkomitmen membantu keluarga korban peristiwa yang terjadi 23 September lalu itu.
Seperti yang sudah diberitakan, sebanyak 33 orang tewas akibat kerusuhan itu dan sembilan orang di antaranya merupakan warga Sumbar yang berasal dari Pesisir Selatan.
"Tragedi itu jelas disayangkan. Apalagi korban merantau ke Papua untuk berdagang menafkahi keluarga namun sayang malah menjadi korban kerusuhan," katanya.
Keluarga pertama yang dikunjungi ACT Sumbar yaitu Zal (35) di Sungai Rampan, Batang Kapas. Zal merupakan korban selamat dari tragedi tersebut namun sayangnya istri dan anaknya tidak dapat diselamatkan dari kebakaran di rumahnya.
Setelah keluarga Zal, kunjungan dilanjutkan ke rumah Darwin, orangtua dari Iswan (24) yang termasuk salah satu korban tewas di kerusuhan tersebut.
Darwin menceritakan anaknya merantau ke Wamena sekitar tiga tahun lalu untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga.
Dua hari sebelum kejadian, putranya itu sempat menelpon dan mengabarkan kondisi di Wamena semakin tegang dan rusuh.
Zeng Wellf mengatakan selain bantuan berupa santunan untuk keluarga korban, ACT turut membantu penanganan korban di Papua melalui posko kemanusiaan di Jayapura.
Di sana sudah disediakan layanan kesehatan. bantuan logistik dan bantuan keperluan mendasar lainnya untuk para pengungsi.
"Kini kami juga upayakan untuk memfasilitasi agar warga perantau yang ingin kembali dapat segera pulang ke kampung halamannya," katanya.