Jakarta, (ANTARA) - Rektor IPB Dr Arif Satria mengatakan almarhum Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho sebagai sosok yang berperan penting dalam membangun kesadaran publik tentang kebencanaan.
"Salah satu aspek penting dalam kebencanaan adalah pendidikan kebencanaan. Beliau (Sutopo) sangat aktif dan berperan dalam pendidikan publik tersebut," kata Arif saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu.
Kepergian Sutopo membawa duka tersendiri bagi keluarga besar kampus IPB, mengingat almarhum merupakan alumni S2 dan S3 yang berkarir di BNPB memperoleh gelar di bidang Hidrologi.
"Keluarga besar IPB turut berduka cita atas berpulangnya Bapak Sutopo. Semoga husnul khotimah dan terus mengalir pahalanya," kata mantan Dekan Fakultas Ekologi Manusian (FEMA) IPB ini.
Menurut Arif, saat ini IPB sedang kuat-kuatnya bersinergi dengan BNPB dalam bidang kebencanaan sebagai bagian dari Tri dharma perguruan tinggi, melakukan riset dan pengabdian kepada masyarakat.
"IPB telah memiliki Pusat Studi Bencana yang saat ini aktif bekerja sama dengan BNPB," kata Arif.
Arif menambahkan, sosok almarhum Sutopo memiliki 'passion' dalam menjalankan tugasnya sehingga selalu bersemangat dalam bertugas mencerdaskan publik dan memberikan informasi kebencanaan.
Kepala Pusat Data dan Humas BNPB tersebut meninggal dunia, Minggu dini hari waktu setempat saat sedang menjalani pengobatan kanker di Guangzhou, China.
Sutopo meninggalkan tanah Air untuk menjalani pengobatan kanker paru-paru stadium lanjut di Guangzhou, China, pada 15 Juni 2019. Setelah berjuang melawan penyakit kanker paru yang sudah diidapnya sejak awal tahun 2018.
Sutopo saat divonis kanker paru stadium empat mengaku kaget karena dirinya bukan perokok dan menjaga pola makan sehat.
Sutopo berpulang dan meninggalkan istri bernama Retno Utami Yulianingsih dengan dua orang anak Muhammad Ivanka Rizaldy Nugroho dan Muhammad Aufa Wikantyasa Nugroho.
"Salah satu aspek penting dalam kebencanaan adalah pendidikan kebencanaan. Beliau (Sutopo) sangat aktif dan berperan dalam pendidikan publik tersebut," kata Arif saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu.
Kepergian Sutopo membawa duka tersendiri bagi keluarga besar kampus IPB, mengingat almarhum merupakan alumni S2 dan S3 yang berkarir di BNPB memperoleh gelar di bidang Hidrologi.
"Keluarga besar IPB turut berduka cita atas berpulangnya Bapak Sutopo. Semoga husnul khotimah dan terus mengalir pahalanya," kata mantan Dekan Fakultas Ekologi Manusian (FEMA) IPB ini.
Menurut Arif, saat ini IPB sedang kuat-kuatnya bersinergi dengan BNPB dalam bidang kebencanaan sebagai bagian dari Tri dharma perguruan tinggi, melakukan riset dan pengabdian kepada masyarakat.
"IPB telah memiliki Pusat Studi Bencana yang saat ini aktif bekerja sama dengan BNPB," kata Arif.
Arif menambahkan, sosok almarhum Sutopo memiliki 'passion' dalam menjalankan tugasnya sehingga selalu bersemangat dalam bertugas mencerdaskan publik dan memberikan informasi kebencanaan.
Kepala Pusat Data dan Humas BNPB tersebut meninggal dunia, Minggu dini hari waktu setempat saat sedang menjalani pengobatan kanker di Guangzhou, China.
Sutopo meninggalkan tanah Air untuk menjalani pengobatan kanker paru-paru stadium lanjut di Guangzhou, China, pada 15 Juni 2019. Setelah berjuang melawan penyakit kanker paru yang sudah diidapnya sejak awal tahun 2018.
Sutopo saat divonis kanker paru stadium empat mengaku kaget karena dirinya bukan perokok dan menjaga pola makan sehat.
Sutopo berpulang dan meninggalkan istri bernama Retno Utami Yulianingsih dengan dua orang anak Muhammad Ivanka Rizaldy Nugroho dan Muhammad Aufa Wikantyasa Nugroho.