Presiden Republik Indonesia ke-7, Ir. H. Joko Widodo, mengawali pidato pertamanya selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan untuk periode 2014-2019 dengan menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bergerak bersama.
"Mari bergerak bersama untuk bekerja, bekerja, dan bekerja," kata pria kelahiran Surakarta 21 Juni 1961 ini di pada Sidang Paripurna MPR yang dipimpin Ketua MPR Zulkifli Hasan di Jakarta, Senin.
Seruan itu mencerminkan bahwa orang nomor 1 di Republik ini pun menyatukan hati dan kata untuk bekerja bersama, bahu membahu dan bergotong- royong bersama seluruh rakyat dari seluruh kalangan untuk membangun Indonesia yang lebih bermartabat.
Suami dari Ibu Negara Hj Iriana dan ayah tiga orang anak, Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep, itu, menegaskan bahwa kerja besar ini tidak bisa dia lakukan sendiri bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla atau jajaran pemerintahan tetapi harus membangun kekuatan bersama dan bergotong- royong dalam meningkatkan kesejahteraan sosial.
Kerja keras merupakan fokus utama pemerintahan Jokowi, panggilan akrab alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada tahun 1985 itu, dan mantan Wali Kota Surakarta 2005-2012 serta Gubernur DKI Jakarta 2012-2014 itu telah memiliki "Nawacita" atau sembilan agenda prioritas yang di dalamnya terkandung agenda Trisakti dari Presiden RI ke-1 Soekarno.
Sembilan agenda prioritas pemerintahan Jokowi adalah, pertama, menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Upaya tersebut diwujudkan dengan menjalankan politik luar negeri bebas-aktif, melindungi hak dan keselamatan warga negara di luar negeri, mewujudkan kedaulataan maritim, serta membangun Polri yang profesional.
Kedua, membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, serta membuka partisipasi publik dalam jalannya pemerintahan.
Ketiga, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, dan pemerataan pembangunan antarwilayah terutama desa, kawasan timur dan perbatasan.
Keempat, melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
Kelima, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui program wajib belajar gratis 12 tahun, layanan kesehatan masyarakat, serta reformasi agraria, pembangunan rumah susun bersubsidi dan jaminan sosial.
Keenam, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dengan membangun sekurang-kurangnya jalan baru 2.000 kilometer, 10 pelabuhan baru, 10 bandara baru, 10 kawasan industri baru, serta 5.000 pasar tradisional baru.
Ketujuh, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, yakni dengan membangun kedaulatan pangan, energi dan keuangan serta mendirikan bank petani/nelayan.
Kedelapan, melakukan revolusi karakter bangsa dengan membangun pendidikan kewarganegaraan, mengevaluasi model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional, jaminan hidup memadai bagi guru, memperbesar akses warga miskin mendapatkan pendidikan tinggi, memprioritaskan pembiayaan penelitian yang menunjang iptek.
Kesembilan, memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia dengan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang dialog antarwarga, restorasi sosial untuk mengembalikan ruh kerukunan antarwarga, membangun kembali gotong royong sebagai modal sosial, mengembangkan insentif khusus untuk memperkenalkan dan mengangkat kebudayaan lokal serta meningkatakan proses pertukaran budaya untuk membangun kemajemukan sebagai kekuatan budaya.
<b>"Blusukan"</b>
Tak berlebihan bila disebut ungkapan bahwa "Jokowi adalah kerja". Ia telah menunjukkan upayanya bahwa pemimpin hadir untuk bekerja dengan berbagai cara, termasuk melakukan "blusukan" atau terjun langsung menemui rakyat dan tempat yang menjadi persoalan untuk mendapatkan solusi terbaik secara langsung.
Anak sulung dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi dan kakak dari tiga adik perempuan, Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati, ini memang dikenal luas sebagai pemimpin yang menunjukkan karyanya dari kerja keras.
Sejak kecil, dengan keterbatasan ekonomi keluarganya, Jokowi bersekolah di SD Negeri Tirtoyoso, SMP Negeri 1 Surakarta, dan SMA Negeri 1 Surakarta serta SMA NEgeri 6 Surakarta sambil berdagang atau bekerja serabutan lainnya untuk keperluan sekolah.
Kebiasaannya bekerja keras menjadikan sosok Jokowi muda sebagai pengusaha kayu yang sejalan dengan latar belakang pendidikan tingginya di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, setelah sempat bekerja sebagai karyawan di perusahaan kayu di Aceh.
