Payakumbuh, (Antara Sumbar) - Pemerintah meminta dana desa dipergunakan untuk menunjang sektor pertanian yang ada di masing-masing desa, sehingga dapat menunjang program swasembada pangan.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo saat ke Kabupaten Limapuluh Kota, Sabtu, mengatakan setiap desa agar mengalokasikan Rp200 hingga Rp500 juta untuk mendukung program pertanian.
Anggaran tersebut dapat dipergunakan untuk memperbaiki irigasi dan membangun embung air bagi desa yang belum memilikinya, sehingga sehingga para petani dapat panen tiga kali dalam satu tahun.
"Selain itu pertanian, embung air desa tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk berternak ikan dan pariwisata," kata dia ketika berkunjung ke Balai Pembibitan Ternak Unggul-Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Padang Mengateh, Kabupaten Limapuluh Kota.
Ia mengatakan jika sudah ada embung air desa dan irigasi layak tentunya petani tidak akan kelangkaan air lagi jika musim kemarau datang.
Pihaknya berharap agar dana desa nantinya juga dapat berperan maksimal dalam upaya mewujudkan swasembada pangan nasional yang ditargetkan pemerintah untuk dicapai dalam kurun waktu tiga tahun ke depan.
Ia menyebutkan apabila irigasi dan infrastruktur pertanian sudah baik, secara lansung dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian, baik itu beras, jagung, kedelai, dan jenis hasil pertanian lainnya.
Menteri mengatakan pemerintah terus berupaya menaikkan dana desa setiap tahun, yang mana awalnya hanya Rp20,8 triliun menjadi Rp40,96 triliun. Kemudian tahun ini dianggarkan Rp60 triliun, dan tahun depan direncanakan Rp120 triliun.
Eko menjelaskan dana desa tersebut merupakan yang pertama kali di dunia, dimana setiap desa dialokasikan dan diberi kewenangan untuk mengelola ekonominya masing-masing sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Sebelumnya Wakil Ketua DPRD Kabupaten Limapuluh Kota, Sastri Andiko menilai perlunya membangun embung pada sejumlah lokasi di daerah tersebut. Hal itu mengingat karena langka sumber air untuk area pertanian.
Sehingganya jika musim kemarau datang, banyak sawah masyarakat yang tidak dapat digarap, bahkan yang yang lebih menyedihkan adalah gagal penen. Untuk itu perlu dibangun embung sebagai sumber dan penampungan air, sehingga sawah dapat digarap saat musim kemarau.
Apalagi, kata dia sebagian area pertanian masyarakat di kabupaten tersebut adalah sawah tadah hujan. Untuk itu, perlu dicarikan solusi sumber airnya sehingga produksi pertanian tertap berjalan dengan lancar.
Ia mengatakankan, jika kemarau sudah melanda daerah itu, untuk dikomsumsi masyarakat saja sudah susah, apalagi mengairi area pertanian. (*)