Jakarta (ANTARA) - Rambo, si veteran Perang Vietnam, kembali lagi setelah tiga dekade sejak kemunculan pertamanya di film "First Blood" pada 1982.
Ingatan tentang veteran Perang Vietnam berambut gondrong dengan ikat kepala perlahan sirna, berganti menjadi seorang pria tua yang wajahnya sudah penuh gurat tanda perjalanan hidup.
John Rambo (Sylvester Stallone) yang sepanjang hidup sudah menghadapi banyak situasi brutal, menegangkan dan mencekam kini tinggal di peternakan Arizona yang tenang.
Kehidupannya yang damai diisi dengan interaksi bersama teman lamanya, Maria Beltran, serta cucunya Gabrielle yang sudah seperti keluarganya sendiri.
Ketenangan itu tak berlangsung lama ketika Gabrielle (Yvette Monreal) menyatakan ingin mencari ayahnya di Meksiko. Rambo keberatan, menurut dia ayah Gabrielle yang menelantarkannya sejak kecil tidak pantas untuk dicari.
Tentu saja Gabrielle tidak mengacuhkan nasihat Rambo dan neneknya. Dia nekat berkendara sendirian ke Meksiko untuk menemui teman yang berjanji akan memberikan alamat ayahnya.
Temannya memang menepati janji, tapi Gabrielle tidak tahu ada udang di balik batu.
Saat hatinya terguncang gara-gara pertemuan dengan ayahnya, Gabrielle diculik kartel Meksiko pimpinan Hugo Martinez (Sergio Peris-Mencheta) dan Victor (Óscar Jaenada) yang memaksa gadis-gadis itu untuk jadi pelacur.
Kejadian itu membangkitkan amarah Rambo yang bertekad untuk balas dendam, tentunya secara brutal.
Pria tua yang awalnya disangka geng Meksiko sebagai kakek lemah itu, sebenarnya orang yang akan mengantarkan mereka pada kematian yang menyakitkan.
Setelah disuguhi adegan-adegan drama, giliran rentetan adegan-adegan penuh darah di mana Rambo menunjukkan pada musuh-musuhnya bahwa usia hanyalah angka dan ia masih sanggup jadi mesin pembunuh.
Senapan, belati, panah, semuanya disuguhkan untuk menyambut para tamu dari Meksiko yang di sini digambarkan seperti stereotip; kumuh dan sarang kriminal serta kejahatan.
Mereka bermain petak umpet penuh darah dan jebakan di dalam terowongan bawah tanah yang dibangun Rambo sejak lama di bawah kediamannya.
Bagi pencinta film gore, mungkin bagian ini menyenangkan, tapi yang tidak terlalu suka menonton adegan sadis bakal memejamkan mata beberapa kali.
Jangan buru-buru keluar dari bioskop karena pada bagian film arahan Adrian Grunberg ini masih ada cuplikan-cuplikan adegan film "Rambo" yang terdahulu, mengingatkan kita alasan mengapa Rambo versi lanjut usia ini seperti tidak ada matinya.
Ingatan tentang veteran Perang Vietnam berambut gondrong dengan ikat kepala perlahan sirna, berganti menjadi seorang pria tua yang wajahnya sudah penuh gurat tanda perjalanan hidup.
John Rambo (Sylvester Stallone) yang sepanjang hidup sudah menghadapi banyak situasi brutal, menegangkan dan mencekam kini tinggal di peternakan Arizona yang tenang.
Kehidupannya yang damai diisi dengan interaksi bersama teman lamanya, Maria Beltran, serta cucunya Gabrielle yang sudah seperti keluarganya sendiri.
Ketenangan itu tak berlangsung lama ketika Gabrielle (Yvette Monreal) menyatakan ingin mencari ayahnya di Meksiko. Rambo keberatan, menurut dia ayah Gabrielle yang menelantarkannya sejak kecil tidak pantas untuk dicari.
Tentu saja Gabrielle tidak mengacuhkan nasihat Rambo dan neneknya. Dia nekat berkendara sendirian ke Meksiko untuk menemui teman yang berjanji akan memberikan alamat ayahnya.
Temannya memang menepati janji, tapi Gabrielle tidak tahu ada udang di balik batu.
Saat hatinya terguncang gara-gara pertemuan dengan ayahnya, Gabrielle diculik kartel Meksiko pimpinan Hugo Martinez (Sergio Peris-Mencheta) dan Victor (Óscar Jaenada) yang memaksa gadis-gadis itu untuk jadi pelacur.
Kejadian itu membangkitkan amarah Rambo yang bertekad untuk balas dendam, tentunya secara brutal.
Pria tua yang awalnya disangka geng Meksiko sebagai kakek lemah itu, sebenarnya orang yang akan mengantarkan mereka pada kematian yang menyakitkan.
Setelah disuguhi adegan-adegan drama, giliran rentetan adegan-adegan penuh darah di mana Rambo menunjukkan pada musuh-musuhnya bahwa usia hanyalah angka dan ia masih sanggup jadi mesin pembunuh.
Senapan, belati, panah, semuanya disuguhkan untuk menyambut para tamu dari Meksiko yang di sini digambarkan seperti stereotip; kumuh dan sarang kriminal serta kejahatan.
Mereka bermain petak umpet penuh darah dan jebakan di dalam terowongan bawah tanah yang dibangun Rambo sejak lama di bawah kediamannya.
Bagi pencinta film gore, mungkin bagian ini menyenangkan, tapi yang tidak terlalu suka menonton adegan sadis bakal memejamkan mata beberapa kali.
Jangan buru-buru keluar dari bioskop karena pada bagian film arahan Adrian Grunberg ini masih ada cuplikan-cuplikan adegan film "Rambo" yang terdahulu, mengingatkan kita alasan mengapa Rambo versi lanjut usia ini seperti tidak ada matinya.