Setelah tampil sebagai Wali Kota Surakarta pada 2005, Jokowi menata kota yang sangat lekat dengan budaya dan tradisi Jawa sehingga menjadi kota modern dan kian dikenal di dunia internasional. Jokowi juga menata para pedagang kaki lima secara bermartabat seperti yang dilakukannya kepada pedagang kaki lima dari kawasan Monumen 45 Banjarsari.
Selain itu juga melakukan program yang menyentuh kebutuhan dasar rakyat kebanyakan, seperti Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Solo dan Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Solo (BPMKS). Surakarta berkibar menjadi rohnya Jawa, "the spirit of Java".
Tak heran bila pada pemilihan untuk periode keduanya pada 2010, tokoh yang pernah menjadi salah satu Wali Kota terbaik di dunia ini, meraih 90 persen suara, melesat tinggi dibandingkan pada pemilihan periode pertamanya pada 2005 yang mengantongi 36,62 persen suara.
Ia pun mengantarkan rakitan mobil hasil karya anak-anak SMK di Surakarta yang menjadi mimpi besar bagi Jokowi agar Indonesia memiliki produksi sendiri otomotif.
Momentum pemilihan kepala daerah di Ibu Kota Negara di Jakarta pada 2012 membawa Jokowi menjadi peserta dan terpilih setelah melewati dua putaran.
Angin perubahan yang dibawa pria dalam kepemimpinan ini membawa rakyat "jatuh hati" dan terkesan dengan caranya menyelesaikan persoalan.
Soal penanganan banjir, misalnya, Jokowi memeriksa langsung turun ke gorong-gorong dan mendapatkan salah satu penyebab banjir di Jalan Thamrin adalah karena gorong-gorongnya sangat sempit.
"Saya pikir seperti lapangan bola lebarnya," katanya saat itu. Ia pun menata Ibu Kota. Tak hanya gorong-gorong tetapi juga kanal banjir timur dan kanal banjir barat. Mengecek langsung ke kawasan Bogor dan Puncak, Jawa Barat serta di sungai-sungai di Tangerang, Banten, dengan merevitalisasi fungsi waduk dan sungai-sungai.
Berbagai sungai dan waduk yang dibenahi adalah aliran sungai di kanal banjir barat dana timur, Sungai Angke, Sungai Cakung, Sungai Cideng, Sungai Kamal, Sungai Sunter, Sungai Tanjungan, Kali Krukut-Kali Cideng-Tanah Sereal, Kali Jelakeng-Kali Pakin-Kali Besar, Kali Ciliwung Gunung Sahari, Sodetan Sentiong Sunter, Kali Grogol ¿ Sekretaris, Waduk Pluit, Waduk Melati, Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Selatan, dan Waduk Sunter Timur III, Situ Mangga Bolong, Situ Babakan, Situ Rawa Dongkal dan Situ Cipondoh.
Jokowi membawa manfaat bagi rakyat Jakarta yang terlayani dalam berbagai bidang kesehatan dan peningkatan pendidikan seperti Kartu Jakarta Sehat, Kartu Jakarta Pintar. Selain itu juga mengimplementasikan praktik baru dalam perekrutan pejabat melalui lelang jabatan, meneruskan pembangunan angkutan massal cepat untuk membantu mengatasi kemacetan lalu lintas.
Dengan posisi sebagai Presiden, tugas Joko Widodo tentu saja kian bertambah, dari sekadar menangani Kota Surakarta, Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, dan kini Republik Indonesia dengan beragam kekuatan dan kelemahan, potensi dan permasalahan.
Pemerintahan Jokowi mulai bekerja bahkan Prabowo Subianto yang menjadi juga menjadi peserta dalam Pemilu Presiden 2014 mengajak masyarakat memberikan kesempatan kepada Joko Widodo bekerja dalam pemerintahan yang akan dijalani lima atau 10 tahun ke depan.
"Berikan kesempatan untuk beliau bekerja dengan baik, itu budaya kita. Programnya harus prorakyat, kuncinya itu," kata Prabowo seusai menghadiri pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Prabowo berpesan kepada Jokowi agar pembangunan yang sudah baik bisa dinikmati semua orang. "Sekarang pertumbuhan pembangunan memang bagus tetapi yang nikmati hanya segelintir orang. Kita mau rakyat banyak yang menikmati," kata Prabowo.
Momentum Joko Widodo memimpin bangsa Indonesia untuk lima tahun mendatang sangat baik, dia merasakan transisi dari pendahulunya, Susilo Bambang Yudhoyono, dengan sangat baik, dan didukung untuk bekerja baik oleh Prabowo. Rakyat pun mengelu-elukan dengan menyambut antusias. (*)