Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Sebanyak 15 nota kesepahaman ditandatangani oleh perusahaan dan institusi Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan dalam Forum Bisnis dan Investasi Indonesia-Korea 2018.
Nota kespahaman itu meliputi sektor energi, properti, mesin, teknologi dan kosmetika dengan total komitmen investasi yang bersifat business to business (B-to-B) mencapai 5,76 miliar dolar AS.
"Kami sangat terbuka akan investasi yang masuk ke Indonesia," kata Ketua Kadin Indonesia Rosan P Roeslani melalui keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.
Rosan menyampaikan masih banyak potensi-potensi perdagangan dan investasi antara RI-Korsel yang perlu digali.
Menurutnya, kali ini merupakan rombongan terbesar yang diajak karena membawa 104 pengusaha ikut dalam Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018.
"Ini sebagai tanda membaiknya hubungan dagang dan investasi Indonesia dengan Korea Selatan yang sangat baik,¿ imbuh Rosan.
Kesepakatan yang terjadi di sektor industri tersebut, di antaranya Hyundai Engineering yang bermitra dengan PT Sulfindo Adiusaha untuk pengembangan pabrik kimia yang akan menghasilkan produk vinyl chloride monomer (VCM) dan poly vinyl chloride (PVC) di Merak, Banten dengan nilai investasi sebesar 200 juta dolar AS.
Kemudian, pengembangan pabrik mesin diesel senilai USD185 juta yang dilakukan oleh Doosan Infracore dengan PT Boma Bisma Indra (Persero) dan PT Equiti Manajemen Teknologi.
Selanjutnya, SD Biotechnologies menjalin kerja sama dengan PT Orion Pratama Sentosa untuk membangun industri kosmetika di Karawang, Jawa Barat senilai 20 juta dolar AS.
Selain itu, kemitraan strategis di bidang pengembangan pusat teknologi alat-alat permesinan di Bandung, Jawa Barat yang merupakan kolaborasi Korea Institute for Advancement of Technology dan Kementerian Perindustrian.
Selain Rosan, turut pula hadir menyaksikan dari delegasi Indonesia, yakni Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Kepala BKPM Thomas Lembong dan Kepala Bekraf Triawan Munaf.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Korsel (KCCI) Park Yong-man berharap forum ini dapat memuluskan jalan bagi perusahaan-perusahaan Korsel untuk berinvestasi dalam proyek-proyek inovatif di Indonesia.
Apalagi sudah ada arah yang jelas dalam pengembangan industri ke depan melalui peta jalan Making Indonesia 4.0.
Menurutnya, ada rencana yang komprehensif bagi pengembangan industri berteknologi tinggi, mencakup teknologi digital, serta bio and hardware automation.
"Sebagaimana perusahaan Korea sangat tertarik dan memiliki pengalaman terbaik di bidang ini, kami berharap kedua belah pihak dapat meningkatkan kolaborasi di masa depan," paparnya. (*)
Nota kespahaman itu meliputi sektor energi, properti, mesin, teknologi dan kosmetika dengan total komitmen investasi yang bersifat business to business (B-to-B) mencapai 5,76 miliar dolar AS.
"Kami sangat terbuka akan investasi yang masuk ke Indonesia," kata Ketua Kadin Indonesia Rosan P Roeslani melalui keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.
Rosan menyampaikan masih banyak potensi-potensi perdagangan dan investasi antara RI-Korsel yang perlu digali.
Menurutnya, kali ini merupakan rombongan terbesar yang diajak karena membawa 104 pengusaha ikut dalam Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018.
"Ini sebagai tanda membaiknya hubungan dagang dan investasi Indonesia dengan Korea Selatan yang sangat baik,¿ imbuh Rosan.
Kesepakatan yang terjadi di sektor industri tersebut, di antaranya Hyundai Engineering yang bermitra dengan PT Sulfindo Adiusaha untuk pengembangan pabrik kimia yang akan menghasilkan produk vinyl chloride monomer (VCM) dan poly vinyl chloride (PVC) di Merak, Banten dengan nilai investasi sebesar 200 juta dolar AS.
Kemudian, pengembangan pabrik mesin diesel senilai USD185 juta yang dilakukan oleh Doosan Infracore dengan PT Boma Bisma Indra (Persero) dan PT Equiti Manajemen Teknologi.
Selanjutnya, SD Biotechnologies menjalin kerja sama dengan PT Orion Pratama Sentosa untuk membangun industri kosmetika di Karawang, Jawa Barat senilai 20 juta dolar AS.
Selain itu, kemitraan strategis di bidang pengembangan pusat teknologi alat-alat permesinan di Bandung, Jawa Barat yang merupakan kolaborasi Korea Institute for Advancement of Technology dan Kementerian Perindustrian.
Selain Rosan, turut pula hadir menyaksikan dari delegasi Indonesia, yakni Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Kepala BKPM Thomas Lembong dan Kepala Bekraf Triawan Munaf.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Korsel (KCCI) Park Yong-man berharap forum ini dapat memuluskan jalan bagi perusahaan-perusahaan Korsel untuk berinvestasi dalam proyek-proyek inovatif di Indonesia.
Apalagi sudah ada arah yang jelas dalam pengembangan industri ke depan melalui peta jalan Making Indonesia 4.0.
Menurutnya, ada rencana yang komprehensif bagi pengembangan industri berteknologi tinggi, mencakup teknologi digital, serta bio and hardware automation.
"Sebagaimana perusahaan Korea sangat tertarik dan memiliki pengalaman terbaik di bidang ini, kami berharap kedua belah pihak dapat meningkatkan kolaborasi di masa depan," paparnya. (*)