Padang, (ANTARA) - Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Kota Padang, Sumatera Barat Muhammad Taufik menilai penggunaan label halal dalam pariwisata di Sumatera Barat merupakan sebuah kemunduran karena nilai Islam itu telah menyatu dalam kehidupan masyarakat setempat.
"Masyarakat Sumatera Barat hidup dengan filosofi Adat Basandi Syara Syara Basandi Kitabullah sehingga sendi kehidupan mereka berlandaskan islam," kata dia di Padang, Minggu.
Ia mengatakan masalah label halal bagi orang Minangkabau sudah selesai karena itu teraplikasi dalam kehidupan masyarakat Minangkabau kecuali Mentawai.
"Kalau di Minangkabau ini jika kita berfikir wisata halal secara subtantif. Kita berfikir mundur," katanya
Menurut dia yang menjadi persoalan saat ini adalah orang Minangkabau menjalankan praktik ibadah sesuai dengan tuntunan yang ada.
"Seperti menerapkan kebersihan sebagian dari iman dengan menjaga kebersihan di lokasi wisata agar bersih dari sampah," kata dia.
Terkait label halal, dirinya mencontohkan rumah makan Padang tidak perlu menggunakan tanda halal karena sudah pasti makanan yang ada di sana halal.
"Apa ada rumah makan Padang yang menyediakan makanan yang tidak halal," ujar dia
Menurut dia label halal tersebut dibutuhkan orang muslim ketika memasuki sebuah tempat yang meragukan bagi mereka.
"Jika seorang muslim berada di tempat yang mayoritas penduduknya bukan muslim, mereka memerlukan label halal sebagai penunjuk makanan yang dibuat dengan cara halal mulai dari penyembelihan hingga cara memasaknya di restoran yang ada di sana," kata dia
Terkait langkah pemerintah yang menjadikan pariwisata halal sebagai daya tarik tentu diperbolehkan.
"Namun sejak nama tersebut diperkenalkan sudah seberapa banyak wisatawan asing datang menikmati wisata halal tersebut," kata dia.
Selain itu terkait pernyataan anggota DPR RI Alex Indra Lukman yang dipersoalkan berbagai kalangan terkait pariwisata halal hendaknya mereka melakukan tabayyun secara langsung
"Harusnya mereka tabayyun sehingga tidak terjadi salah persepsi terkait pernyataan tersebut. Saya justru melihat Alex berfikir subtantif, ketimbang label. Karena label cenderung membatasi," katanya.
Menurut dia dalam hal tersebut Alex mengejar halal sebagai nilai-nilaj yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau daripada melihat label halal itu sendiri.
Ia mengatakan bisa saja label wisata halal tersebut tidak produktif seperti yang diucapkan Alex Indra Lukman karena label tersebut membatasi dunia pariwisata Sumbar
"Halal dari segi apanya yang kita maksud, apa turis yang berkunjung ke Sumbar atau kita yang menanti di sini. Masih banyak yang perlu dipertanyakan soal konsep wisata halal ini," katanya
Dirinya juga meminta Alex Indra Lukman agar menjalin komunikasi denga berbagai pihak soal gagasannya terhadap pariwisata Sumatera Barat ke depan.
"Komunikasi itu hendaknya dapat dijalin dengan berbagai pihak termasuk ulama sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman," kata dia.
"Masyarakat Sumatera Barat hidup dengan filosofi Adat Basandi Syara Syara Basandi Kitabullah sehingga sendi kehidupan mereka berlandaskan islam," kata dia di Padang, Minggu.
Ia mengatakan masalah label halal bagi orang Minangkabau sudah selesai karena itu teraplikasi dalam kehidupan masyarakat Minangkabau kecuali Mentawai.
"Kalau di Minangkabau ini jika kita berfikir wisata halal secara subtantif. Kita berfikir mundur," katanya
Menurut dia yang menjadi persoalan saat ini adalah orang Minangkabau menjalankan praktik ibadah sesuai dengan tuntunan yang ada.
"Seperti menerapkan kebersihan sebagian dari iman dengan menjaga kebersihan di lokasi wisata agar bersih dari sampah," kata dia.
Terkait label halal, dirinya mencontohkan rumah makan Padang tidak perlu menggunakan tanda halal karena sudah pasti makanan yang ada di sana halal.
"Apa ada rumah makan Padang yang menyediakan makanan yang tidak halal," ujar dia
Menurut dia label halal tersebut dibutuhkan orang muslim ketika memasuki sebuah tempat yang meragukan bagi mereka.
"Jika seorang muslim berada di tempat yang mayoritas penduduknya bukan muslim, mereka memerlukan label halal sebagai penunjuk makanan yang dibuat dengan cara halal mulai dari penyembelihan hingga cara memasaknya di restoran yang ada di sana," kata dia
Terkait langkah pemerintah yang menjadikan pariwisata halal sebagai daya tarik tentu diperbolehkan.
"Namun sejak nama tersebut diperkenalkan sudah seberapa banyak wisatawan asing datang menikmati wisata halal tersebut," kata dia.
Selain itu terkait pernyataan anggota DPR RI Alex Indra Lukman yang dipersoalkan berbagai kalangan terkait pariwisata halal hendaknya mereka melakukan tabayyun secara langsung
"Harusnya mereka tabayyun sehingga tidak terjadi salah persepsi terkait pernyataan tersebut. Saya justru melihat Alex berfikir subtantif, ketimbang label. Karena label cenderung membatasi," katanya.
Menurut dia dalam hal tersebut Alex mengejar halal sebagai nilai-nilaj yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau daripada melihat label halal itu sendiri.
Ia mengatakan bisa saja label wisata halal tersebut tidak produktif seperti yang diucapkan Alex Indra Lukman karena label tersebut membatasi dunia pariwisata Sumbar
"Halal dari segi apanya yang kita maksud, apa turis yang berkunjung ke Sumbar atau kita yang menanti di sini. Masih banyak yang perlu dipertanyakan soal konsep wisata halal ini," katanya
Dirinya juga meminta Alex Indra Lukman agar menjalin komunikasi denga berbagai pihak soal gagasannya terhadap pariwisata Sumatera Barat ke depan.
"Komunikasi itu hendaknya dapat dijalin dengan berbagai pihak termasuk ulama sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman," kata dia.