Payakumbuh, (Antara Sumbar) - Seniman Sumatera Barat, Susandra Jaya menilai Saluang Sirompak dan Sampelong yang merupakan alat musik tiup tradisonal asal Kabupaten Limapuluh Kota memiliki keunikan tersendiri.

     "Saluang Sirompak dan Sampelong dua alat musik tiup yang terbuat dari bambu tersebut memiliki keunikan dibanding dengan alat musik tiup lainnya," katanya  usai pertunjukan dalam kegiatan Payakumbuh Botuang Festival (PBF) 2017 di Payakumbuh, Sabtu Malam.

     Ia menjelaskan tangga nada pada kedua alat musik tersebut tidak sama dengan tangga nada musik biasa, keduanya memiliki tangga nada minor. 

     Menurut dia, dua buah saluang tersebut memiliki tangga nada pentatonik yang terdiri dari lima nada, yaitu sol la do re mi dan hal tersebut mencirikan keminangkabauannya.

     "Pada Sampelong terkesan ada nada-nada China, akan tetapi tetap pada nada minor," ujarnya.

     Ia menambahkan eksplorasi atau pengembangan terhadap Saluang Sirompak dan Sampelong sudah lama ia lakukan bersama grup musik Talago Buni.      
     Pada setiap pertunjukan ia bersama grup musiknya selalu melakukan pengembangan dalam garapan komposisi musik, sebab begitu banyak celah yang dapat dikembangkan dari alat musik tersebut.

     Susandra Jaya yang juga merupakan salah seorang tenaga pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, menyebutkan alat musik tradisi dari daerah Taeh dan Mungka Kabupaten Limapuluh Kota tersebut memberikan banyak inspirasi untuk melakukan pengembangan lebih lanjut.

     Sementara itu direktur artistik grup musik Talago Buni, Edy Utama menyebutkan pada umumnya alat musik tradisi memiliki potensi untuk dikembangkan, tergantung lagi bagaimana seniman mengembangkan musik tersebut sesuai dengan kreatifitasnya.

     "Untuk menambah suasana lokalitas dalam setiap pertunjukan, Saluang Sirompak biasanya akan diiringi dengan beberapa tambahan flute," katanya. (*)



Pewarta : Syahrul Rahmat
Editor :
Copyright © ANTARA 2024