Tuapejat, (Antaranews Sumbar) - Sikerei atau dukun tradisional Mentawai, Sumatera Barat menyebutkan bahwa tidak akan ada kehidupan tanpa keberadaan hutan, hal tersebut lantaran kehidupan masyarakat adat dan hutan saling memiliki ketergantungan antara satu sama lain.
Salah seorang Sikerei asal Pulau Siberut, Aikub Sakaliau di Tuapejat, Kamis, menyebutkan bagi mereka hutan adalah segala-galanya, sumber kehidupan, tempat mereka menggantungkan kehidupan sehari-hari.
"Segala jenis obat-obatan, makanan, bahan-bahan untuk membangun hunian hingga teknologi semua ada di hutan, dengan itulah kami bertahan hidup," katanya.
Sikerei yang hampir seluruh tubuhnya dihiasi tato tradisional itu menyebutkan, bagaimanapun banyak kemajuan pembangunan, jika akan menghilangkan hutan dan budaya mereka, maka hal tersebut tidak akan ada gunanya.
Baginya, hutan merupakan lambang kemandirian masyarakat Mentawai, oleh karena itu ia tidak mau apabila hutan yang menjadi sumber kehidupan tersebut rusak maupun habis.
"Mentawai tanpa hutan tidak akan ada artinya," tegasnya.
Lebih lanjut Sikerei Aikub Sakaliau menambahkan, hingga kapan pun ia akan terus mempertahankan keberadaan hutan, agar keseimbangan kehidupan dapat terus terjaga.
Senada, sikerei lainnya, Pangarita Tasiritoitet mengatakan tanpa adanya hutan, maka tidak akan ada budaya dan apabila tidak ada budaya maka tidak akan ada kehidupan.
Menurutnya, sampai kapan pun hutan akan tetap menjadi bagian dari kehidupan mereka. Ketika akan melakukan pengobatan, maka ia harus mencari ramuan serta berbagai macam tumbuhan dari hutan.
"Apabila hutan sudah hilang, dari mana kami akan mendapatkan dedaunan untuk pengobatan dan ritual adat lainnya," ujarnya.
Selain itu ia juga mengharapkan agar pemerintah dapat memberikan bimbingan kepada masyarakat dalam hal pengelolaan hutan dengan baik, sehingga masyarakat dapat memperoleh semakin banyak manfaat darinya. (*)
Salah seorang Sikerei asal Pulau Siberut, Aikub Sakaliau di Tuapejat, Kamis, menyebutkan bagi mereka hutan adalah segala-galanya, sumber kehidupan, tempat mereka menggantungkan kehidupan sehari-hari.
"Segala jenis obat-obatan, makanan, bahan-bahan untuk membangun hunian hingga teknologi semua ada di hutan, dengan itulah kami bertahan hidup," katanya.
Sikerei yang hampir seluruh tubuhnya dihiasi tato tradisional itu menyebutkan, bagaimanapun banyak kemajuan pembangunan, jika akan menghilangkan hutan dan budaya mereka, maka hal tersebut tidak akan ada gunanya.
Baginya, hutan merupakan lambang kemandirian masyarakat Mentawai, oleh karena itu ia tidak mau apabila hutan yang menjadi sumber kehidupan tersebut rusak maupun habis.
"Mentawai tanpa hutan tidak akan ada artinya," tegasnya.
Lebih lanjut Sikerei Aikub Sakaliau menambahkan, hingga kapan pun ia akan terus mempertahankan keberadaan hutan, agar keseimbangan kehidupan dapat terus terjaga.
Senada, sikerei lainnya, Pangarita Tasiritoitet mengatakan tanpa adanya hutan, maka tidak akan ada budaya dan apabila tidak ada budaya maka tidak akan ada kehidupan.
Menurutnya, sampai kapan pun hutan akan tetap menjadi bagian dari kehidupan mereka. Ketika akan melakukan pengobatan, maka ia harus mencari ramuan serta berbagai macam tumbuhan dari hutan.
"Apabila hutan sudah hilang, dari mana kami akan mendapatkan dedaunan untuk pengobatan dan ritual adat lainnya," ujarnya.
Selain itu ia juga mengharapkan agar pemerintah dapat memberikan bimbingan kepada masyarakat dalam hal pengelolaan hutan dengan baik, sehingga masyarakat dapat memperoleh semakin banyak manfaat darinya. (*)