Padang, (Antaranews Sumbar) - Perajin kayu di Jalan Ganting, Kelurahan Parak Gadang, Padang, Sumatera Barat (Sumbar), mengolah kayu-kayu bekas menjadi perabotan baru hingga mempunyai nilai jual.
"Kami membeli perabot bekas seperti lemari, kursi, dan lainnya dari warga, kayunya kemudian jadi bahan untuk membuat barang baru," kata salah seorang perajin Roni (45), di Padang, Sabtu.
Barang yang banyak dibuat berupa kursi serta meja, dengan berbagai jenis, ukuran, dan variasi.
Ia mengatakan sebahagian besar produk yang diciptakan dijual kepada para pedagang, serta kafe-kafe.
"Kebanyakan yang membeli adalah pedagang di pasar atau lapak, kalau kursi-kursi biasanya kafe-kafe," katanya.
Harga yang dikenakan tergolong ekonomis untuk meja berkisar Rp100 ribu, hingga Rp150 ribu.
Sementara untuk kursi ukuran sedang seharga Rp50 ribu-Rp75 ribu, dan kursi besar kisaran Rp100 ribu.
Dalam sebulan pihaknya bisa mendapatkan omset mencapai Rp10 juta.
Roni menyebutkan di tempatnya ada empat pekerja, dalam sehari masing-masingnya bisa membuat dua barang.
"Para pekerja di sini termasuk saya, belajar secara otodidak membuat bangku dan kursi ini," katanya.
Selain perabot, pihaknya juga menerima pembelian dengan sistem pemesanan, termasuk untuk hiasan dinding.
Kegiatan itu sudah dilakoninya sekitar sembilan tahun, terhitung sejak 2009 .
"Kami membeli perabot bekas seperti lemari, kursi, dan lainnya dari warga, kayunya kemudian jadi bahan untuk membuat barang baru," kata salah seorang perajin Roni (45), di Padang, Sabtu.
Barang yang banyak dibuat berupa kursi serta meja, dengan berbagai jenis, ukuran, dan variasi.
Ia mengatakan sebahagian besar produk yang diciptakan dijual kepada para pedagang, serta kafe-kafe.
"Kebanyakan yang membeli adalah pedagang di pasar atau lapak, kalau kursi-kursi biasanya kafe-kafe," katanya.
Harga yang dikenakan tergolong ekonomis untuk meja berkisar Rp100 ribu, hingga Rp150 ribu.
Sementara untuk kursi ukuran sedang seharga Rp50 ribu-Rp75 ribu, dan kursi besar kisaran Rp100 ribu.
Dalam sebulan pihaknya bisa mendapatkan omset mencapai Rp10 juta.
Roni menyebutkan di tempatnya ada empat pekerja, dalam sehari masing-masingnya bisa membuat dua barang.
"Para pekerja di sini termasuk saya, belajar secara otodidak membuat bangku dan kursi ini," katanya.
Selain perabot, pihaknya juga menerima pembelian dengan sistem pemesanan, termasuk untuk hiasan dinding.
Kegiatan itu sudah dilakoninya sekitar sembilan tahun, terhitung sejak 2009 .