Medan, (Antara) - Para pengusaha pengguna gas di Sumatera Utara meminta harga jual gas Arun ke industri tidak mahal, agar pengusaha daerah itu bisa tetap eksis dan siap bersaing di pasar masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA.
"Gas Arun dijanjikan akan segera mengalir ke Sumut yang di antaranya atau sebanyak 250 MMSCFD diperuntukkan bagi industri itu menggembirakan, tetapi perlu diingatkan agar harganya jangan mahal," kata Ketua Asosiasi Perusahaan Pengguna Gas (Apigas), Johan Brien di Medan, Minggu.
Menurut dia, dinyatakan meggembirakan, karena hingga dewasa ini, kebutuhan gas industri sudah sangat mendesak akibat pasokan dari PT. PGN terus menurun.
Pasokan tinggal sekitar 6 MMSCFD dari kebutuhan minimal 22 MMSCFD bagi 54 perusahaan.
"Tetapi kalau harganya mahal, sama saja dengan menyesengsarakan pengusaha, karena biaya produksi yang naik drastis," ucapnya.
Padahal, katanya, di era MEA, persaingan semakin ketat termasuk pada harga jual produk.
Dia mengaku mendengar harga gas Arun akan dijual hingga 14 -18 dolar AS per MMBTU.
"Kalau benar, itu bukan solusi bagi perusahaan," ujarnya.
Harga gas di luar negeri hanya sekitar 3,87 dolar AS per MMBTU di Singapura dan di Malaysia sebesar 3,52 dolar AS per MMBTU.
Sebelumnya PGN juga masih hanya menjual di bawah 9 dolar AS per MMBTU.
Apigas, kata Johan Brien, mendengar isu bahwa mahalnya harga gas Arun itu akibat adanya "trader" atau pedagang gas.
"Trader itu diharapkan tidak ada sehingga harga gas bisa ditekan," imbuhnya, berharap.
Bagi industri Sumut dewasa ini, ujar Johan, bukan hanya sekadar gas itu tersedia, tetapi dijual dengan harga kompetitif.
"Kalau harga gas hingga 14-18 dolar AS MMBTU, perusahaan tidak akan sanggup bersaing," tukasnya.
Untuk itu, kata dia, Apigas berharap Menteri ESDM dan Menteri BUMN mengkaji kebijakan agar "trader" di jual-beli gas itu dihempaskan.
Apalagi gas itu untuk kebutuhan Sumut yang terus tertunda sejak FSRU di Belawan dihentikan, dan janji gas Arun yang sudah bisa dialirkan tahun 2013 dan terakhir disebutkan Oktober 2014, namun nyatanya baru di triwulan I 2015.
Gubernur Sumut H Gatot Pujo Nugroho, sebelumnya juga sudah mengingatkan soal harga gas Arun itu agar tidak mahal, termasuk kelangsungan pasokannya.
Dia mengakui, tidak mahalnya harga gas itu sudah dingatkan ke pemilik atau pemasok gas (PT Pertagas).
"Era MEA menuntut kemampuan daya saing. Kalau biaya produksi mahal akibat gas mahal, tentu pengusaha Sumut tidak bisa bersaing," pungkasnya. (*/jno)